Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatakan produksi serta produktivitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman

3. Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Konstruksi

Budaya secara harfiah berasal dari Bahasa Latin yaitu Colere yang memiliki arti mengerjakan tanah, mengolah, dan memelihara. Sementara menurut The American Herritage Dictionary mengartikan kebudayaan adalah sebagai suatu keseluruhan dari pola perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seniagama, kelembagaan, dan semua hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia. Kemudian “Budaya Kerja”, adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan yang terwujud sebagai hasil produktivitas kerja. Dengan demikian budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan dating. Pemahaman tentang kesehatan kerja yaitu meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat pekerjaan di tempat kerja. Kemudian keselamatan kerja, yaitu keselamatan yang berkaitan dengan mesin, alat, bahan dan proses kerja guna menjamin keselamatan tenaga kerja dan seluruh aset produksi agar terhindar dari kecelakaan kerja atau kerugian lainnya. Pemahaman tentang kesehatan dan keselamatan di atas, bila dihubungkan dengan salah satu konsep adanya Sekolah Menengah Kejuruan yang tamatannya diharapkan bisa langsung terjun ke dunia industri menerapkan K3 dengan benar, untuk itu perlu perhatian yang khusus dalam sarana dan prasarana dan dapat di praktikkan dalam kegiatan belajar mengajar setiap hari. 246 Falsafah Keselamatan kerja adalah Menjamin keadaan, keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rokhaniah manusia,serta hasil karya dan budayanya, tertuju pada kesejahteraan manusia khususnya. Guru dan siswa, karyawan yang dibengkel merupakan komponen yang berhak atas K3, karena memerlukan kenyamanan dalam bekerja. Keselamatan Dan Kesehatan kerja merupakan dasar pokok yang harus dilaksanakan di bengkel sekolah. Pembuatan UU tidak hanya diperuntukkan bagi industri , tetapi ada jaminan disekolah yang melindungi komponen- komponennya. Di Indonesia telah ditetapkan beberapa peraturan keselamatan dan kesehatan kerja; antara lain sebagai berikut: 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja; 2 Peraturan Menteri No. PER- 05MEN1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan-peraturan tersebut ditetapkan bertujuan untuk mencegah dan mengantisipasi terjadinya kecelakaan kerja. Program keselamatan dan kesehatan kerja sebaiknya dimulai dari tahap yang paling dasar, yaitu pembentukan budaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dan program keselamatan dan kesehatan kerja dapat berfungsi dan efektif, apabila program tersebut dapat terkomunikasikan kepada seluruh lapisan individu yang terlibat pada proyek konstruksi. Ada fenomena yang menarik yang dimiliki oleh industri konstruksi, yaitu pertama bahwa jasa industri konstruksi merupakan sebuah industri yang memiliki resiko cukup besar, akan tetapi dapat diminimalisir dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja melalui pembentukan budaya kerja yaitu salah satunya budaya keselamatan dan kesehatan kerja. Kedua, industri konstruksi merupakan sebuah industri yang tidak sekedar berorientasi pada produk jadi sebagaimana pada industri lain, akan tetapi berorientasi pada proses. Oleh karenanya dalam proses tersebut perlu diperhatikan faktor-faktor internal yang mempengaruhi kinerja lembagaorganisasi berkaitan dengan resiko yang dimiliki. Pelaksanaan K3 adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan menuju peningkatan produktivitas sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui, bahwa 247 kecelakaan kerja bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal. Apabila kita lakukan analisis secara mendalam maka kecelakaan, peledakan, kebakaran dan penyakit akibat kerja pada umumnya disebabkan tidak dijalankannya syarat-syarat K3 secara baik dan benar, sehingga tercipta suatu kegiatan kerja yang aman. Melaksanakan Pekerjaan secara aman sesuai peraturan K3, dimana setiap Pekerja harus menyadari bahwa dalam bekerja kecelakaan bisa saja terjadi, untuk itu mereka harus memahami dan mematuhi peraturan K3 dalam bekerja, seperti; melihat keadaan tempat kerja, alat-alat pelindung diri, apresiatif terhadap tanda-tandaslogan-slogan tentang tanda bahaya, dan setiap pekerja harus mengetahuimempelajari undang- Undang No. 1 th. 1970 tentang keselamatan kerja. Pencegahan terhadap bahaya dari kecelakaan kerja diidentifikasi pada latihan kerja dan dilaporkan sesuai kebijakan perusahaan. Kondisi ditempatkerja agar diperiksa lebih seksama, alat-alat pelindung diri dicek kelayakannya, alat-alat alarm diperiksa keadaannya, bila ada kerusakan agar dicatat dan dilaporkan segera. 248 Gambar 16-2: Peralatan P3K Tanggung jawab keselamatan di industri, jasa konstruksi diketahui dan diaplikasikan, kebijakan-kebijakan, aturan-aturan yang menyangkut keselamatan kerjaK3, disosialisasikan, bila terjadi kecelakaan agar segera ditangani, format-format laporan agar disediakan. Peralatan pemadam kebakaran dipilih dan dioperasikan secara benar sesuai dengan jenis kebakaran. Adapun alat-alat pemadam kebakaran seperti; batang pengait, tanga, pasir,alat hidrant, alat-alat penyembur, harus dipilih dan diperiksa agar alat-alat tersebut dapat digunakan dengan baik saat terjadi kebakaran. Prosedur Gawat Darurat dan P3K Diketahui dan Dijalankan bila seseorang mendapat kecelakaan, atau diserang penyakit yang mendadak dan berbahaya, maka hendaklah segera panggil dokter atau di bawa ke Rumah Sakit terdekat, tapi ada baiknya jika kita mengetahui apa yang harus dikerjakan untuk menolong si sakit bila dokter itu ke betulan sedang tidak ada atau terlambat datang untuk memberi pertolongan. Salah satau bukti telah dilaksanakannya penerpan K3 di sekolah, dapat dilihat dari perlengkapan kotak P3K yang telah tersedia. Kotak P3K yang tersedianya beberapa obat pertolongan pertama pada kecelakaan yang terletatak dalam suatu kotak khusus, lengkap dengan petunjuk bagaimana cara melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Beberpa kelengkapan kotak Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.antara lain, yaitu; - Plester - Pembalut berperekat - Pembalut steril besar, sedang dan kecil - Perban gulung 5 cm dan 8 cm - Perban segitiga - Kain pembalut siku - Kasa hydrophile - Kapas pembalut 10 dan 25 - Pinset - Gunting - Peniti 249 - Salep levertran - Obat luka anti septic - Rivanol kompres - Cutban –a plaster - Obat gosok - Minyak urut

4. Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja