BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Perawat dalam Kesiapsiagaan
Triase dan Kegawatdaruratan pada Korban Bencana Massal di Puskesmas Langsa Baro
Hasil penelitian tentang variabel kompetensi mengenai kesiapsiagaan triase
dan kegawatdaruratan pada korban bencana massal terhadap kinerja perawat di Puskesmas Langsa Baro, ditemukan mayoritas responden mempunyai kategori
kompetensi cukup yaitu sebanyak 28 orang 50.0. Hasil analisis Pearson Correlation menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kompetensi
dengan kinerja perawat dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana massal dengan nilai p=0,045 p0,05. Dengan melihat pada hasil uji
statistik dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi kompetensi sesorang dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan, maka akan menghasilkan kinerja yang
baik dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan. Kompetensi perawat dalam triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana
massal masih ada sebagian besar yang kurang, yaitu sebanyak 15 26.8 responden. Hal ini disebabkan masih kurang baiknya pengetahuan dan keterampilan yang
dimiliki oleh perawat di Puskesmas Langsa Baro dalam pelaksanaan triase dan kegawatdaruratan penanganan korban massal. Hal ini dapat dilihat dari mayoritas
responden mempunyai kategori pengetahuan cukup yaitu sebanyak 31 orang 55.4,
Universitas Sumatera Utara
dan mayoritas responden mempunyai kategori sikap yang positif yaitu sebanyak 35 orang 62.5.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hafizurrahman, dkk 2011, yang meneliti tentang beberapa faktor yang memengaruhi kinerja perawat dalam
menjalankan kebijakan keperawatan di Rumah Sakit Umum Daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan besaran variabel sejarah kesehatan
keluarga, perilaku gaya hidup, lingkungan kehidupan, dan kemampuan perawat dalam menghasilkan kinerja yang diharapkan akan bermanfaatuntuk menyusun
strategi kebijakan keperawatan berbasis kinerja di suatu Rumah Sakit Umum Daerah RSUD. Metode potong lintang digunakan pada penelitian ini. Perawat yang
bertugas di semua pelayanan pada suatu RSUD dipilih sebagai unit analisis dengan cara multistage random sampling dan terpilih 250 perawat. Penelitian dilaksanakan
dari bulan Februari-Agustus 2010. Data dianalisis dengan Structural Equation Model SEM menggunakan softwareSmart-PLS. Hasil analisis menunjukkan kinerja
perawat di RSUD dipengaruhi oleh semua variabel, yang berarti model teoretis yang diusulkan pada penelitian ini dapat digunakan. Kemampuan perawat merupakan
variabel terbesar yang mempengaruhi kinerja perawat 83,6. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Tafwidhah 2010, yang meneliti
tentang hubungan kompetensi perawat Puskesmas dan tingkat keterlaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat Puskesmas di Kota Pontianak. Desain
yang digunakan adalah analitik korelasi secara cross sectional dengan sampel 118 perawat. Analisis data dengan chi square, uji t independen, dan regresi logistic. Hasil
Universitas Sumatera Utara
analisis menunjukkan adanya hubungan antara kompetensi perawat Puskesmas dengan tingkat keterlaksanaan kegiatan Puskesmas p=0.000.
Kinerja perawat sebagai konsekuensi tuntutan masyarakat terhadap kebutuhan akan pelayanan prima atau pelayanan yang bermutu tinggi. Melalui
kinerja perawat, diharapkan dapat menunjukkan kontribusi profesionalnya secara nyata dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, yang berdampak terhadap
pelayanan kesehatan secara umum pada organisasi tempatnya bekerja Usmara, 2003.
Dalam mengukur kinerja seseorang, ternyata faktor kompetensi bukan merupakan faktor dominan yang menentukan kinerja seseorang, Akan tetapi,
karakteristik individu dapat mempengaruhi kinerja perawat. Hasil analisis Paired Samples Test Uji T diperoleh signifikasi sebesar 0.000, maka Ho ditolak karena
nilai probabilitasnya 0.05. berarti ada perbedaan yang signifikan dari pendidikan responden terhadap kinerja perawat dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan
pada korban bencana massal di Puskesmas Langsa Baro. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan dapat memengaruhi terhadap kinerja seseorang.
Pada hasil analisis Paired Samples Test Uji T untuk masa kerja, diperoleh signifikasi sebesar 0.009, maka Ho ditolak karena nilai probabilitasnya 0.05.
