Kurangnya Koordinasi Pemerintah dalam Mengatasi Pemukiman

V.6. Kurangnya Koordinasi Pemerintah dalam Mengatasi Pemukiman

Kumuh. Tidak bisa dipungkiri kurangnya koordinasi antar SKPD merupakan masalah dalam pengimplementasian rencana yang telah dibuat secara matang, koordinasi yang sangat kurang yang dibawahi oleh pihak BAPPEDA ini dikarenakan terlalu banyaknya koordinasi yang mesti dilakukan sehingga menjadi tumpang tindih, dalam artian terlalu banyak kerja pemerintah yang harus dijalankan, sehingga semua itu menjadi tidak terlaksana dengan baik Wawancara dengan pihak Bappeda, Sandra Sub Bagian Penyusunan Program, pada tanggal 27 Februari 2013. Untuk mencapai kesinergisan dalam menjalankan sebuah rencana pembangunan, dinas-dinas atau SKPD harus mendapat persetujuan dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, harus mendapatkan persetujuan dari Bappeda. Bappeda sebagai badan yang mengatur secara makro untuk koordinasi setiap SKPD secara menyuluruh. Wawancara dengan Pihak Bappeda, Hendra seksi dibidang data monitoring dan evaluasi pada tanggal 14 januari 2013. Dalam melaksanakan misi yang telah ditetapkan Dinas Perumahan dan Pemukiman tidak akan bisa melaksanakan kerjanya secara sendiri, melainkan harus berkoordinasi dengan dinas yang mengelola pola ruang yaitu Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan, yang memberikan arahan ruang mana saja yang bisa digunakan untuk dilakukan pembangunan. Wawancara dengan Tondi Nasya Yusuf Nasution ST. MT selaku seksi pembinaan perumahan formal dan swadaya,pada tanggal 21 Desember 2012. Universitas Sumatera Utara Selama ini pihak Dinas Perumahan mengikuti arahan dan aturan yang telah ditetapkan oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan yang secara makro dibuat, artinya saat mendirikan rumah susun untuk masyarakat berpenghasilan rendah dan tidak memiliki pemukiman yang layak pihak Dinas Perumahan dan Pemukiman harus menyesuaikan terlebih dahulu dengan rancangan yang telah disusun oleh Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan agar tidak terjadi penyalahgunaan lahan. Dengan begitu pemukiman akan sesuai dengan pola ruang yang telah ditetapkan. Wawancara dengan Tondi Nasya Yusuf Nasution ST. MT selaku seksi pembinaan perumahan formal dan swadaya,pada tanggal 21 Desember 2012. Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan telah melakukan kerja sesuai dengan apa yang menjadi tugasnya, artinya pihak dinas sangat terbuka kepada masyarakat yang datang, jika masyarakat meminta surat izin mendirikan bangunan pada lahan yang tidak legal sesuai dengan aturan penataan ruang yang telah ditetapkan maka pihak dinas tidak meloloskan surat yang masyarakat ajukan, namun untuk masyarakat yang langsung saja mendirikan bangunan ditempat yang liar tanpa meminta izin, itulah yang sulit dijangkau, dan itulah keterbatasan pihak dinas Wawancara dengan Kepala John E Lase selaku Seksi Tata Letak di Dinas TRTB, pada tanggal 20 Desember 2012. Pihak Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan tidak memiliki wewenang untuk melakukan penggusuran walaupun tanah tersebut dalam penataan ruang tata kota merupakan tempat ruang terbuka hijau, seperti misalnya di wilayah benteran sungai atau di rel kera api, jadi walau bagaimanapun masyarakat lah yang harus sadar sendiri bahwa lingkungan mereka bahaya jika mereka tidak punya Universitas Sumatera Utara kesadaran dan senang dengan kondisi seperti itu, sehingga menyulitkan pemerintah untuk melakukan penanganan. Wawancara dengan Kepala John E Lase selaku Seksi Tata Letak di Dinas TRTB, pada tanggal 20 Desember 2012. Sulit untuk merealisasikan rencana tata kota yang telah dibuat dengan dilapangan sepenuhnya, banyak lahan yang pada dasarnya direncanakan pemerintah untuk kawasan hijau atau jalur hijau, daerah resapan air, taman dls, yang dialihfungsikan oleh masyarakat sendiri menjadi pemukiman, hal ini terjadi karena masyarakat tidak melakukan pelaporan sebelum mendirikan bangunan, atau seperti kasus dikampung Aur karena tanah pada awalnya adalah pemberian kesultanan Deli dan ternyata pemukiman semakin lama semakin padat dan tak terkendali, sehingga lahan yang pada dasarnya adalah daerah jalur hijau sungai didirikan bangunan oleh masyarakat hal ini perlu kerjasama antara masyarakat dan pemerintah, karena masyarakat mempunyai peranan penting dalam tercapai atau tidaknya rencana pembangunan kota yang telah dibuat. Wawancara dengan Erika pegawai di Tata Ruang dan Tata Bangunan bagian Tata ruang, pada tanggal 20 Desember 2012. Walaupun terkadang ada terjadi ketidaksesuaian perencanaan yang telah ditetapkan namun jika sebagian rencana mampu direalisasikan dari perencanaan yang telah dibuat maka kota bisa dikatakan telah berhasil, karena perkembangan kota itu sangat dinamis atau cepat. Rencana kota bisa direvisi jika terjadi perubahan-perubahan besar seperti misalnya proyek besar berskala nasional misalnya seperti Kualanamu yang pada awalnya dikhususkan untuk pemukiman namun saat kualanamu dibangun maka rencana menjadi berubah. Wawancara Universitas Sumatera Utara dengan Kepala John E Lase selaku Seksi Tata Letak di Dinas TRTB, pada tanggal 20 Desember 2012. Rencana yang telah di buat harus dijalankan namun realisasi dari rencana tersebut tidak mesti harus selesai dalam waktu yang sangat cepat, jika memang tidak memungkinkan, karena rencana ada rencana jangka panjang jangka menengah, dan pendek, target harus dicapai dan ada proses harus dijalani, seperti masalah perumahan dan pemukiman, tidak mudah menyelesaikan permasalah tersebut, perlu melewati berbagai proses, namun persoalan pemukiman terkhusus pemukiman kumuh tetap menjadi prioritas yang bersifat jangka panjang. Wawancara dengan Tondi Nasya Yusuf Nasution ST. MT selaku seksi pembinaan perumahan formal dan swadaya, pada tanggal 21 Desember 2012.

V.7. Permasalahan Pembangunan Lingkungan III dan IV Kelurahan Aur