75
begitu tahu, tambah pulak ada dengar-dengar orang bilang kalau minum obat tu bisa mual, pening, jadi
obatnya saya terima aja, tapi gak saya minum..” 8.
Penduduk Kelurahan Damon
“Saya rasa gak ada petugas yang datang ke rumah- rumah untuk memberitahukan tentang pengobatan
massal ini, cuma itulah, infonya katanya ada di radio, di mesjid-mesjid, kalau saya pun taunya dari
tetangga-tetangga aja, kalau kartu pengobatan itu dikasi pas datang ke pos nya itu..”
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa penyiapan masyarakat dilakukan dengan menyiapkan data penduduk serta menginformasikan kepada masyarakat
tentang waktu dan tempat pelaksanaan POMP Filariasis. Informasi disampaikan melalui himbauan di tempat-tempat umum, seperti di mesjid, di tempat pengajian,
dan sebagainya. Tiga orang informan menyatakan tidak mendengar informasi secara langsung dari TPE namun hanya mendengar informasi tersebut dari tetangga dan
teman.
4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan POMP Filariasis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari dua belas orang informan yang diwawancarai, seluruh informan menyatakan bahwa POMP Filariasis dilaksanakan di
pos-pos yang ada di setiap desa. Delapan orang informan menyatakan bahwa pos dibuka pada pagi hari dan air minum sudah disediakan sehingga obat sangat
dianjurkan untuk diminum di depan petugas. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.17 berikut :
Universitas Sumatera Utara
76
Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis
No. Informan
Pernyataan
1. Kepala Puskesmas
Kec. Bengkalis “Yang melaksanakan adalah kader beserta tenaga
kesehatan yang di pustu, polindes, poskesdes beserta puskesmas. Kepala desa membuat pos, pos pemberian
obat massal. Di masing-masing desa nanti ada pos, ee sistem kita buat kemaren, di hari H nya itu, semua pos
buka. Konsep kemaren kita lakukan mereka ambil di tempat kita, langsung minum di tempat. Aquanya kita
siapkan, jadi kita lihat langsung dia minum. Ada juga yang mengambil orangtuanya, untuk anaknya, tentu
anaknya gak ada kan lagi sekolah, jadi minumnya di rumah, jadi gak ada yang mengawasi minum obat
siapa, benar di minum atau tidak, atau dibuang ke tong sampah.”
2. Kepala Puskesmas
Kec. Bantan “Waktu di hari H kemaren, semua pos dibuka sampai
siang, di tiap desa ada beberapa pos, kemudian kadernya itu dari pagi sudah siap di pos, air minum
disediakan oleh pihak desa, dan memang obat itu harus diminum di depan petugas.. Bagi yang belum makan
atau yang tidak mau minum langsung yaudah mereka bawa pulang, tapi tetap diwanti-wanti sama kader
harus minum..”
3. Pengelola Program
Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec.
Bengkalis “Ya waktu itu kami beberapa petugas dari puskesmas
ikut memantau pelaksanaan POMP Filariasis ini ya, di hari H semua pos buka, yang pas di tahap kedua
kemaren
itu bertepatan
dengan Hari
Kesehatan Nasional, kemaren bupati langsung yang buka kegiatan
ini.. Memang obatnya harus diminum langsung di depan petugas ya, kami juga menyiapkan minum dan
sarapan waktu itu, jadi tidak ada alasan untuk tidak diminum di depan petugas, waktu itu juga kita data
berapa yang tidak minum, kenapa ditunda minum obatnya, jadi seperti itu..”
4. Pengelola Program
Eliminasi Filariasis Puskesmas Kec.
Bantan “Kalau kami kemaren tiap desa itu ada beberapa pos,
pagi-pagi posnya sudah dibuka, kadernya langsunglah menyiapkan formulir, kartu pengobatan, obat, sama air
minumnya.. Ada juga untuk penduduk yang agak tua umur 40 tahun keatas diperiksa dulu tekanan darahnya,
tensinya, tanyakan ada penyakit berat atau tidak.. ya kalau bisa memang semua harus minum di depan
Universitas Sumatera Utara
77
petugasnyalah.. tapi ada juga yang tidak mau jadi bawa pulang ke rumah..”
