3.10. Selamatan.
Selamatan adalah suatu upacara makan bersama yang telah diberikan doa sebelumnya dan dibagi-bagikan Koentjaraningrat, 1995:347. Upacara selamatan
diadakan berkaitan erat dengan kepercayaan kepada kekuatan sakti dan makhluk-- makhluk halus. Diadakannya upacara ini ditujukan untuk memperoleh keselamatan hidup
dengan tidak ada gangguan-gangguan apapun biasanya upacara ini dipimpin oleh scorang yang faham akan doa-doa dan bacaan AlQuran.
Selarnatan diadakan berkaitan dengan kegiatan hidup sehad-hari, yaitu: 1 dalam rangka lingkaran hidup seperti, kelahiran, sunat, perkawinan dan kematian, 2 bersih
desa, panen padi, 3 berhubungan dengan bulan-bulan kalender Islam seperti pada saat tahun baru Islam 4 pada saat yang tidak- tertentu, seperti menempati rumah baru dan
sembuh dari sakit. Melalui upacara selamatan biasanya diadakan pertunjukan kesenian, seperti: wayang dan Jaran Kepang. Upacara selamatan yang menggunakan Jaran
Kepang di Kelurahan Tanjung Sari menurut heristina dewi terjadi pada acara perkawinan, sunatan dan panen. Pertunjukan kesenian seperti Jaran Kepang diadakan setelah acara
makan bersama atau keesokan harinya. Di kota Binjai sendiri pertunjukan jaran kepang juga dilaksanakan pada acara selamatan seperti sunatan, pernikahan, janji setelah sembuh
dari sakit dan pada saat tahun baru Islam.
3.11. Simbolisme dan Makna
Simbolisme yaitu suatu tata pemikiran atau paham yang menekankan atau mengikuti pola-pola yang mendasarkan diri kepada simbol-simbol Budiono, 1984:29.
Esensi simbolisme terletak dalami pengakuan sesuatu sebagai pengganti sesuatu yang
Universitas Sumatera Utara
lain, bisa dalam bentuk kongkrit maupun abstrak. Simbol itu sendiri muncul dengan kekuatan tersendiri untuk memulihkan dan menerima efek atau sesuatu yang lain atau
untuk melindungi sesuatu objek. Simbol digunakan dalam bentuk ungkapan kata, benda, kesenian atau
lambang-lambang tertentu guna merepresentasikan makna yang melekat dan terkait dalam setiap kejadian hidup secara luas dan intensif untuk memahami makna dari
simbol harus dirujuk pada lingkungan dimana dia terkait. Bentuk eksplisit dari simbolisme adalah makna yang melekat pada apa yang diberi makna. Simbolisme
tidak hanya sebagai suatu isyarat dari komunikasi sosial, tetapi suatu kelengkapan yang lahir dalam mental yang membuat pengalaman manusia dimungkinkan
bermakna Pelly, 1994:84-85. Semua makna budaya diciptakan dengan menggunakan simbol-simbol Spradley, 1997:12 1. Penggunaan simbol dalam.
masyarakat sangat bervariasi, dapat dipergunakan untuk tindakan yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat atau individu. Sperber Usman Pelly, 1994:84
menjelaskan interpretasi simbolik tidak hanya sekedar masalah kode, tetapi suatu improvisasi yang implisit dan mengikuti aturan yang tidak disadari. Simbolisme
merupakan suatu kelengkapan yang lahir dalam mental yang membuat pengalaman manusia dimungkinkan bermakna.
Selanjutnya Sperber 1979:50 mengungkapkan, maksud suatu simbol tidak universal tapi bersifat kultural, bisa ada bisa tidak, berbeda dari kebudayaan yang satu
dengan yang lainnya, dan bahkan berbeda dalam satu kebudayaan. Lebih lanjut Sperber mengungkapkan, simbol memiliki kunci tertentu, dan jika informan
mengetahui kunci tersebut, situasi yang ditemui tidak akan berbeda dari situasi ketika mempelajari aspek kekerabatan, ekonomi, sejarah, dan lain-lain 1979:20.
Universitas Sumatera Utara
Blumer Paloma, 1994 dalam teori interaksi simbolik, menjelaskan manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna-makna yang ada pada sesuatu itu bagi
mereka. Makna tersebut berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Makna-makna disempurnakan disaat proses interaksi sosial berlangsung.
Uraian di atas dapat ditemukan di dalam pertunjukan Jaran Kepang, seperti kuda-kudaan, bunga, kemenyan, dan minuman yang mempunyai makna, serta efek dari
pertunjukan diharapkan dapat terjauhi dari gangguan makhluk-makhluk halus.
3.12. Perubahan Kebudayaan.