5.3 Pengaruh Sikap terhadap Kinerja Perawat dalam Kesiapsiagaan Triase
dan Kegawatdaruratan pada Korban Bencana Massal di Puskesmas Langsa Baro
Hasil penelitian tentang variabel sikap terhadap kesiapsiagaan triase dan
kegawatdaruratan pada korban bencana massal terhadap kinerja perawat di Puskesmas Langsa Baro, ditemukan mayoritas responden mempunyai kategori sikap
yang positif yaitu sebanyak 35 orang 62.5. Hasil analisis Pearson Correlation menujukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kinerja
perawat dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana massal dengan nilai p=0,009 p0,05. Dengan melihat pada hasil uji statistik dapat
dijelaskan sikap perawat terhadap triase dan kegawatdaruratan, tidak mempunyai pengaruh terhadap kinerja dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan.
Sikap perawat dalam triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana massal masih ada yang negatif yaitu sebanyak 21 orang 37.5 responden. Hal ini bisa
dilihat dari hasil pernyataan untuk variabel sikap, dimana didapati hasil penelitian mayoritas responden ragu – ragu jika korban bencana dengan hasil triase kartu
merah, harus mendapatkan pertolongan pertama sebelum di evakuasi yaitu sebanyak 22 39.3 responden. mayoritas responden tidak setuju jika dalam pelaksanaan gawat
darurat perawat harus bersikap tenang tapi cekatan yaitu sebanyak 25 44.6 responden, dan pada korban dengan kondisi trauma capitis, perdarahan dan syok
segera angkat dan pindahkan korban dengan hasil persentase yang sama. Mayoritas responden sangat tidak setuju jika Triase dilakukan untuk seluruh korban bencana
massal yaitu sebanyak 24 42.9 responden.
Universitas Sumatera Utara
Asumsi peneliti terhadap variable sikap perawat terhadap kinerja dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan, karena sikap perawat yang positif
terhadap pelaksanaan triase dan kegawatdaruratan, apabila tidak diaktualisasikan dengan tindakan yang sama pula maka tidak akan mempengaruhi kinerja seseorang.
Newcomb dalam Notoatmodjo 2007 menyatakan bahwa sikap merupakan kesediaan dan kesiapan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan
predisposisi tindakan suatu perilaku.
Hal ini tidak sesuai dengan penelitian Hendri 2009 yang meneliti tentang pengaruh kompetensi terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di Puskesmas
wilayah kerja kerja Dinas Kesehatan kota Pematangsiantar. Jenis Penelitian yang digunakan adalah explanatory research dengan sampel sebanyak 34 orang petugas
promosi kesehatan Puskesmas. Uji statistik yang digunakan adalah uji regresi linear berganda, dengan persamaan Y = 0.925 +0,391 XI. Hasil penelitian ada pengaruh
yang signifikan antara kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap kinerja petugas promosi kesehatan di kota Pematangsiantar dengan sinifikansi
masing-masing sig0,05. Variabel yang paling memengaruhi kinerja adalah sikap. Hal ini juga tidak sesuai dengan hasil penelitian Yuliastuti 2007, yang
meneliti tentang pengaruh pengetahuan, keterampilan dan sikap terhadap kinerja perawat dalam penatalaksanaan kasus flu burung di RSUP H. Adam Malik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variable pengetahuan p = 0.045, variable keterampilan p = 0,043 dan variable sikap p = 0,001 berpengaruh secara signifikan
Universitas Sumatera Utara
terhadap kinerja perawat kinerja perawat terhadap penatalaksanaan kasus flu burung p 0,05. Persamaaan regresi yang terbentuk adalah
ẏ = 0,012 + 0,224
x1
+ 0,293
x2
+ 0,661
x3
. Variable yang mempunyai pengaruh paling dominan terhadap kinerja adalah variable sikap dengan koefisien regresi x3 = 0,661 dan Pvalue 0,001.
Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya sikap dapat mempengaruhi kinerja perawat, apabila diikuti dengan tindakan yang sama
pula. Sikap seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan seseorang.
5.4 Pengaruh Keterampilan terhadap Kinerja Perawat dalam Kesiapsiagaan