Pemain Musik. Pendukung Pertunjukan. 1. Penari.

setelah itu dilanjutkan pada malam hari dan berhenti ketika dirasa cukup waktunya oleh pawang karena ia adalah pengendali pertunjukan, sebab lain berhentinya pertunjukan karena permintaan dari orang yang mengundang mereka. Namun hal ini tidak menjadi patokan kalau semua penampilan Jaran Kepang akan selalu seperti ini karena semua tergantung kondisi tempat pertunjukan serta beberapa hal lainnya yang dapat mempengaruhi pertunjukan seperti jika pertunjukannya berada di daerah pelosok ataupun daerah yang masih kurang adanya sarana transportasi biasanya pada saat itu akan banyak pemain Jaran Kepang yang lain datang untuk melihat pertunjukan tersebut dan nantinya akan ikut mabok juga, jadi keadaan akan menjadi ramai, maka jika hal tersebut terjadi maka waktu pertunjukan akan lama sekali selesai. 4.3. Pendukung Pertunjukan. 4.3.1. Penari. Dalam Jaran Kepang jumlah penari biasanya ganjil, seperti lima, tujuh atau sembilan, semua tergantung dari keadaan kelompok itu sendiri. Penari terdiri dari laki- laki dan perempuan. Semua penari bisa mengalami trance. Mereka menari menggunakan Jaran kepang atau kuda-kudaan yang dipegang di tangan kiri sedang tangan kanan mereka memegang selendang yang terikat di pinggang mereka. Ada beberapa isitilah untuk penari dalam Jaran Kepang yaitu, pemayung dan penari biasa. Pemayung biasanya pemimpin penari yang ditangan kanannya memegang cambuk atau yang biasa disebut dengan pecut dan pada saat menari posisinya selalu di depan.

4.3.2. Pemain Musik.

Universitas Sumatera Utara Ada banyak penyebutan pemain musik dalam Jaran Kepang, salah satunya menurut Pak Selamet pemimpin dari kelompok Langen Setio Budoyo Utomo mengatakan pemain musik biasanya disebut dengan gamel, sedangkan keterangan yang didapatkan dari Pak Ngoweh pawang sekaligus pemimpin dari kelompok Jaran Kepang Wahyu Satrio Putro pemain musik biasa disebut dengan Panjak. Sedangkan keterangan dari Paklek Dut seorang pemain kendang dari kelompok Jaran Kepang yang berada di daerah Langkat mengatakan pemain musik biasa disebut dengan Wiyogo, lebih lanjut disebutkannya bahwa penyebutan ini adalah istilah lain yang lebih halus dari kata-kata di dalam bahasa Jawa seperti istilah panjak dan gamel. Menjadi seorang pemain musik dalam kelompok Jaran Kepang memang tidaklah mudah karena memang harus orang yang berpengalaman karena bisa-bisa nantinya jika musik yang dimainkannya kurang baik maka para penari yang sedang mabok akan marah, karena beberapa kali penulis pernah mengikuti beberapa penampilan kelompok Jaran Kepang para penari yang mabok memarahi para pemain musik jika musik yang mereka mainkan tidak bagus, bahkan para arwah yang memasuki para penari Jaran Kepang mengenali siapa saja pemain musik yang memainkan musik dengan baik, contohnya saja jika para penari yang sedang mabok ingin kembali sadar maka sering ia memilih sendiri pemain musiknya memang yang sering mereka pilih adalah pemain kendang atau juga sering pemain saron. Ketika hal ini saya tanyakan kepada beberapa orang para pemain Jaran Kepang mereka semua mengatakan bahwa kedua pemain musik ini memang yang sangat vital, Pak Slamet, Trisno, Ngoweh serta informan yang lainnya mengatakan hal seperti ini «kalau pemain saron itu pembawa melodi yang utama jika melodi yang dimainkannya salah atau tidak sesuai dengan yang biasanya maka dapat dibayangkan bisa-bisa kurang enak kedengarannya musik yang dimainkan terlebih lagi pemain kendang karena setiap arwah atau endang yang ingin keluar dari tubuh penari Universitas Sumatera Utara selalu menghadap kendang jika permainan kendang tidak bagus bisa-bisa endang tersebut nantinya tidak mau keluar dari tubuh si penari-tetapi jika hal tersebut terjadi semua menjadi tanggung jawab si Pawang karena ia adalah pengendali penampilan ».

4.3.3. Pawang.