BAB VI SINERGITAS PEMERINTAH DAN MASYARAKAT SEBAGAI
STRATEGI DALAM MENGURANGI PEMUKIMAN KUMUH DI KELURAHAN AUR
Dalam penelitian ini, penulis menganalisis dan menginterpretasikan data yang dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. adapun jenis metode yang
digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, dimana data dan fakta yang didapatkan dilapangan dideskripsikan sebagaimana adanya diiringi dengan
penafsiran dan analisa rasional. Analisa data dilakukan dari seluruh data yang telah disediakan secara
menyeluruh yang diperoleh selama penelitian, baik melalui wawancara, studi kepustakaan serta observasi fenomena fenomena yang ada kaitannya dengan
strategi pembangunan perkotaan untuk mengatasi pemukiman kumuh di Kota Medan.
Di dalam menganalisis data ini, penulis menggunakan indikator sesuai dengan teori yang telah dipaparkan sebelumnya, dengan melihat fakta yang terjadi
di lapangan.
VI.1. Koordinasi yang tidak Efektif antara Pemerintah dan Masyarakat
Koordinasi antar Bappeda dan SKPD seperti Dinas Perumahan dan Pemukiman serta Dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan masih menunjukkan
kurang memuaskan dimana koordinasi yang mereka jalankan belum terjadi secara maksimal artinya dari hasil wawancara yang dilakukan, pihak Bappeda mengakui
Universitas Sumatera Utara
bahwa koordinasi masih lemah karena terlalu banyaknya koordinasi yang harus dilakukan dan menjadikannya tumpang tindih. Selain itu berdasarkan penuturan
dari pihak TRTB tentang sulitnya merealisasi rencana yang telah dibuat karena adanya faktor lingkungan eksternal yang selalu menjadi faktor kendala seperti
adanya pembangunan nasional yang harus mengubah rancangan-rancangan yang telah dibuat sebelumnya dan ada faktor lain yang ditimbulkan dari masyarakat
yang melakukan pembangunan diluar pengawasan dari pihak dinas, faktor ini dapat memicu timbulnya pemukiman kumuh dan membuat rencana pemerintah
menjadi tidak maksimal. Pemukiman Kumuh ada karena ketidakmampuan masyarakat untuk mampu secara produktif dalam membangunan pemukiman yang
layak huni sebagaimana yang diharapkan dari visi pemukiman nasional. Sulitnya merealisasikan rencana yang telah dibuat maka menyebabkan visi
pembangunan Kota Medan tidak terlaksana dengan baik, seperti misalnya visi kedua Kota Medan yaitu meningkatkan penataan prasarana dan sarana perkotaan
yang serasi dan seimbang untuk semua kawasan kota dan visi keempat, Mewujudkan penataan lingkungan perkotaan yang bersih, sehat, nyaman dan
religius, hal ini di dukung oleh keadaan masyarakat yang masih tinggal di pemukiman kumuh yang telah terbiasa dengan lingkungan yang mereka tempati
selama mereka hidup dengan fasilitas sarana dan prasarana pemukiman yang tidak memadai meskipun berada di wilayah kota namun drainase dan tempat
pembuangan limbah kotoran masih belum tersedia secara optimal. Faktor kebiasaan ini akan mempersulit pemerintah dalam melakukan
perbaikan lingkungan pemukiman, namun juga pemerintah harus menyadari bahwa pada lingkungan perkotaan perlu memperhatikan masyarakat yang
Universitas Sumatera Utara
berpenghasilan rendah yang tidak mampu mendirikan pemukiman layak yang sesuai dengan harapan karena terbatasnya lahan, hal itu merupakan tantangan
pemerintah dalam mengatasi pemukiman kumuh, untuk mendorong masyarakat untuk ikut serta dalam program pemerintah untuk mengurangi pemukiman kumuh
di kota, ini juga harus menjadi perhatian bagi dinas Tata Ruang dan Tata Bangunan yang menjadi tanggung jawabnya untuk memperhatikan lahan yang
memungkinkan bagi masyarakat yang kurang beruntung untuk di tempati dan memperhatikan aspek transparansi dalam menjalankan sebuah program dan
kebijakan bagi masyarakat.Semakin meningkatnya jumlah pemukiman kumuh di Kota Medan menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang tidak beruntung
yang perlu diperhatikan. Keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan perumahan dan pemukiman tidak dijadikan alasan jika semua pihak
melakukan koordinasi secara maksimal. Koordinasi yang tidak maksimal seperti yang telah di kemukakan pada penyajian data dikarenakan koordinasi yang
bersifat tumpang tidih, dimana terlalu banyak koordinasi sehingga tidak bisa menjalankan koordinasi dengan maksimal.
Dari hasil wawancara yang telah dilakukan pada pemerintah dan masyarakat dapat di temukan bahwa tidak ada kerja sama yang baik antara
pemerintah dan masyarakat, sehingga sering terjadi kesalahpahaman dalam kebijakan dan program pemerintah, dalam hal ini adalah kebijakan dalam
pembuatan rumah susun, tidak ada kesepakatan yang jelas antara pemerintah dan masyarakat, yang dirasakan masyarakat adalah ketidakpuasan dengan adanya
kebijakan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
VI.2. Kebijakan Rumah Susun demi Pembangunan Berkelanjutan