Unsur Religi dalam Pertunjukan Jaran Kepang.

Musik Jaran Kepang berfungsi sebagai pengungkapan estetis, hiburan, komunikasi, reaksi jasmani, dan pengintegrasian masyarakat. Lebih lanjut Soedarsono 1985:18 berpendapat bahwa fungsi seni kesenian dalam kehidupan manusia dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1 sarana upacara, 2 hiburan, dan 3 tontonan. Sedangkan Keesing 1988:53 menjelaskan fungsi seni, yaitu: 1 sarana kesenangan, 2 sarana hiburan, 3 sarana pemyataan diri, 4 sarana integrasi, 5 sarana penyembuhan, 6 sarana pendidikan, 7 sarana pemulihan ketertiban, dan 8 sarana simbolik yang mengandung kekuatan magis.

3.8. Unsur Religi dalam Pertunjukan Jaran Kepang.

Religi adalah segala sistem tingkah -Iaku manusia untuk mencapai suatu maksud dengan cara menyandarkan diri kepada kemauan dan kekuatan makhluk-makhluk halus seperti roh, dewa, dsb. yang menempati alam Frazer dalam Koentjaraningrat, 1985:27. Religi dalam suatu masyarakat mempunyai tujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan, mengisi kebutuhan atau mencapai kebutuhan bersama, seperti kemakmuran, kebahagiaan dan rasa aman yang berhubungan dengan yang gaib. Frazer dalam Koentjaraningrat, 1985:28 menjelaskan mula-mula manusia hanya mempergunakan ilmu gaib untuk memecahkan persoalan hidup di luar batas kemampuannya dan banyak yang tidak ada hasilnya. Maka mulailah ia percaya bahwa alam didiami oleh makhluk-makhluk halus yang lebih berkuasa dari padanya. Manusia lalu mencari hubungan dengan makhluk-makhluk halus itu, dengan demikian timbullah religi. Pertunjukan Jaran Kepang mengandung unsur religi, namun tidak sepenuhnya menyandarkan diri kepada makhluk-makhluk halus seperti yang dikemukakan oleh Universitas Sumatera Utara Frazer. Namun, sangat berkaitan dengan religi orang Jawa dahulunya. Koentjaraningrat 1984:3 10, menjelaskan masalah religi bagi orang Jawa ada yang disebut Islam Santri dan Islam Kejawen. Islam santri, yaitu penganut agama Islam di Jawa yang secara patuh dan teratur menjalankan ajaran- ajaran Islam. Agama Islam Kejawen yang disebut agarna Jawi adalah suatu kornpleks keyakinan dan konsep-konsep Hindhu Budha yang cenderung kearah mistik, yang tercampur menjadi satu dan diakui sebagai varian dari agama Islam. Sejalan dengan ini, Neils Mulder 19973 menjelaskan sebagian besar orang Jawa termasuk dalam golongan kejawen yang telah berusaha mencampuradukkan beberapa konsep dan cara berpikir Islam dengan pandangan asli mengenai alam kodrati dunia, ini dan alam adikodrati alam gaib atau supernatural. Selanjutnya, Koentjaraningrat 1982:340 menjelaskan kebanyakan orang Jawa percaya kepada suatu kekuatan yaitu kesakten kekuatan sakti, arwah atau roh leluhur dan makhluk-makhluk halus, seperti: memedi, lelembut, serta jin lainnya yang menempati alam sekitar tempat tinggal mereka. Menurut kepercayaan, makhluk halus tersebut dapat mendatangkan kebahagiaan dan dapat pula menimbulkan gangguan. Hampir pada tiap peristiwa yang dianggap penting, baik yang bersifat keagamaan atau kepercayaan, maupun mengenai usaha seseorang dalam mencari penghidupan, pelaksanaannya selalu disertai upacara. Sedyawati 1981:52 menjelaskan seni Pertunjukan terutama yang berupa tari-tarian dengan iringan bunyi-bunyian, sering merupakan pengembangan dari kekuatan-kekuatan magis yang diharapkan hadir. Beberapa fungsi seni pertunjukan di dalam lingkungan ethnik di Indonesia yaitu: 1 pemanggil kekuatan gaib; 2 penjemput roh-roh pelindung; 3 memanggil roh-roh baik untuk mengusir roh-roh jahat; 4 peringatan pada nenek moyang; 5 pelengkap upacara; 6 pewujudan daripada dorongan untuk mengungkap keindahan semata. Universitas Sumatera Utara Sehubungan dengan uraian yang dikemukakan di atas, seni pertunjukan Jaran Kepang berfungsi untuk memanggil roh-roh gaib agar terhindar dari gangguan yang terlihat pada saat kesurupan, mengungkapkan keindahan dan kegiatan yang terorganisir. Pada saat upacara itu berlangsung, kesenian selalu berperan. Pertunjukan Jaran Kepang dipandang masyarakat Jawa dapat menjauhkan dari ganguan makhluk halus. Kehadiran makhluk halus terlihat pada kesurupan penari di saat pertunjukan.

3.9. Kesurupan Trance