5. Kepala Desa
Wonosari “Kemaren kita melakukannya di setiap daerah, di
setiap RW dan dusun, sesuai dengan obat yang datang ke desa kita, kita ee sebarkan ke dusun-dusun di
wilayah desa wonosari, ee melalui dari pergerakan polindes-polindes dan pergerakan posyandu. Jadi
mereka sekaligus mensosialisasikan ke masyarakat untuk mengambil obat gratisnya itu, dan langsung di
makan pada saat itu juga. Kita kemaren ada 5 pos sesuai dengan jumlah dusun di wonosari ada 5 pos
kita. Kemaren kita sarankan untuk bisa di antar, kita data nama-nama masyarakat yang datang. Di sini
kemaren disiapkan airnya langsung, biar langsung dikonsumsi, tapi ada juga yang tak mau, jadi dibawa
pulang.
Memang gejala
kaki gajah
ini lama
munculnya, tidak langsung, kadang 10 tahun baru ada gejala, jadi awal-awal inilah kita mengimunisasikan
memakan obat itu. Ya, itu memang program dari pemerintah, seluruh desa memang melaksanakan
pengobatan massal ini.”
6. Ketua RT 04 Desa
Kelapapati “Kegiatan pemberian obat filariasis ini udah dua kali
dilaksanakan di tahun 2013 kemaren, kan lima tahun berturut-turut, kalau kemaren tu ada beberapa pos di
desa kelapapati. Rata-rata yang mengambil obatnya itu kepala keluarga ya, langsung sekalian dikasi kartu
pengobatannya itu. Pos dibuka pada pagi hari, dan obat memang dianjurkan untuk langsung diminum pada
saat itu juga, tapi ada juga yang bawa pulang ke rumah, minumnya di rumah.”
7. KaderTPE Desa
Wonosari “Iya, air nya disiapkan oleh desa, aquanya, sebagian
ada yang makan obat di tempat, tapi sebagian lagi ada yang tidak, karena kalau dia tidak sarapan kami tak
berani memberikan obat itu untuk makan di tempat, jadi kami suruh bawa pulang. Kadang dah kita
umumkan kan, sebelum makan obat buk harus sarapan, pas kita memberikan obat, kan kita tanya dulu, dah
sarapan buk, beluuum, jadikan tak mungkin kita suruh makan kan, tapi kalau yang sudah makan suruh makan
di tempat.”
8. KaderTPE Desa
Pedekik “Kalau disini kemaren rata-rata semua minum di depan
petugas ya, tapi ada juga yang tidak, bawa pulang
Universitas Sumatera Utara
78
kerumah.. Kemaren kalau minumnya desa yang menyiapkan.. Di desa kami awalnya ada beberapa pos,
cuma kemaren yang tahap kedua kami bikin satu pos aja di kantor kepala desa, biar semuanya kumpulnya
disitu.. Pos nya kami buka sampai siang sekitar jam 12 gitulah..”
9. Penduduk Desa
Kelapapati “Saya karena tak tahu ada pos nya, kapan bukanya,
saya tahu pas udah tutup pulak, jadi kan saya ambil obat di kantor kepala desa, dan setahu saya dari cerita
kawan-kawan ni tak banyak yang minum depan petugas, orang banyak bawa pulang aja, pos tutupnya
siang dah tutup, waktu tu pos nya itu dipasang tenda di mesjid..”
10. Penduduk Desa
Senggoro “Ada memang beberapa pos katanya disini, tapi karena
saya pun kurang informasi dan tak datang kesana jadi saya tak tahu bagaimana pelaksanaannya kemaren tu”
11. Penduduk Kel.
Damon “Pos pengobatannya itu ada yang di mesjid, ada yang
di lapangan gitu dipasangi tenda, banyak juga waktu tu yang datang ke pos, rame jugalah, saya waktu itu
datang ke pos pagi sebelum berangkat kerja, obatnya tidak saya minum di depan petugas, saya bawa pulang
aja..”
12. Penduduk Kel.
Kota “Waktu itu kebetulan pos nya di mesjid dekat rumah
saya, di mesjid itu dibuat dipasangi tenda.. waktu yang pertama
kali saya
minum langsung
di tempat,
disediakan air minum disana, tapi yang pas pembagian yang kedua kali saya bawa pulang ke rumah obatnya.”
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pelaksanaan POMP Filariasis dilaksanakan di pos-pos yang telah disediakan di setiap desa. Pada tanggal yang telah
ditetapkan, semua pos serentak dibuka dimulai pada pagi hari sampai siang hari. Pelaksana kegiatan POMP Filariasis adalah kader-kader posyandu dan dipantau oleh
petugas puskesmas. Obat yang diberikan seharusnya diminum langsung di depan petugas dan sudah disiapkan air minum, namun masih ada penduduk yang tidak
minum obat di depan petugas.
Universitas Sumatera Utara
79
4.3.12 Pernyataan Informan