Strategi Masyarakat dalam Mengatasi Persoalan Pemukiman Kumuh

VI.4. Strategi Masyarakat dalam Mengatasi Persoalan Pemukiman Kumuh

Masyarakat terdiri dari kumpulan orang-orang yang memiliki pendapat dan cara pandang tersendiri dalam menyelesaikan masalah kehidupan sosialnya. Seperti yang terjadi pada masyarakat lingkungan III dan IV kampung Aur Kelurahan Aur. Dari hasil wawancara yang dilakukan masyarakat selama ini merasa tidak ada masalah dengan kehidupan mereka, mereka memiliki strategi untuk bertahan di pemukiman yang telah mereka tempati sejak lama, dengan mengandalkan kekuatan melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok - Pokok Agraria tentang hak milik, bahwasanya masyarakat memiliki hak atas tanah Negara Republik Indonesia yang telah ditempati secara turun temurun, yang terdapat pada bab III tentang Hak Milik pasal 20 ayat 1 yang berhasil memperlambat proses relokasi yang telah direncanakan pemerintah, dan pemerintah menyadari bahwa undang-undang tersebut adalah salah satu penghambat pembangunan yang ingin dilakukan pemerintah. wawancara dengan Tondi Nasya Yusuf Seksi Perumahan formal dan swadaya Dinas Perumkim dan Arsil mantan kepala lingkungan IV Apabila strategi bertahan yang dilakukan masyarakat tidak lagi bisa dipertahankan, masyarakat lebih memilih untuk pindah di lingkungan yang baru, dengan syarat ganti rugi pemukiman lama yang akan dibangun pemerintah dengan rumah susun. Rumah susun tidak menjadi pilihan kedua masyarakat setelah strategi bertahan yang mereka lakukan tidak lagi bisa mereka pertahankan. Tindakan yang di ambil masyarakat tersebut adalah bentuk ketidak inginan masyarakat terhadap rumah susun bertingkat Wawancara dengan Arsil mantan Universitas Sumatera Utara kepala lingkungan IV, Irma Neli lingkungan dan Hj Nurbaiti masyarakat lingkungan III Masyarakat yang tinggal di kampung Aur dengan status menyewa menyadari bahwa posisi mereka hanya tergantung dengan kebijakan pemerintah, tidak ada hak untuk melawan, selama ini untuk mendapatkan kenyaman, mereka pindah dari lokasi satu ke lokasi yang lain, namun masih dalam lingkungan kampung Aur untuk mendapatkan kenyamanan tempat tinggal dan harga rumah yang lebih murah. Untuk mendapatkan penghasilan yang lebih wanita-wanita serta anak-anak yang tinggal di kampung Aur bekerja sebagai pedangang makanan atau berjualan rokok. Sebenarnya rumah susun juga bukan merupakan harapan masyarakat tersebut, mengingat bahwa mereka akan kembali menyewa setiap bulan dengan harga yang telah ditetapkan, berbeda dengan pemukiman yang mereka tempati, pembayaran bisa dilakukan dengan mencicil setiap tahunnya, tidak memberatkan mereka yang berpenghasilan tidak tetap, karna pada dasarnya di lingkungan kampung Aur masyarakat memiliki sistem kekerabatan yang sangat erat satu sama lain.wawancara dengan Irma Neli, Nurhayati,dan pak Anwar.

VI.5. Pemerintah yang kurang Kompetitif