V.9. Faktor Kebiasaan Masyarakat
Sarana MCK pada masyarakat kampung AUR pada umumnya masih dilakukan di sungai, sungai sebagai tempat yang sangat strategis bagi masyarakat.
Bagi masyarakat dikampung Aur lebih bisa menikmati mandi dan mencuci di sungai, dan budaya itu sulit untuk diubah. Wawancara dengan kepala lingkungan
IV Yahdi Syabil, tanggal kamis 21 Maret 2013. Gambar 6
Suasana dimana anak-anak sedang mandi disungai dengan keadaan sungai dipenuhi sampah, dan terlihat wanita di bagian paling ujung sedang mencuci pakaian, gambar 3. Masyarakat dikampung
Aur lingkungan IV
Hal yang membuat semakin sulit dalam mengurangi pemukiman kumuh juga dikarenakan masyarakat merasa sudah nyaman dengan lingkungan yang
sudah ditempati sejak lama, walaupun padat dan tidak layak ditempati, sering terjadi banjir,tidak ada drainase, dan juga rawan terhadap kebakaran missal tidak
menggugah hati masyarakat agar dilakukan relokasi. bahkan masyarakat telah terbiasa mandi disungai yang juga sebagai tempat pembuangan kotoran, selain itu
lokasi pemukiman yang pada kasus ini adalah masyarakat di kelurahan Aur yang
Universitas Sumatera Utara
berada dilingkungan III dan IV yang sangat dekat dengan akses ke pusat Kota menjadi alasan bagi masyarakat untuk tetap bertahan dilingkungan tersebut,
walaupun setiap tahun pasti akan menjadi korban banjir. wawancara dengan masyarakat, ibu Nurhayati dan Pak anwar yang berasal dari lingkungan III dan IV
Kelurahan Aur pada tanggal 12 Maret 2013. Gambar 7
Sampah terlihat menumpuk, karena masyarakat membuang sampah disungai tempat yang digunakan sebagai tempat mandi. gambar 4, lokasi sungai di kampung Aur lingkungan IV
Masyarakat yang tinggal dipemukiman kumuh merasa bahwa tempat tinggal yang telah ditempatinya bertahun-tahun adalah tempat ternyaman yang
pernah ditemui, walaupun setiap tahun terjadi banjir hal itu bukanlah menjadi persoalan besar. Kedekatan dengan sesama tetangga dan aman artinya tidak
pernah ada masyarakat yang melakukan tindakan kriminalitas sehingga menghilangkan rona kumuh yang ada, faktor kebiasaan masyarakat yang telah
terbiasa tinggal di pemukiman membuat pemerintah kesulitan dalam melakukan perubahan, Lagi pula pemerintah selama ini tidak pernah secara langsung
melakukan tindakan persuasif kepada masyarakat dan memberitahu secara jelas
Universitas Sumatera Utara
apa yang ingin mereka lakukan, sehingga bisa dipastikan bahwa penolakan pasti terjadi, apalagi masyarakat yang tinggal di lingkungan tersebut telah merasa
tempat itu nyaman walaupun pada dasarnya kumuh wawancara dengan ibuk Irma Neli tinggal di lingkungan III Aur, 20 tahun tinggal di jalan kampung aur
kelurahan Aur pada tanggal 12 Maret 2013. Rasa aman yang telah di rasakan tinggal dilingkungan yang sempit
membuat masyarakat merasa tidak terlalu penting tanggapan mengenai lingkungan di kampung Aur adalah kumuh, bahkan sama sekali belum pernah ada
terdengar pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara langsung tentang apa rencana pemerintah terhadap kampung ini, masyarakat pasti menolak
untuk digusur, masyarakat merasa tidak ada masalah sedikitpun tinggal dilingkungan padat dan kumuh, karena faktor sudah terbiasa wawancara dengan
Hj Nurbaiti, lebih kurang 50 tahun tinggal di Lingkungan III Aur pada tanggal 12 Maret 2013
Tidak hanya alasan itu, ada alasan lain yang membuat masyarakat melakukan penolakan terhadap pembangunan rumah susun dan memilih tetap
tinggal di rumah yang rawan banjir dan sangat sederhana, ini karena sistem yang ada dirumah susun yang tidak disukai oleh masyarakat, bagi masyarakat rumah
susun akan rawan pertengkaran antar sesama jika tidak menjaga kebersihan. jika terjadi satu kerusakan maka yang lain juga ikut merasakan. tinggal dilantai atas
adalah hal yang di khawatirkan apalagi bagi orang tua dan yang memiliki anak kecil ini tentu berbahaya karena rumah bertingkat adalah hal yang baru, jadi lebih
baik tinggal di benteran sungai, karena anak-anak kecil di lingkungan tersebut semua sudah terbiasa dengan sungai dan bisa berenang, walaupun sungai juga
Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk membuang kotoran, tapi air yang mengalir membuat masyarakat merasa tidak ada masalah dengan itu. sarana air yang selalu ada untuk mencuci
dan mandi tidak membuat masyarakat jadi kesulitan seperti kalau tinggal dirumah susun, niat pemerintah untuk menjadikan pemukiman di kampung aur menjadi
lebih baik tidak dibarengi dengan kemampuan masyarakat untuk mencicil rumah tersebut, sama saja jika pemerintah menyediakan rumah susun yang tidak disukai
masyarakat lalu masyarakat harus kembali membayar kepada pemerintah, pada saat ini bisa makan saja sudah syukur bagi masyarakat, lebih baik tinggal dirumah
sendiri yang seadanya dan tidak perlu membayar cicilan perbulan. wawancara dengan ibuk Nurhayati, tinggal dilingkungan IV di Jalan Aur sejak kecil sampai
memiliki 3 orang anak yang paling besar kelas 3 SMP Hal ini serupa dengan keinginan masyarakat yang berada di pemukiman
kumuh dan liar yang ada di Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai hasil penelitian dari mahasiswi usu Adina Sari Lubis fakultas teknik, dalam
thesisnya yang bejudul Kajian Karakteristik Pemukim Kumuh dan Liar di Perkotaan yang ditulis pada tahun 2010, didalam penelitiannya menyebutkan
bahwa masyarakat yang tinggal dipemukiman kumuh dan liar tidak menginginkan tinggal di rumah susun, tipe rumah yang mereka idamkan 95,89 menjawab ingin
memiliki rumah tunggal jika harus pindah dari pemukiman tersebut.
V.10. Studi Kasus Masyarakat Kampung Aur