kepala lingkungan IV, Irma Neli lingkungan dan Hj Nurbaiti masyarakat lingkungan III
Masyarakat yang tinggal di kampung Aur dengan status menyewa menyadari bahwa posisi mereka hanya tergantung dengan kebijakan pemerintah,
tidak ada hak untuk melawan, selama ini untuk mendapatkan kenyaman, mereka pindah dari lokasi satu ke lokasi yang lain, namun masih dalam lingkungan
kampung Aur untuk mendapatkan kenyamanan tempat tinggal dan harga rumah yang lebih murah. Untuk mendapatkan penghasilan yang lebih wanita-wanita
serta anak-anak yang tinggal di kampung Aur bekerja sebagai pedangang makanan atau berjualan rokok. Sebenarnya rumah susun juga bukan merupakan
harapan masyarakat tersebut, mengingat bahwa mereka akan kembali menyewa setiap bulan dengan harga yang telah ditetapkan, berbeda dengan pemukiman
yang mereka tempati, pembayaran bisa dilakukan dengan mencicil setiap tahunnya, tidak memberatkan mereka yang berpenghasilan tidak tetap, karna pada
dasarnya di lingkungan kampung Aur masyarakat memiliki sistem kekerabatan yang sangat erat satu sama lain.wawancara dengan Irma Neli, Nurhayati,dan pak
Anwar.
VI.5. Pemerintah yang kurang Kompetitif
Competitive advantage
Berdasarkan Data kependudukan yang diperoleh dari Kelurahan Aur, ada suatu pertanyaan yang timbul dari data yang disajikan, bahwa data yang diperoleh
dari kelurahan tidak sama dengan yang dijumpai peneliti dilapangan, ini menunjukkan sangat lemahnya administrasi yang dimiliki oleh kelurahan Aur.
seperti dapat di lihat pada Tabel 5 jumlah penduduk menurut agama halaman 71,
Universitas Sumatera Utara
di sana tidak ada di jelaskan bahwa adanya masyarakat yang beragama Hindu, padahal di lingkungan IX kampung Aur banyak terdapat masyarakat Tamil, yang
mayoritas adalah pemeluk agama Hindu, Tabel 6 jumlah penduduk berdasarkan etnis halaman 72 tidak ditemukan masyarakat dengan suku orang tamil ini
menunjukkan bahwa tidak semua penduduk kelurahan Aur terdata dengan baik, kekurangan yang paling tampak adalah kesesuaian data antara tabel 5 dan 6,
dikatakan bahwa jumlah penduduk Aur mayoritas beragama Islam dengan jumlah mencapai 4.609 jiwa, namun di tabel 6 dapat dilihat etnis penduduk mayoritas
adalah Tionghoa dengan jumlah sebanyak 5.265 jiwa yang identik dengan agama Budha. Ketidaksesuaian data dengan lapangan menunjukkan bahwa Kelurahan
Aur masih memiliki kekurangan dalam hal administrasi, ini sangat merugikan bagi masyarakat yang tidak terdata, dan kelemahan yang ada bisa menjadi pemicu
timbulnya kesalahan-kesalahan yang bersifat lebih kompleks.
Sementara itu pada Tahun 2010 Dinas Perumahan dan Pemukiman berupaya untuk fokus terhadap pemukiman kumuh, dengan begitu dibuat suatu
bidang dengan nama pembinaan dan pengembangan perumahan, dengan adanya bidang ini maka persoalan pemukiman akan lebih terfokus, bidang yang memiliki
tanggung jawab khusus dibidang pemukiman tersebut perlu berkoordinasi dengan kelurahan, dan akan membutuhkan data yang dimiliki kelurahan jika data yang
diperoleh tidak benar maka sasaran akan menjadi tidak tepat. Begitu pula dengan Dinas Tata Ruang dan Tata bangunan bahwasanya
beberapa program yang telah dijalankan menunjukkan capaian pisitif, program tersebut yaitu Pelayanan administrasi Perkantoran,Peningkatan sarana dan
prasarana aparatur, Peningkatan disiplin aparatur, Peningkatan kapasitas sumber
Universitas Sumatera Utara
daya aparatur, Peningkatan Sistem pelaporan capaian Kinerja Keuangan, Perencanaan Tata Ruang,Pemanfaatan Ruang,Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Tidak bisa dipungkiri bahwa capaian keberhasilan tersebut sebatas yang terlihat di dalam dinas, artinya mereka yang melakukan pelaporan saja yang
tercatat, namun mereka yang tidak melakukan pelaporan dan terlihat dilapangan banyak sekali lahan-lahan yang tidak sesuai dengan pemanfaatan ruang yang
direncanakan, seperti misalnya jalur hijau di sepanjang rel kereta api dan di banteran sungai sudah dimanfaatkan masyarakat untuk mendirikan rumah,
sehingga sedikit sekali jalur hijau yang ada dikota Medan. Banyak nya masyarakat yang tetap tinggal dijalur hijau yang telah ditetapkan pemerintah sebagai kawasan
yang tidak boleh di bangun pemukiman karena pemerintah tidak bisa memberikan solusi yang matang bagi masyarakat yang telah menyalahi aturan pemukiman, ini
bisa dilakukan tindakan tegas jika rumah yang masih terbangun hanya satu, tapi jika sudah lebih banyak, maka penanganan akan menjadi lebih sulit, karena akan
banyak masyarakat yang harus, kelemahan pemerintah selama ini bahwa mereka membiarkan pembangunan terus berkembang, dan pada saat telah menjadi
kumpulan yang besar baru ditangani. Masyarakat Kota yang sudah semakin pintar tidak semudah itu
mengiyakan setiap program pemerintah yang mereka rasa akan merugikan kepentingannya. walaupun begitu banyak keunggulan pemerintah jika pemerintah
tidak mampu meluluhkan hati masyarakat, program akan tetap sia-sia. bagi masyarakat dengan tinggal di Kampung Aur dalam jangka waktu yang sangat
lama masyarakat merasa tanah dan pemukiman adalah hak mereka, mengingat rumah yang dibuat adalah hasil jerih payah mereka, dan hal itu tidak bisa begitu
Universitas Sumatera Utara
saja bisa diambil pemerintah walaupun pada dasarnya pemerintah berbuat untuk kepentingan masyarakat, namun karena cap masyarakat terhadap pemerintah
sudah tidak baik mereka merasa bahwa semua itu terasa tidak benar Wawancara dengan Yahdi Sabil selaku kepala lingkungan IV dan Arsil mantan kepala
lingkungan IV. Masyarakat adalah kumpulan manusia yang unik yang terdiri dari berbagai
karakter sifat, harus mengenali sifat tersebut baru bisa mengambil tindakan, melakukan pembiaran juga berdampak negatif terhadap kota, pemerintah harus
terus melakukan upaya persuasif dengan menerapkan azas mutualisme, dengan memberi solusi yang menguntungkan semua pihak. Dimana dengan upaya dan
kebijakan tersebut tidak membuat masyarakat dirugikan. Masyarakat juga ingin bahwa Kota yang mereka tempati tidak terlihat kumuh karena keberadaan mereka
akan tetapi mereka yang telah terpuruk menginginkan ada loncatan perekonomian dengan adanya kebijakan pemerintah.
VI.6. Sinergitas Pemerintah dan Masyarakat