VI.3. Pengarahan Sumber Daya
Resource deployments
Pengarahan sumber daya dimana satu cara bagi pemerintah untuk mengerahkan sumber daya yang ada agar dapat mencapai tujuan yang telah
ada,untuk kebijakan dalam mengatasi pemukiman di kampung Aur dan mengubah pandangan masyarakat tersebut mengenai rumah susun yang selalu dinilai sebagai
cara menyelesaikan masalah dengan menimbulkan masalah baru. Dalam mendirikan rumah susun sebenarnya pemerintah seperti Dinas
Perumahan dan Pemukiman mendapat kucuran dana dari pemerintahan pusat, membuat rumah susun adalah salah satu cara bagi pemerintah untuk mengurangi
kesemrautan kota akibat pemukiman kumuh. Kebijakan dalam membangun rumah susun adalah salah satu cara bagi pemerintah untuk menjawab persoalan lahan
kota yang semakin sempit dengan jumlah penduduk yang semakin banyak. Rumah susun tidak memakan lahan yang cukup luas, sehingga lahan yang masih tersisa
bisa digunakan untuk penghijauan, dengan rumah susun yang mampu menampung hampir seratus rumah untuk setiap block nya maka masyarakat yang tidak
memiliki lahan tempat tinggal bisa mendapat tempat tinggal yaitu di rumah susun. Namun pemerintah mengakui bahwa, Pemerintah Daerah dalam hal ini
memiliki keterbatasan dalam pendanaan rumah susun yang di yakini sebagai langkah untuk mengurangi pemukiman kumuh, keterbatasan dalam hal ini adalah
masalah pendanaan yang dibutuhkan untuk keberkelanjutan rumah susun. Dana pemeliharaan rumah susun di biayai oleh Pemerintah Daerah melaui APBD setiap
tahunnya sampai 20 tahun masa berlakunya rumah susun, biaya pemeliharaan tidaklah murah, karena yang perlu di pelihara tidak hanya untuk satu rumah
susun,namun pemerintah mengakui bahwa mereka berusaha untu mengatasi
Universitas Sumatera Utara
persoalan tersebut Wawancara dengan Tondi Nasya Yusuf selaku seksi perumahan formal dan swadaya
Dalam proses pemeliharaan ini yang selalu terjadi adalah pemerintah gagal dalam melakukan pemeliharaan secara berkesinambungan, sehingga
masyarakat menjadi enggan untuk menempati rumah susun baik yang telah disediakan maupun yang akan di buat pemerintah, walaupun untuk kampung Aur
akan dibangun rumah susun hak milik bagi yang menempati rumah sendiri dilingkungan tersebut. Sudah begitu banyak kejadian yang dijadikan contoh bagi
masyarakat mengenai rumah susun yang tidak dapat dipelihara sehingga masyarakat menolak penawaran pembuatan rumah susun. wawancara dengan
kepala lingkungan III dan IV Yahdi Sabil dan Ali Umar Ketidaktertarikan masyarakat terbukti dengan banyaknya rumah susun
yang didirikan pemerintah yang pada akhirnya tidak ditempati oleh masyarakat itu sendiri. hal ini perlu adanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat secara
jelas, sehingga tidak ada dana yang dibuang secara percuma untuk pembangunan yang pada akhirnya hanya disia-siakan. Saat ini komunikasi antar pemerintah dan
masyarakat dapat dikategorikan kurang optimal hal ini dikarenakan banyaknya tanggapan-tanggapan negatif masyarakat terhadap upaya-upaya yang dilakukan
pemerintah. Respon negatif ini tidak lain karena masyarakat menilai selama ini pemerintah tidak benar-benar dan sepenuh hati dalam hal mengurusi kepentingan
rakyat, karena selama ini tidak pernah pemerintah secara sungguh-sungguh dalam memberi sosialisasi kepada masyarakat. wawancara dengan Arsil, mantan kepala
lingkungan IV
Universitas Sumatera Utara
Masyarakat pada saat ini hanya menyambut baik jika pemukiman yang mereka tempati saat ini di perbaiki misalnya seperti adanya penyemenan jalan dan
penyemenan tepi bibir sungai yang dikucurkan oleh dana Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM, artinya tidak ada relokasi,tidak ada
pembangunan rumah susun di pemukiman tersebut, masyarakat lebih memilih tetap tinggal dengan lingkungan padat dan mereka merasa nyaman dengan kondisi
seperti itu, jika pemerintah tetap ingin membuat rumah susun bertingkat atau vertical house dilingkungan tersebut masyarakat memilih untuk pindah dengan
syarat ganti rugi, ini menunjukkan bahwa tidak ada akan ada tanggapan positif masyarakat terhadap kebijakan pembuatan rumah susun untuk mengatasi
pemukiman kumuh sementara bagi pemerintah, kampung Aur adalah salah satu karakteristik unik pemerintah dimana mayoritas masyarakat yang tinggal
dilingkungan tersebut adalah masyarakat minang, jika mereka memilih pindah maka semua itu akan menghilangkan cagar budaya yang telah ada sejak lama
wawancara dengan Irma Neli, Nurhayati masyarakat lingkungan III dan IV. Konflik eksternal yang terjadi antara masyarakat dan pemerintah
dikarenakan komunikasi yang sangat tidak baik dan koordinasi antar dinas dan SKPD tingkat bawah yang masih belum baik, Kepala Lingkungan sebagai orang
yang paling dekat dengan masyarakat mengaku tidak mendapat penjelasan dari pihak dinas sehingga ia tidak dapat menjelaskan kepada masyarakat jika ada
pertanyaan seputar kebijakan yang ingin dibuat oleh pemerintah, kondisi ini menunjukkan bahwa tidak terdapat kerja sama yang baik antara perangkat
pemerintahwawancara dengan Ali Umar dan Yahdi Sabil kepala lingkungan III dan IV.
Universitas Sumatera Utara
VI.4. Strategi Masyarakat dalam Mengatasi Persoalan Pemukiman Kumuh