b Sebagai tenaga bantuan adalah Tenaga Medis Gawat Darurat atau para
tenaga Pertolongan Pertama. c
Tenaga pengangkut tandu
b. Tempat Perawatan Non - Gawat Darurat
1 Tim perawatan area hijau
a Ketua tim, merupakan tenaga medis gawat darurat yang
berpengalaman b
Sebagai tenaga bantuan adalah tenaga medis gawat darurat atau para tenaga pertolongan pertama.
c Tenaga pengangkut tandu
2 Daerah penempatan korban yang telah meninggal dunia korban yang
diberi tanda dengan kartu hitam. -
Tidak diperlukan petugas di bagian ini.
3. Lokasi Evakuasi
a. Dipimpin oleh seorang perawattenaga medis gawat darurat berpengalaman
yang mampu: 1
Memeriksa stabilitas korban 2
Memeriksa peralatan yang dipasang pada korban. 3
Monitoring korban sebelum dilakukan pemindahan ke fasilitas lain. 4
Supervisi pengangkutan korban. 5
Menyediakanmengatur pengawalan.
Universitas Sumatera Utara
b. Petugas administrasi
c. Penanggung jawab transportasi yang merupakan petugas senior dari Dinas
pemadam Kebakaran atan Layanan Ambulans. Petugas ini berhubungan dengan kepala Pos Medis lanjutan dan pos komando.
4. Peralatan Kebutuhan Minimum untuk :
a. Tempat Triase
1 Tanda pengenal untuk menandai setiap tempatbagian dan petugas
2 Kartu triase
3 Peralatan administrasi
4 Tandu empat buah
5 Alat penerangan
6 Spyghnomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
b. Tempat perawatan Gawat Darurat minimum untuk untuk kebutuhan 25 orang
korban 1
Tanda pengenal untuk ketua jaket merah dengan tulisan “ketua”, dan untuk setiap ketua tim kain berwarna merahkuning yang dipergunakan di
lengan 2
Alat penerangan 3
Tandu 4
Selimut 5
Peralatan administrasi 6
Sphygnomanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
Universitas Sumatera Utara
7 Peralatan medis bencana alam, terdiri dari:
a Peralatan resusitasi jalan nafas
- Oksigen tabung
- Peralatan intubasi
- Peralatan trakeostomi
- Peralatan drain thoraks
- Ambu bag
- Alat cricothiroidectomy
b Peralatan resusitasi jantung
- Infus set + cairan
- Obat-obatan untuk penatalaksanaan syok
- Alat fiksasi pada trauma thoraks MASTrousers
c Peralatan listrikpneumatic
- Penghisap lendir
- Lampu khusus
- Defibrilator
- Ventilator
- Baterai atau generator
d Perlengkapan atau peralatan luka kapas, verband elastik
- Peralatan penjahitan luka
- Sarung tangan
- Obat antiseptik
Universitas Sumatera Utara
- Selimut pengaman
- Bidai termasuk obat kolar leher
- ATSABU
c. Tempat perawatan Non Gawat Darurat
1 Peralatan penerangan khusus
2 Alat membalutbidai
3 Peralatan administrasi
4 Spygmanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
d. Lokasi Evakuasi
1 Alat penerangan
2 Tandu
3 Peralatan administrasi
4 Sphygmanometer, stetoskop, lampu senter, sarung tangan
2.16.10. Pos Penatalaksanaan Evakuasi
Pos penatalaksanaan evakuasi ini berfungsi untuk: 1.
Mengumpulkan korban dari berbagai pos medis lanjutan 2.
Melakukan pemeriksaan ulang terhadap para korban 3.
Meneruskanmemperbaiki upaya stabilisasi korban 4.
Memberangkatkan korban ke fasilitas kesehatan tujuan Jika bencana yang terjadi mempunyai beberapa daerah pusat bencana, disetiap
daerah pusat bencana tersebut harus didirikan pos medis lanjutan. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
beberapa pos medis lanjutan ini pemindahan korban ke sarana kesehatan penerima harus dilakukan secara terkoordinasi agar pemindahan tersebut dapat berjalan secara
efisien. Untuk mencapai efisiensi ini korban yang berasal dari berbagai pos medis lanjutan akan dipindahkan ke satu tempat dengan fasilitas stabilisasi dan evakuasi
yang lebih baik, dimana dari tempat ini di transfer selanjutnya akan dikoordinasi. Tempat penampungan korban sebelum pemindahan ini disebut sebagai pos
Penatalaksanaan Evakuasi yang dapat berupa sebuah “rumah sakit lapangan”, poliklinik, Rumah Sakit tipe B, atau fasilitas sejenis.