Berarti ada perbedaan yang signifikan dari masa kerja responden terhadap kinerja perawat dalam kesiapsiagaan triase dan kegawatdaruratan pada korban bencana
massal di Puskesmas Langsa Baro. Hal ini menunjukkan bahwa masa kerja dapat memengaruhi kinerja seseorang.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Suyanto 2009, tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja karyawan baik baru maupun lama merupakan sebagian faktor yang dapat
memengaruhi kinerja dalam rangka mengembangkan dan meningkatkan profesionalitas karyawan dalam pekerjaannya dan menyesuaikan diri dengan
perubahan dan pengembangan yang berlangsung sekarang ini. Dengan demikian tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja mempunyai peranan yang
penting bagi perusahaan karena akan mempengaruhi kinerja karyawan Suyanto, 2009.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyanto 2006 dengan judul analisis tingkat pendidikan dan pengalaman kerja terhadap kinerja
perawat pada bagian keperawatan pada RS Nirmala Suri Sukoharjo, menghasilkan kesimpulan bahwa tingkat pendidikan dan pengalaman kerja memiliki pengaruh yang
positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hasil penelitian menunjukan sebanyak 56 pendidikan perawat di RS Nirmala Sari adalah DIII Keperawatan
dengan kinerja sebagian besar baik sebanyak 78. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Lusi 2011, yang meneliti tentang
pengaruh tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja terhadap kinerja perawat pada RSU. Dr. Pirngadi Medan. Hasil penelitian menunjukkan variabel
tingkat pendidikan, motivasi, usia dan pengalaman kerja secara bersama-sama memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja perawat. Hal
tersebut ditunjukkan dengan hasil uji F α = 5 sebesar 20,358 Ftabel 2,45.
Dengan demikian hipotesis pertama dari penelitian ini yaitu bahwa terdapat pengaruh
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan antara variabel tingkat pendidikan, motivasi, usia, dan pengalaman kerja terhadap variabel kinerja perawat terbukti kebenarannya. Dengan nilai thitung
sebesar 5,024 1,980 dengan nilai signifikan sebesar 0,042 0,05 maka hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh yang
dominan terhadap kinerja perawat. Variabel tingkat pendidikan mengikuti dengan nilai thitung sebesar 3,618 1,980 dengan nilai signifikan sebesar 0,032 0,05.
Kemudian diikuti variabel motivasi dengan nilai thitung sebesar 2,895 1,980 dengan nilai signifikan sebesar 0,018 0,05 dan variabel usia dengan nilai t hitung
sebesar 1,993 1,980 dengan nilai signifikan sebesar 0,013 0,05. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Syah 2004 dengan judul Faktor-
Faktor Yang Berhubungan Dengan Kinerja Perawat Dalam Pemberian Pelayanan Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Jiwa Pekanbaru Tahun 2004 menunjukan faktor
yang berhubungan dengan kinerja perawat adalah umur, pendidikan, status kepegawaian dan masa kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan
antara umur dengan kinerja perawat p = 0,029, pendidikan p = 0,001, status kepegawaian p = 0,001, masa kerja p = 0,005 dengan kinerja perawat dalam
pemberian pelayanan. Hal ini juga sesuai dengan hasil penelitian Ardine 2010, yang meneliti
tentang pengaruh karakterisitik individu dan lingkungan organisasi terhadap kinerja perawat pelaksana di Rumah Sakit Umum Kabupaten Belitung Timur. Hasil
penelitian dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat menggunakan metode T test independen, korelasi pearson, dan regresi linear
Universitas Sumatera Utara
berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh imbalan pvalue = 0,006 dan struktur organisasi pvalue = 0,046 terhadap kinerja perawat pelaksana.
Variabel imbalan adalah variabel yang paling dominan mempengaruhi kinerja perawat pelaksana. Setiap peningkatan imbalan maka kinerja perawat akan meningkat
sebesar O,375 setelah dikontrol variabel umur, masa kerja, pendidikan, kepemirnpinan, dan struktur organisasi.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Metayani, dkk 2011, yang meneliti tentang hubungan tingkat pendidikan dan masa kerja perawat dengan upaya
minimalisasi stressor hospitalisasi pada anak di Ruang Edelweis RSUD Dr. M. Yunus begkulu Hasil dari penelitian ini adalah ada hubungan antara tingkat pendidikan
perawat dengan upaya untuk meminimalkan stres rawat inap pada anak p nilai 0,429 pada tingkat signifikansi = 0,05, dan ada hubungan antara masa kerja perawat
dengan upaya minimalisasi stres pada rawat inap anak p value 0,007 pada tingkat signifikansi = 0,05. Diharapkan setiap perawat rumah sakit tertentu di rumah sakit
Edelweis dr. M. Yunus Bengkulu dapat mengembangkan upaya-upaya untuk meminimalkan stres rawat inap pada anak-anak.
Asumsi peneliti berdasarkan teori dan hasil penelitian, bahwasanya kompetensi pengetahuan, sikap dan keterampilan mempengaruhi kinerja seseorang.
Faktor karakteristik individu juga bisa mempengaruhi kinerja seseorang, seperti umur, masa kerja, pendidikan, kepemirnpinan, dan struktur organisasi.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Pengaruh Pengetahuan terhadap Kinerja Perawat dalam Kesiapsiagaan