103
petugas. Namun kendala yang ditemukan sehingga penduduk tidak minum obat langsung di depan petugas yaitu alasan belum makan dan masih adanya keraguan dari
masyarakat sehingga obat diambil untuk dibawa pulang. Dalam pelaksanaan POMP filariasis, TPEkader harus lebih selektif dalam
memberikan obat dan menginformasikan kepada penduduk yang memiliki sakit berat untuk menunda minum obat pencegahan filariasis. Hal ini dimaksudkan agar
kedepannya tidak terjadi lagi kasus penduduk yang harus dirujuk ke rumah sakit karena memiliki penyakit gagal ginjal dan penyakit maag yang kontraindikasi dengan
obat pencegahan filariasis.
5.3.8 Monitoring Reaksi POMP Filariasis
Monitoring atau pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang bertujuan agar penggunaan sumberdaya dapat lebih diefisienkan dan tugas-tugas
pelaksana untuk mencapai tujuan program dapat lebih diefektifkan. Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan dalam fungsi pengawasan yaitu pengamatan
langsung, laporan lisan, dan laporan tertulis. Berdasarkan hasil penelitian, puskesmas bertanggung jawab dalam memonitor
reaksi POMP filariasis. Pengawasan dilaksanakan di hari pelaksanaan pengobatan massal sampai beberapa minggu setelah hari pengobatan massal. Laporan monitoring
reaksi pengobatan dicatat oleh TPEkader dan kemudian diserahkan ke puskesmas. Namun, reaksi pengobatan kurang tercatat per gejala pada POMP filariasis tahap
pertama dan banyak puskesmas yang tidak memberikan laporan monitoring reaksi pengobatan ke dinas kesehatan sehingga tidak dapat diketahui
bagaimana
Universitas Sumatera Utara
104
perbandingan reaksi pengobatan di tahap pertama dan kedua. Untuk POMP filariasis tahap kedua, kejadian ikutan pasca pengobatan adalah sebesar 26,92.
Dalam monitoring reaksi POMP filariasis, perlu dimengerti bahwa berbeda dengan efek samping pada penggunaan obat pada umumnya, efek yang tidak
diharapkan pada pengobatan filariasis terdiri dari 2 kelompok efek yang sangat berbeda penyebabnya, yaitu :
a. Pertama adalah yang biasa disebut efek samping obat, yaitu disebabkan
karena reaksi terhadap obatnya. Efek samping obat ini adalah akibat efek obat terhadap tubuh manusia efek farmakologi, akibat interaksi obat, intoleransi
tidak cocok obat, idiosinkrasi keanehanketidak laziman respon individu terhadap obat, reaksi alergi obat.
b. Kedua adalah yang disebut sebagai kejadian ikutan pasca pengobatan, yaitu
reaksi tubuh terhadap hasil pengobatan tubuh makrofilaria mikrofilaria yang mati adalah benda asing bagi tubuh, bukan terhadap obatnya.
TPEkader harus memahami bahwa efek samping obat berbeda dengan reaksi pasca pengobatan sehingga informasi tersebut dapat disampaikan kepada masyarakat
agar tidak terjadi salah persepsi mengenai reaksi pasca pengobatan. Jika masyarakat tidak memahami dengan jelas mengapa timbul reaksi pasca pengobatan, maka
dikhawatirkan pada POMP filariasis berikutnya masyarakat menjadi enggan untuk minum obat. Selain itu, informasi mengenai sistem rujukan juga harus disampaikan
dengan jelas agar masyarakat mengerti apa yang harus dilakukan dan harus kemana ketika mengalami reaksi ikutan pasca pengobatan massal filariasis.
Universitas Sumatera Utara
105
5.3.9 Pemberian Obat Kepada Penduduk yang Tidak Hadir