Hambatan Evaluasi Cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013

106

5.3.10 Pencatatan dan Pelaporan

Dalam pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Bengkalis, pencatatan dilakukan oleh kader dan kemudian dilaporkan ke puskesmas. Puskesmas kemudian melaporkan hasil POMP filariasis ke dinas kesehatan kabupaten untuk dilaporkan ke dinas kesehatan provinsi dan Kementerian Kesehatan RI. Berdasarkan hasil penelitian, permasalahan yang ada dalam tahap pencatatan dan pelaporan adalah kemungkinan adanya kesalahan input data atau pencatatan data sehingga berdampak pada cakupan pengobatan serta keterlambatan puskesmas untuk melaporkan hasil pelaksanaan POMP filariasis sehingga data monitoring reaksi pengobatan tahap pertama tidak diterima oleh dinas kesehatan. Untuk mengantisipasi terjadinya keterlambatan dalam pelaporan, diperlukan koordinasi yang baik tentang waktu pengumpulan laporan. Dalam pelatihan TPEkader sebaiknya diberikan materi yang jelas tentang pencatatan dan pelaporan agar kesalahan dalam pencatatan dapat diminimalisir. Pencatatan dan pelaporan yang baik akan memberikan data dan informasi yang tepat dan akurat sehingga dapat menggambarkan pelaksanaan program dan dapat dijadikan bahan masukan untuk perencanaan kegiatan berikutnya.

5.4 Hambatan

dalam Pelaksanaan Program Eliminasi Filariasis di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013 Dalam pertemuan evaluasi POMP filariasis tahap I oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Bengkalis, dikemukakan bahwa permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan POMP filariasis yaitu : Universitas Sumatera Utara 107 a. Waktu pelaksanaan yang singkat b. Kurangnya sosialisasi kepada masyarakat c. Media sarana sosialisasi masih kurang d. Distribusi logistik belum optimal e. Pos-pos pengobatan terbatas f. Reaksi pengobatan kurang tercatat per gejala Oleh karena itu hal yang perlu diperhatikan dalam POMP Filariasis adalah : a. Sosialisasikan kepada masyarakat tentang pentingnya minum obat filariasis dan kemungkinan terjadinya reaksi pengobatan b. Seleksi cermat penduduk sasaran c. Sosialisasikan tempat pelayanan kesehatan rujukan kepada masyarakat d. Dokter dan tenaga kesehatan harus ada dan terjangkau dalam lima hari sesudah pengobatan e. Stok obat untuk tata laksana kejadian ikutan dipastikan ada dan cukup f. Minum obat filariasis sesudah makan dan di depan TPEkader Berdasarkan hasil penelitian, hambatan yang paling dominan dalam pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Bengkalis tahun 2013 adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya minum obat pencegahan filariasis sehingga berpengaruh pada cakupan pengobatan. Hal ini disebabkan oleh minimnya sosialisasi kepada masyarakat terkait penyakit filariasis dan pengobatan massal sehingga pengetahuan yang dimiliki masyarakat tentang filariasis masih kurang. Hal ini juga dinyatakan dalam penelitian Suherni 2007 bahwa pengetahuan Universitas Sumatera Utara 108 seseorang tentang filariasis berhubungan dengan perilaku minum obat filariasis pada kegiatan POMP filariasis di Kabupaten Subang, Jawa Barat p = 0,023.

5.5 Evaluasi Cakupan POMP Filariasis di Kabupaten Bengkalis Tahun 2013

Evaluasi pengobatan massal adalah bagian yang paling penting dalam Program Eliminasi Filariasis. Untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan massal, ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu : a. Cakupan Geografis Cakupan geografis adalah persentase desa atau kelurahan yang diobati dalam satu kabupatenkota disetiap tahun pengobatan. Cakupan geografis untuk Kabupaten Bengkalis adalah 100 yang artinya seluruh desa dan kelurahan telah mengadakan POMP filariasis pada tahap pertama dan kedua. b. Cakupan Pengobatan Massal Cakupan pengobatan terbagi menjadi dua yaitu cakupan berdasarkan jumlah penduduk dan cakupan berdasarkan jumlah sasaran. Cakupan berdasarkan jumlah penduduk menggambarkan angka pencapaian pengobatan dan dapat menjelaskan jumlah penduduk yang beresiko untuk diobati dan aspek epidemiologinya. Cakupan berdasarkan sasaran menggambarkan keberhasilan pengobatan dan dapat menjelaskan efektivitas pengobatan massal. Hasil cakupan POMP filariasis tahun 2013 di Kabupaten Bengkalis pada tahap pertama adalah 77,3 berdasarkan jumlah penduduk dan 87,6 berdasarkan jumlah sasaran, sedangkan cakupan POMP filariasis tahap kedua adalah 76,2 berdasarkan jumah penduduk dan 88,9 berdasarkan jumlah sasaran. Universitas Sumatera Utara 109 c. Survei Cakupan Survei cakupan dilakukan untuk menilai kebenaran cakupan pengobatan massal berdasarkan laporan di kabupaten. Survei cakupan dilaksanakan oleh provinsi atau badan independen. Hasil survei cakupan pengobatan oleh Kementerian Kesehatan RI dan RTI-USAID di 30 titik di Kabupaten Bengkalis tahap pertama pada Bulan Februari 2013 adalah 65, sedangkan untuk tahap kedua belum dilaksanakan survei cakupan. Dari data yang diperoleh ditemukan bahwa persentase cakupan pengobatan lebih tinggi daripada persentase survei cakupan. Hal ini disebabkan adanya kemungkinan bahwa kaderTPE tidak benar dalam melaporkan angka penduduk yang minum obat, adanya jumlah penduduk dan jumlah sasaran yang berubah, atau penduduk dari luar Implementation Unit IU yang juga meminum obat dan tercatat sebagai penduduk di IU. Tindak lanjut yang dapat dilakukan yaitu memperbarui motivasi dan kemampuan TPEkader dalam memberikan obat filariasis melalui pelatihan dan menanyakan kepada TPEkader apakah ada peduduk di luar IU yang tercatat sebagai sasaran pengobatan yang dilaporkan dan kemudian keluarkan penduduk tersebut dari pencatatan. Adapun target cakupan POMP filariasis yang harus dicapai untuk memutus rantai penularan filariasis adalah 85 dari jumlah sasaran. Jika dilihat dari cakupan pengobatan oleh kabupaten maka pelaksanaan POMP filariasis telah mencapai target dengan angka cakupan pengobatan berdasarkan sasaran sebesar 87,6 pada tahap Universitas Sumatera Utara 110 pertama dan 88,9 pada tahap kedua. Namun jika dilihat dari survei cakupan yang dilaksanakan oleh Kemenkes RI serta RTI-USAID, maka angka cakupan pengobatan pada tahap pertama adalah sebesar 65 dan pada tahap kedua belum dilakukan survei cakupan. Artinya, pelaksanaan POMP filariasis di Kabupaten Bengkalis tahun 2013 cukup berhasil namun perlu ditingkatkan angka cakupan pengobatan pada tahap berikutnya agar mencapai target. Universitas Sumatera Utara 111 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan