67
4.3.7 Pernyataan Informan tentang Sosialisasi dalam Pelaksanaan POMP
Filariasis
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
dari 9
orang informan
yang diwawancarai, seluruh informan menyatakan ada dilakukan sosialisasi ke masyarakat
mengenai POMP Filariasis. Tiga orang informan menyatakan bahwa sosialisasi dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan melalui puskesmas. Enam orang informan
lainnya menyatakan bahwa sosialisasi mengenai filariasis dan pengobatan massal masih sangat minim dan belum menyeluruh. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.13
berikut :
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan tentang Sosialisasi dalam Pelaksanaan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis
No. Informan
Pernyataan
1. Kepala Seksi
Pengendalian dan Pemberantasan
Penyakit “Kita kan melalui puskesmas dan kita juga turun untuk
melakukan sosialisasi, sekarang yang banyak tak tahu itu yang tidak ngerti, kadang kalau ngomong aja tak
tau juga do, jadi kita tunjukkan juga dalam bentuk gambar-gambar,
poster. Kita
setiap pertemuan
sosialisasi kita siapkan leaflet, poster, spanduk, kemudian lewat media massa, media elektronik seperti
di radio, kita adakan wawancara di radio, kita beritahukan
kepada masyarakat,
kemudian lewat
pertemuan-pertemuan di
posyandu, kemudian
dihimbau melalui mesjid” 2.
Pengelola Program Filariasis
Kabupaten Bengkalis
“Kita untuk kegiatan pemberian obat massal filariasis, sebelum mengadakan pengobatan massal filariasis kita
sudah ada sosialisasi di media, di radio, kemudian ada kesempatan tertentu baik itu di tingkat kecamatan kita
berikan sosialisasi tentang penyakit filariasis atau kegunaan
pemberian obat
massal pencegahan
filariasis. Spanduk kita juga ada, baliho ada, itu dibantu oleh Kemenkes juga.”
3. Kepala Desa
Wonosari “Ada
sosialisasinyalah pertama
kemaren. Dinas
kesehatan yang melaksanakan sosialisasinya, bersama-
Universitas Sumatera Utara
68
sama dengan puskesmas dan didampingi oleh dokter- dokter yang dari RSUD Bengkalis. Tahun kemaren
sekalilah dilaksanakan sosialisasinya, kemaren mereka menyiapkan kayak selebaran, isinya penjelasan tentang
kaki gajah, dampak dari penyakit kaki gajah ini, gejala-gejalanya, disitu dijabarkan di selebaran. Kalau
sosialisasi di desa, itu di laksanakan di Kantor Kepala Desa Wonosari ini, kita lewat RT RW, dan RT RW
yang menyampaikan kepada masyarakat. Yang hadir RT, RW, Kepala Dusun, Posyandu, Polindes hadir dan
narasumbernya dari dokter tu.”
4. KaderTPE Desa
Wonosari “Pernah memang, tapi kami diperintahkan untuk
membagikannya ke masyarakat dari rumah ke rumah, itu yang tidak disosialisasi itu, itu makanya ada efek
samping ini masyarakat banyak yang menyalahkan kader
kan, jadi kami
yang kemaren tu minta
disosialisasikan, jadi kemaren tu sebelum di apa, dokternya juga hadir memberikan sosialisasi kepada
aparat-aparat setempat, sehingga nanti masyarakat ngerti kan..”
5. KaderTPE Desa
Pedekik “Tak ada memang dikumpulkan masyarakat dikasi
penyuluhan itu tidak ada ya, memang seharusnya ya kayak gitu.. kemaren kami adalah minta baliho tentang
penyakit kaki gajah dan pengobatan massal ini.. Cuma itulah, cuma dikasi poster-poster kecil aja, masyarakat
tentu kurang tahu.. jadi tak tahulah bahaya penyakit kaki gajah ini..”
6. Ketua RT
“Ada disosialisasikan ke desa-desa, ke kepala desa, terus kepala desa menyebarkan ke RT RW nya,
kemudian ada juga diumumkan di rumah-rumah ibadah, waktu shalat gitu kan diumumkan, tapi
memang ya cuma sekedar diumumkan aja ada pemberian obat gratis kaki gajah, tapi informasi
lengkap tentang bagaimana penyakit dan obat itu sendiri masih agak kurang ya..”
7. Penduduk
Kelurahan Kota Guru
“Saya rasa mengenai pengobatan ini sosialisasinya masih
sangat kurang..
Apa-apa kan
harus disosialisasikan.. biar tidak disalah artikan.. bagi orang
yang takut sakit, okee dia minum, tapi yang merasa tidak sakit ya ngapain minum obat, kan gitu.. kalau di
sekolah memang tidak ada dilakukan sosialisasi tentang ini.. hari pembagian obat itu kan serentak,
Universitas Sumatera Utara
69
sebelum pembagian obat kan masing-masing kepala keluarga yang ambil, jadi harusnya disosialisasikan
dulu, penyakit kaki gajah tu seperti apa, manfaat obat itu apa, minumnya itu rutinnya berapa lama, efek
sampingnya itu bagaimana, kalau dah masing-masing kepala keluarganya tahu, pulang ke rumah kan bisa
sampaikan ke keluarganya masing-masing gitu kan, kalau yang terjadi sekarang ini kan hanya satu dua
orang yang tahu, terus dari mulut ke mulut saja yang menyampaikan, kalau dari mulut ke mulut itu, ya
biasalah gosip, dari mulut ke mulut kan, yang tadinya informasinya penuh, eeh dikurang-kurang-kurangkan,
daah tidak sesuai lagi, nanti ada yang ditambah- tambahkan, malah jadi salah informasinya, gitu…
bagusnya diundang masing-masing perwakilan dari keluarga, disosialisasikan tentang kegiatan ini, baru
nanti dibagi-bagikan obatnya.. jadi kan orang lebih berinisiatif untuk minum.. merasa penting obat itu
jadinya.. kalau ini kan macam kurang penting, apa ni, awak tak sakit, kenapa dikasi obat pulak, kan gitu.. ”
8. Penduduk Desa
Senggoro PNS “Saya tidak minum obat itu.. ada memang petugas
yang datang ke rumah memberikan obat itu, tapi saya heran
juga, obat
apalah ini,
waktu itu
yang memberikan pun tidak jelas memberitahukan obat apa
yang diberi itu.. makanya tidak saya minum, ditambah lagi dengar-dengar katanya ada efek samping, mual-
mual, pusing, muntah, laaahh dikasi obat kok malah bikin sakit, kan aneh.. harusnya disosialisasikanlah
kalau memang ada program pengobatan penyakit kaki gajah ini, jangan yang diberitahu hanya yang petugas-
petugas kesehatan saja atau para pejabat-pejabat saja, kalau memang harus semua masyarakat yang minum,
jadi jangan di atas-atas aja, sama yang dibawah- bawahnya jugalah diinformasikan dengan jelas..”
9. Penduduk Desa
Kelapapati IRT “Kebetulan saya pun tidak mendapat informasi ada pos
pengobatan itu di mesjid sini.. saya tak ada dengar informasi, belakangan baru saya tahu dari kawan ke
kawan aja..”
Berdasarkan uraian di atas, sosialisasi kepada masyarakat tentang penyakit filariasis dan POMP Filariasis telah dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan melalui
Universitas Sumatera Utara
70
puskesmas. Sosialisasi dilaksanakan melalui pertemuan dengan media gambar, poster dan leaflet. Sosialisasi tentang POMP Filariasis juga disebarkan melalui media cetak
dan media elektronik. Namun, masyarakat menyatakan sosialisasi yang dilakukan terkait pelaksanaan POMP Filariasis masih sangat minim dan kurang lengkap.
4.3.8 Pernyataan Informan tentang Persiapan Tenaga Pelaksana Eliminasi