2.17. Kegawatdaruratan
2.17.1. Definisi Kegawatdaruratan
Adalah pelayanan profesional yang didasarkan pada ilmu dan metodologi keperawatan gawat darurat berbentuk pelayanan bio – psiko – sosio – spiritual yang
komprehensif ditujukan kepada klienpasien yang mempunyai masalah aktual atau resiko yang mengancam kehidupan, terjadi secara mendadak atau tidak dapat
diperkirakan, dan tanpa atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan. Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa
sehingga mampu mencegah kematian atau kecacatan yang mungkin terjadi Kemenkes, R.I, 2010.
2.17.2. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu SPGDT
Suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra – rumah sakit, pelayanan di rumah sakit, dan pelayanan antar
Universitas Sumatera Utara
pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respons cepat yang menekankan pada “Time Saving Is Life And Limb Saving”, yang melibatkan
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, paramedis, ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi Kemenkes, R.I, 2011.
2.17.3. Prinsip Manajemen Gawat Darurat
Prinsip Manajemen Gawat Darurat diantaranya yaitu : 1.
Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir sebelum bertindak jangan panik. 2.
Sadar peran perawat dalam menghadapi korban dan wali ataupun saksi. 3.
Melakukan pengkajian yang cepat dan cermat terhadap masalah yang mengancam jiwa henti napas, nadi tidak teraba, perdarahan hebat, keracunan.
4. Melakukan pengkajian sistematik sebelum melakukan tindakan secara
menyeluruh. Pertahankan korban pada posisi datar atau sesuai kecuali jika ada ortopnea, lindungi korban dari kedinginan.
5. Jika korban sadar, jelaskan apa yang terjadi, berikan bantuan untuk menenangkan
dan yakinkan akan ditolong. 6.
Hindari mengangkatmemindahkan yang tidak perlu, memindahkan jika hanya ada kondisi yang membahayakan.
7. Jangan diberi minum jika ada trauma abdomen atau perkiraan kemungkinan
tindakan anastesi umum dalam waktu dekat. 8.
Jangan dipindahkan ditransportasi sebelum pertolongan pertama selesai dilakukan dan terdapat alat transportasi yang memadai.
Universitas Sumatera Utara
Dalam beberapa jenis keadaan kegawatdaruratan yang telah disepakati pimpinan masing-masing rumah sakit dan tentunya dengan menggunakan protap yang
telah tersedia, maka perawat yang bertugas di Instalasi Gawat Darurat dapat bertindak langsung sesuai dengan prosedur tetap rumah sakit yang berlaku. Peran ini sangat
dekat kaitannya dengan upaya penyelamatan jiwa pasien secara langsung. Dalam kegawatdaruratan diperlukan 3 kesiapan, yakni :
1. Siap mental, dalam arti bahwa ”emergency can not wait”. Setiap unsur yang
terkait termasuk perawat harus menghayati bahwa aritmia dapat membawa kematian dalam 1-2 menit. Apnea atau penyumbatan jalan napas dapat
mematikan dalam 3 menit. 2.
Siap pengetahuan dan keterampilan. Perawat harus mempunyai bekal pengetahuan teoritis dan patofisiologi berbagai penyakit organ tubuh penting.
Selain itu juga keterampilan manual untuk pertolongan pertama. 3.
Siap alat dan obat. Pertolongan pasien gawat darurat tidak dapat dipisahkan dari penyediaanlogistik peralatan dan obat-obatan darurat.
2.18. Kegawatdaruratan
2.18.1. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu SPGDT
Suatu sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang terdiri dari unsur pelayanan pra – rumah sakit, pelayanan di rumah sakit, dan pelayanan antar
pelayanan antar rumah sakit. Pelayanan berpedoman pada respons cepat yang menekankan pada “Time Saving Is Life And Limb Saving”, yang melibatkan
Universitas Sumatera Utara
masyarakat awam umum, awam khusus, petugas medis, paramedis, ambulans gawat darurat dan sistem komunikasi Kemenkes, R.I, 2011.
