dengan selalu memperhitungkan keberlanjutan fungsi dan manfaat sumber daya alam bagi kepentingan geerasi kini dan mendatang.
5. Asas Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang tanggung jawab
pengelolaan perumahan dan pemukiman serta keterkaitannya dengan lingkungan hidup oleh pemerintah kepada daerah otonom, atau menteri
kepada birokrasi dibawahnya, sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing daerah.
6. Asas Partisipasi Publik, artinya pengelolaan perumahan dan
pemukiman dalam kaitannya dengan kelestarian fungsi lingkungan, membuka kesempatan kepada masyarakat dan semua pihak yang
terkait Stakeholder, untuk mengambil bagian aktif dalam pengelolaan dan pemukiman serta pelestarian lingkungan, mulai dari kegiatan
idnetifikasi dan inventarisasi, perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemantauan dan evaluasi.
7. Asas Pengawasan Publik, artinya mekanisme dan prosedur
pengawasan masyarakat dan semua pihak yang terkait stakeholder dalam pengelolaan perumahan dan pemukiman serta pelestarian fungsi
lingkungan, dengan mengambil bagian aktif dalam melakukan pengawasan yang efektif.
8. Asas Akuntabilitas Publik, artinya upaya yang harus direncanakan dan
dilaksanakan oleh pihak pengelola pembangunan perumahan dan pe mukiman serta pelestarian fungsi lingkungan, khususnya mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan kebijakan publik dan kepentingan masyarakat, sebagai bentuk pertanggungjawabannya kepada rakyat
atas segala tindakan yang dilakukan dalam pengelolaan secara transparan.
9. Asas Informasi dan Persetujuan, artinya memberikan informasi yang
benar dan meminta persetujuan masyarakat dalam pembangunan perumahan dan pemukiman serta pelestarian fungsi lingkungan,
dengan persetujuan tersebut didasarkan pada prinsip kebebasan dari pihak yang memberi persetujuan.
II.5. Masalah dan Tantangan dalam Pembangunan Pemukiman
Masalah utama dalam penyediaan sarana hunian, khususnya di pemukiman perkotaan adalah Raharjo, 2010:139:
1. Tingginya kebutuhan akan tempat tinggal, tempat usaha dan tempat
memproduksi beserta prasarana dan sarana pendukungnya sedangkan lahan yang tersedia terbatas.
2. Belum stabilnya iklim usaha perumahan dan pemukiman di kota.
Universitas Sumatera Utara
3. Belum optimalnya sistem penggalangan dana masyarakat sebagai sumber
pembiayaan pembangunan sarana hunian. 4.
Belum mantapnya sistem penyediaan sarana hunian bagi masyarakat yang berpendapatan rendah dan masyarakat miskin.
5. Masih rendahnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana pemukiman
seperti air bersih, air limbah persampahan, drainase dan penanggulangan banjir, jaringan jalan, lalu lintas dan transportasi umum, pasar, sarana
sosial dan jalur hijau.
II.6. Strategi Kebijakan Pembangunan PerumahanPemukiman
Untuk mencapai tujuan pembangunan pemukiman Raharjo 2005:141 memaparkan strategi kebijakan yang dapat dilakukan pertama, mengembangkan
sistem penyediaan, pembangunan dan perbaikan sarana hunian yang layak, murah dan terjangkau oleh masyarakat khususnya masyarakat yang berpendapatan
rendah. Kedua meningkatnya kemampuan pengelolaan pelayanan prasarana dan sarana pemukiman di kawasan perkotaan dan pedesaan. Ketiga mengendalikan
pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan pedesaan agar tidak digunakan secara berlebihan. Keempat meningkatkan kerjasama investasi dan pengelolaan
pelayanan prasarana dan sarana pemukiman antara pemerintah dan masyarakat.
II.7. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Sistem Pemukiman
Langkah-langkah dalam melakukan pengendalian ini menurut Raharjo 2010:141 dilakukan dengan dua tahapan yaitu tahap pemantauan dan tahap
evaluasi, tahap pemantauan yaitu pemantauan terhadap pemanfaatan ruang sistem
Universitas Sumatera Utara
pemukiman dimaksudkan sebagai identifikasi menyangkut beberapa hal yaitu pertama klasifikasi sistem pemukiman yang ada dikabupatenkota dihubungkan
dengan pemanfaatan ruangnya, kedua identifikasi pertumbuhan sistem-sistem pemukiman dan penyebaran diwilayah kabupatenkota, ketiga konservasi lahan-
lahan produktif untuk pemanfaatan kawasan pemukiman, keempat ketersediaan dan kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang sistem pemukiman dan syarat-
syarat pengembanganpembangunan sistem pemukimanyang tercantum di kabupatenkota. Tahap evaluasi pertama evaluasi terhadap kecenderungan atau
proporsi dominan sistem pemukiman dan apakah penyebarannya telah merata dalam wilayah kabupatenkota, kedua mengevaluasi kompleksitas fasilitas
penunjang sistem pemukiman dan apakah penyebarannya telah merata pada wilayah kabupaenkota, ketiga mengevaluasi penggunaan ruang untuk
pengembangan sistem
pemukiman terhadap
lahan-lahan produktif
dikabupatenkota dan terakhir evaluasi tingkat ketersediaan kesesuaian lahan diperlukan kapling siap bangun dan lingkungan siap bangun sebagai pemanfaatan
ruang untuk pengembangan sistem pemukiman dikabupatenkota.
II.8. Pemukiman Kumuh II.8.1. Pengertian Pemukiman Kumuh