60
rantai penularan filariasis sehingga filariasis tidak lagi ditemukan di Kabupaten Bengkalis.
4.3.4 Pernyataan Informan tentang Sumberdaya dalam Pelaksanaan Program
Eliminasi Filariasis
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumberdaya yang diperlukan dalam pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis melalui kegiatan POMP Filariasis meliputi
dana operasional dan kebutuhan logistik. Informan dari Puskesmas Kecamatan Bengkalis menyatakan bahwa dana yang disediakan untuk POMP Filariasis kurang
jelas darimana sumbernya dan bagaimana alurnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut :
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan
Informan tentang
Sumberdaya dalam
Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Bengkalis No.
Informan Pernyataan
1. DPRD Kab.
Bengkalis “Jadi kita sudah menyiapkan anggaran, jumlahnya
saya gak hapallah, karena detail angkanya sulit untuk diingat,
eee kita
sudah menganggarkan
untuk penanganan
ini. Terkait
dengan penganggaran,
tentunya kita sudah mengalokasikan dan menyetujui anggaran untuk eee Dinas Kesehatan ini setahun lebih
kurang ee dalam kisaran 60 Milyar, per tahun ya, yang jelas kita sangat mendukung program-program yang
ada di dinas kesehatan, salah satunya adalah tentang ee apa, filariasis, yaa.. atau kaki gajah ini. Haa ini
memang termasuk penyakit-penyakit endemi yang memang diperhatikanlah bagi kami.”
2. Kepala Dinas
Kesehatan Kab. Bengkalis
“Ada yang bantuan dari pusat, obat mereka kirim, tapi untuk kegiatan yang sifatnya operasional itu dari
APBD kita.. APBD kabupaten.. tapi kalau obat, itu mereka kirim dari pusat.. dari bantuan luar negeri..
Untuk kesehatan ini APBD kita 5 koma sekian persen lah ya.. ini sebetulnya kan lebih kecil dari instruksi
undang-undang kita.. di undang-undang kita kan
Universitas Sumatera Utara
61
menginstruksi untuk kesehatan ini 10, kita mungkin gak sampai segitu karena mengingat kebutuhan-
kebutuhan lain yang lebih mendesak dan lebih prioritas. Kalau di kantor dinas ini sekitar 150 milyar,
untuk rumah sakit mungkin sekitar 400an lah saya rasa.. 400an milyar.. dari APBD kita yang 5 trilyun.
Kalau untuk program ini, oo lah kecil..”
3. Kepala Seksi
Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit “Kalau Albendazole itu sepenuhnya bantuan dari
WHO.. Kemudian ee DEC itu disediakan oleh Kemenkes..
paracetamol itu
obat untuk
efek sampingnya,
sekarang rekomendasinya
aturan sekarang kan tidak ada paracetamol, memang di buku
itu, kalau ada keluhan kasi paracetamol.. tapi sekarang waktu pertemuan di Bandung kemaren Pak Irawadi
bilang ee, paracetamol sudah tidak lagi.. Cuma nanti ada dicatat, apa keluhan setelah minum obat, kalau ada
keluhan baru dikasi obat yang sesuai dengan keluhan yang terjadi.. kalau misalnya keluhannya sakit perut ya
kasi antasida.. jadi paracetamol tidak harus diberikan lagi, sesuai keluhan aja.. kalau kita langsung kasi itu
nanti tidak bisa kita tahu nanti di laporan kita berapa yang mengalami reaksi daripada POMP filariasis ini..
POMP filariasis ini dia minimal intervalnya 9 bulan, kemaren kita buat 2 kali karena kalau dibuat 1 kali
setahun kita menyangkut pada APBD, anggaran, kita per anggaran kita, kalau anu Bulan Januari, kalau
misal dari yang pertama Bulan Februari, kita APBD belum, kenapa kita laksanakan Bulan November,
karena anggaran kita tersedia.. kalau pas waktu pelaksanaan
itu anggaran
tidak tersedia,
mau dilaksanakan kan susah.. jadi intervalnya 9 bulan
sampai 12 bulan.. kalau kita bikin 12 bulan nanti itu kenaknya pada bulan Januari Februari, APBD kita
belum keluar.. jadi tak bisa kegiatan dilaksanakan..”