2.18.2. Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama dilakukan oleh para sukarelawan, petugas pemadam kebakaran, polisi, tenaga dari unit khusus, tim medis gawat darurat dan tenaga
perawat gawat darurat terlatih. Pertolongan pertama dapat diberikan di lokasi seperti berikut:
1. Lokasi bencana, sebelum korban dipindahkan.
2. Tempat Penampungan Sementara
3. Pada “tempat hijau” dari pos medis lanjutan.
4. Dalam ambulans saat korban dipindahkan ke fasilitas kesehatan.
Pertolongan pertama yang diberikan kepada korban dapat berupa kontrol jalan nafas, fungsi pernafasan dan jantung, pengawasan posisi korban, kontrol
pendarahan, imobilisasi fraktur, pembalutan dan usaha-usaha untuk membuat korban merasa lebih nyaman. Harus selalu diingat bahwa, bila korban masih berada dilokasi
yang paling penting adalah memindahkan korban sesegera mungkin, membawa korban gawat darurat ke pos medis lanjutan sambil melakukan usaha pertolongan
pertama utama, seperti mempertahankan jalan nafas, dan kontrol pendarahan. Resusitasi kardiopulmoner tidak boleh dilakukan dilokasi kecelakaan pada bencana
missal karena membutuhkan waktu dan tenaga.
2.18.3. Teknik Pengkajian Fisik yang Dibutuhkan pada Keperawatan Bencana
Universitas Sumatera Utara
Menentukan pasien dapat berjalan atau tidak, dapat dilakukan dengan melihatnya saja. Pada kondisi normal, untuk mengamati pernafasan, sirkulasi darah,
dan kesadaran digunakan kriteria yang banyak. Sebagai contoh: saat mengamati pernafasan, harus di cek jumlah, dalamnya pernafasan, pola, dan kesimetrisan
gerakan dada. Lebih lanjut lagi dapat dilakukan pengamatan secara detail dengan menggunakan alat-alat monitor. Tetapi pada saat harus mengamati kondisi pernafasan
terhadap banyaknya pasien dalam waktu 30 detik triase, maka tetapkan terlebih dahulu apakah pasien tersebut bernafas atau tidak. Pengkajian fisik sangat
memerlukan penggunaan kelima panca indera secara optimal Zailani dkk, 2009.
1. Pengamatan pada Pernafasan
Saat menemukan seseorang yang terluka, hal pertama yang harus diamati adalah apakah korban bernafas atau tidak. Untuk melakukan hal ini, dekatkan diri anda
ke wajah pasien, lihat pergerakan dadanya, dengarkan suara nafasnya di pipi anda secara bersamaan. Jika pasien tidak bernafas, maka bebaskan jalan nafas
dengan metode “chin lift, head tilt”, kemudian lakukan cek ulang. Jika pasien tetap tidak bernafas setelah dibebaskan jalan nafasnya, maka berikan kartu hitam
padanya. Sebaliknya, jika korban terlihat bernafas berikan kartu merah padanya. Jika pasien bernafas tanpa harus dibebaskan jalan nafasnya, lakukan cek berikut.
Apabila mereka bernafas lebih dari 30 kali per menit, maka berilah kartu merah. Jika mereka bernafas antara 15 – 30 kali per menit, maka lakukanlah pengecekan
pada sirkulasi darahnya.
2. Pengamatan pada Sirkulasi Darah
Universitas Sumatera Utara
Lakukan cek urat nadi bersamaan dengan “Tes Blanch”. Tes Blanch adalah tes yang dilakukan untuk mengamati sirkulasi darah dibagian kuku. Jika ujung kuku
pasien yang berwarna merah muda ditekan selama 5 detik, maka dasar kuku akan berubah warna menjadi putih. Ketika tekanan tersebut dilepaskan dan dalam
waktu 2 detik dasar kuku nya berubah kembali menjadi merah muda, maka pasien tersebut masih baik sirkulasinya. Tetapi dalam kondisi udara yang dingin,
bisa saja perubahan warna dasar kuku ini memakan waktu lebih dari 2 detik. Jika hasil tes blanch lebih dari 2 detik dan nadinya pun tidak teraba, maka berikan
kartu merah pada pasien tersebut. Jika urat nadi dapat teraba dan warna dasar kuku berubah kembali dalam waktu 2 detik maka lakukan pengamatan kesadaran
pada pasien.
3. Pengamatan Kesadaran