Pernyataan Informan tentang Evaluasi Cakupan POMP Filariasis

91 masyarakat ni memang kurang mungkin mengenai kesehatan ini. Dah kami terangkan juga, dampaknya, penyebabnya, tapi mana yang sadar ya mereka datang waktu pengobatan massal itu, tapi yang tak sadar ya mereka tak mau ambil-ambil.” 8. KaderTPE Desa Pedekik “Hambatannya itulah masyarakat masih banyak yang belum mengerti tentang pentingnya minum obat ni, sosialisasi pun rasanya masih kurang, harusnya dikasi baliho-baliho, poster-poster yang besar biar masyarakat bisa membaca dan mengerti.. Harusnya pun jauh-jauh hari sebelum pelaksanaan dah diumumkan.. Tentang pengobatan massal mi pun orang kadang banyak tak tau, diumumkan pas wirid tentulah yang di wirid tu aja yang tau.. Tambah lagi pas di hari H yang datang kadang tak sarapan dulu, jadi tak bisa dipantau dia minum atau tidak karena tidak bisa diminum langsung depan kader, kan belum makan.. jadinya dibawa pulang, di rumah kita kan tak tau di minumnya atau tidak..” Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan POMP Filariasis adalah adanya masyarakat yang enggan minum obat karena masih kurangnya pengetahuan tentang penyakit filariasis dan adanya reaksi pengobatan. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya sosialisasi kepada masyarakat dan minimnya dana operasional yang disediakan. Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi alam dan cuaca juga menjadi hambatan pada pelaksanaan POMP Filariasis.

4.3.17 Pernyataan Informan tentang Evaluasi Cakupan POMP Filariasis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari enam orang informan yang diwawancarai, empat orang informan menyatakan bahwa cakupan POMP Filariasis untuk Kabupaten Bengkalis adalah lebih dari 80. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.23 berikut : Universitas Sumatera Utara 92 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan tentang Evaluasi Cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis No. Informan Pernyataan 1. Pengelola Program Filariasis Dinas Kesehatan Kab. Bengkalis “Kita untuk tahap pertama cakupan, kita evaluasi ada 2, satu ada yang kita terima dan kita laporkan ke provinsi, satu lagi ada yang dari badan independen, dari RTI kemudian dari Kemenkes, pemberian obat tahap pertama itu dilakukan oleh RTI dan Kabupaten Bengkalis, itu diambillah sampel 30 titik di Kabupaten Bengkalis, nanti disitu 1 titik diwawancara, didatangi, terserah mereka, untuk mengetahui apakah masyarakat itu memakan obat atau tidak, ataupun gejala apa yang timbul. Itu sudah dilaksanakan, tetapi tahap kedua belum dilaksanakan, nanti di tahap ketiga juga dilakukan evaluasi tersebut, kita hanya mendampingi, terserah mereka. Ada 2 penilaian, berdasarkan penduduk, kemudian berdasarkan sasaran, kalau penduduk itu 65, kalau berdasarkan sasaran, itu 85. Hampir-hampir sama tu cakupan di tahap pertama dan kedua, beda sikit aja. Yang paling rendah cakupan pengobatannya di kecamatan bengkalis, kendala di Bengkalis ini kan daerah kota itu, cakupan rendah disitu.. SDJ nanti dilakukan lagi di tahap evaluasi nanti, bisa nanti diambil lagi untuk mengetahui tingkat endemisitas setelah pengobatan massal.” 2. Kepala Puskesmas Kec. Bengkalis “Dalam pelaksanaannya, memang sudah dilaksanakan di semua desa. Sudah lebih dari 80 yang nerima obat ini.. sudah mencapai targetlah..” 3. Kepala Puskesmas Kec. Bantan “Kemaren cakupannya 86 ya, menurut saya itu sudah cukup baik..” 4. Pengelola Program Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec. Bengkalis “Untuk cakupan pengobatannya antara tahap pertama dan kedua sama, lebih kurang aja, sekitar 68, itu untuk Kecamatan Bengkalis ya, tapi kalau untuk pemberian obat, masyarakat lebih antusias lebih semangat yang pas tahap pertama kemaren tu.. tapi kalau yang kedua kemaren ni macam mana ya, agak kuranglah gitu Universitas Sumatera Utara 93 haa.. kurang respon, jadi kader-kader yang lebih rajin ngantar-ngantar obatnya ke rumah-rumah..” 5. TPEKader Desa Wonosari “Kalau cakupannya, ehmm berapa yaa, kalau tak salah lebihlah 80 untuk Bengkalis. Rasanya lebih banyak yang ambil di tahap pertama, tahap kedua agak kurang, mungkin karena itulah kurang sosialisasi sama takut efek samping itu tadi..” 6. TPEKader Desa Pedekik “Saya tak ingat jumlah pastinya, tapi kalau tak salah saya di tahap pertama cakupannya lebih banyak daripada yang kedua, karena ada yang di tahap pertama minum, ada reaksi, pas tahap kedua dia dah malas minum lagi..” Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa evaluasi cakupan pengobatan berdasarkan penduduk adalah 65 sedangkan cakupan pengobatan berdasarkan sasaran yaitu 85. Kecamatan dengan cakupan pengobatan terendah adalah Kecamatan Bengkalis. Universitas Sumatera Utara

5.1 Kebijakan Pel