4. Pengelola Program
Filariasis Dinas Kesehatan Kab.
Bengkalis “Kita bekerja sama dengan lembaga RTI Research
Triangle Institute dan USAID, mereka lebih banyak
menyuplai dana untuk kegiatan ini. Kalau untuk kegiatan pemberian obat massal tahap kedua, ee
Pemerintah Kabupaten
Bengkalis sudah
menganggarkan biaya untuk operasionalnya, kalau tahap pertama itu lebih banyak dibantu, katakan
keseluruhannya dibantu oleh USAID. Kita dalam pemberian obat massal filariasis ini dibantu oleh para
Universitas Sumatera Utara
62
kader kesehatan di desa, kemudian di logistik, di obat- obatan itu dibantu oleh WHO semua. Kalau dana
untuk program filariasis tidak begitu banyak, kita kan ada pemberian obat massal kan dilaksanakan oleh
kader, semuanya dibantu oleh yang kedua ini dari APBD, yang pertama kemaren seluruhnya dibantu oleh
USAID. Dana yang habis sekitar, mm dalam DPA atau Dokumen Pelaksanaan Anggaran program filariasis itu
sekitar 600 juta.”
5. Kepala Puskesmas
Kec. Bengkalis “Dana untuk POMP filariasis ini tidak jelas. Dananya
katanya berasal dari bantuan USAID, tapi yang masuk kemari gak jelas. Gak jelas karena apanya pun saya
kurang tahu, karena selama ini puskesmas tidak pernah melakukan apa, ee, dia cuma melakukan apa yang
diberikan oleh dinas. Dari dinas itu diberikan obat sama uang transport, uang transport untuk petugas dan
kader, karena yang bekerja ini keroyokan ya, rame- rame, dinas hanya memprogramkannya satu desa satu
orang, sementara di desa itu tidak satu orang, bisa aja ada 5, makanya untuk 1 itu dibagilah 5 uangnya, jadi
kecillah dia. Hee, karena dia pengalinya desa, bukan orang yang di desa itu. Jadi kecil. Kalau dana dari
puskesmas sendiri tidak ada untuk ini. Dari kecamatan dan desa juga tidak ada.”
6. Kepala Desa
Wonosari “Kalau operasional, kemaren kalau untuk minum, itu
desa yang nyiapkan, kalau obat-obatan dari pemerintah kabupaten.
Kader sukarela
memang, dan
kader posyandu kan..”
7. KaderTPE Desa
Wonosari “Ada kami dapatkan, istilahnya uang lelah gitu, kami
ada diberi bantuan dari puskesmas, kalau masalah konsumsi kami dibantu dari desa. Istilahnya konsumsi
untuk kaderlah, kan sampai sore itu. Untuk obat mencukupi, malah kadang berlebih.”
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan logistik berupa obat-obatan disediakan oleh Kementerian Kesehatan RI dan WHO, namun untuk
anggaran operasional pada pelaksanaan POMP Filariasis tahap I, Kabupaten Bengkalis mendapat bantuan dana operasional sepenuhnya dari USAID dan RTI
Universitas Sumatera Utara
63
sedangkan pada POMP Filariasis tahap II telah dilaksanakan dengan dana APBD Kabupaten Bengkalis. Pengelola Program Filariasis di Dinas Kesehatan Kabupaten
Bengkalis menyatakan bahwa dana yang digunakan untuk operasional POMP Filariasis berjumlah sekitar Rp.600.000.000,-
4.3.5 Pernyataan Informan tentang Advokasi dalam Pelaksanaan POMP