Tenaga Kerja. Fasilitas Untuk Masyarakat. Kesenian.

2.6.6. Tenaga Kerja.

Dalam dunia kerja para penduduk Kota Binjai beragam jika melihat dari tingkat pendidikannya. Dalam tiga kurun waktu yaitu mulai tahun 2005 sampai 2007 para pencari kerja yang tidak tamat sekolah dasar berjumlah 3 orang. Sedangkan yang tamat sekolah dasar berjumlah 53 orang. Pencari kerja yang lulus SLTP brjumlah 173 orang. Sedang yang lulus SMU berjumlah 6742 orang. Pencari kerja yang bergelar Diploma I dan Diploma III berjumlah 175 orang. Penduduk yang mencari kerja dengan gelar sarjana pada kurun waktu tersebut berjumlah 1108 orang.

2.6.7. Fasilitas Untuk Masyarakat.

Seiring dengan perjalanan waktu, pemerintah kota Binjai banyak menyediakan fasilitas untuk penunjang kebutuhan masyarakat mulai dari pendidikan, kesehatan serta pembangunan rumah ibadah. Seperti yang sekarang ada dan menyebar di kota Binjai terdapat 43 sekolah menengah atas serta kejuruan, serta 51 sekolah menengah pertama serta madrasah dan ada 142 unit sekolah dasar dan madrasah. Kemudian dari fasilitas kesehatan masyarakat terdapat 7 puskemas dan 13 puskesmas pembantu, 31 buah poliklinik ditambah dengan 77 unit praktik bidan, beberapa tempat ibadah yang terdapat di Binjai mulai dari Masjid berjumlah 91 unit, Gereja 17 unit, Mushola 103 unit serta langgar 14 unit dan terakhir ada sebanyak 16 unit Vihara.

2.6.8. Kesenian.

Universitas Sumatera Utara Untuk merangkum banyaknya kesenian yang ada di kota Binjai Maka pemerintah Kota Binjai berinisiatif membentuk organisasi berdasarkan etnis yang ada di Kota Binjai, salah satunya adalah etnis Jawa yang diketuai oleh Pak Poniran. Beliau ini yang dulunya adalah seniman ludruk dan menyukai beberapa bentuk kesenian dari Jawa antara lain Angguk, kuda kepang dan beberapa bentuk kesenian lainnya. Pak Poniran terpilih menjadi ketua etnis Jawa karena beliau ini aktif dalam kegiatan organisasi di samping dia juga seorang seniman. Dalam beberapa event rutin yang dibuat oleh pemerintah kota Binjai yang berjudul “ Pekan Budaya Kota Binjai” dengan bentuk kegiatannya menampilkan pawai serta penampilan dari berbagai etnis, kelompok etnis Jawa selain menampilkan kesenian Jaran Kepang juga menampilkan ludruk dan pernah memanggil kelompok Reog Ponorogo, walaupun kelompok ini tidak berada di kota Binjai. Selain itu ada sebuah sanggar tari yang berada di jalan jamin ginting no 57 Binjai. Sanggar yang banyak menampung para anak muda yang ingin memngembangkan diri dalam hal tari-tarian ini sudah banyak membuat penampilan baik untuk mengisi acara ataupun mengikuti festival tarian yang pernah diselenggarakan. Uniknya sanggar ini tidak berfokus pada satu jenis tarian saja tetapi berbagai macam jenis tarian baik tradisional maupun modern dan menggabungkan keduanya. Universitas Sumatera Utara BAB III JARAN KEPANG DALAM KEBUDAYAAN JAWA DAN GAMBARAN KELOMPOK JARAN KEPANG BRAWIJAYA BINJAI 3.1 Jaran Kepang dalam Kebudayaan Jawa Kuda lumping juga disebut jaran kepang atau jathilan adalah tarian tradisional Jawa menampilkan sekelompok prajurit tengah menunggang kuda. Tarian ini menggunakan kuda yang terbuat dari bambu yang dianyam dan dipotong menyerupai bentuk kuda. Anyaman kuda ini dihias dengan cat dan kain beraneka warna. Tarian kuda lumping biasanya hanya menampilkan adegan prajurit berkuda, akan tetapi beberapa penampilan kuda lumping juga menyuguhkan atraksi kesurupan, kekebalan, dan kekuatan magis, seperti atraksi memakan beling kaca dan kekebalan tubuh terhadap deraan pecut. Jaran Kepang merupakan bagian dari pagelaran tari reog. Meskipun tarian ini berasal dari Jawa, Indonesia, tarian ini juga diwariskan oleh kaum Jawa yang menetap di Malaysia dan Singapura. Kuda lumping adalah seni tari yang dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan, yang terbuat dari anyaman bambu atau kepang. Tidak satupun catatan sejarah mampu menjelaskan asal mula tarian ini, hanya riwayat verbal yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.

3.2. Sejarah Jaran Kepang di Jawa.