Pemilihan Informan Kerja Lapangan Studi Kepustakaan

baik sehingga memudahkan dalam berinteraksi dengan mereka untuk mencari data-data yang perlu. Agar nantinya data-data yang ditulis banyak untuk sebagai perbandingan maka penulis mengambil data dari grup jaran kepang yang lain seperti yang semua berada di Kota Binjai karena jumlah keseluruhan grup jaran kepang yang ada di kota Binjai termasuk Brawijaya sebanyak dua belas grup. Dalam hal lokasi penelitian, penulis menetapkan di kota Binjai . Kota Binjai dipilih karena penulis adalah penduduk di kota Binjai sehingga memudahkan dalam melakukan kerja lapangan. Walaupun masyarakat Kota Binjai tidak mayoritas suku Jawa sebab masyarakat yang bertempat tinggal di Kota Binjai beragam sukunya. Walaupun demikian pertunjukan Jaran Kepang masih tetap ada dan ini ditunjukkan bahwa di kota Binjai menurut hasil kerja lapangan penulis ada dua belas grup yang tersebar di kota Binjai.

1.9 Pemilihan Informan

Dalam pemilihan informan penulis pertama-tama mencari tahu keberadaan jaran kepang di Kota Binjai. Hal ini dilakukan dengan mengunjungi beberapa daerah di Kota Binjai dan bertanya kepada masyarakat yang ada di daerah tersebut. Dan biasanya setelah bertemu dengan pemimpin jaran kepang merekalah yang kemudian memberitahu siapa yang lebih banyak mengetahui tentang jaran kepang dalam grup Brawijaya kebetulan yang menjadi pemimpin Jaran Kepang yaitu pak Trisno juga yang paling banyak mengetahui tentang Jaran Kepang dibandingkan anggota lainnya. Walaupun demikian penulis banyak menggunakan data-data yang di dapat dari informan yang lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap. Universitas Sumatera Utara

1.10 Kerja Lapangan

Dalam kerja lapangan penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang tulisan ini. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu penulis menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan di dalam melakukan wawancara, yaitu: menyusun pertanyaan, mempersiapkan alat-alat tulis, menyediakan alat perekam untuk merekam wawacara penulis dengan informan. Selain itu penulis juga mengikuti dan menyaksikan ketika grup Brawijaya melakukan pertunjukan serta merekam, memfoto serta mengambil data-data yang diperlukan dalam penelitian.

1.11 Studi Kepustakaan

Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari artikel, skripsi, buku-buku yang yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi ini bertujuan untuk memperoleh konsep-konsep serta teori-teori yang relevan untuk membahas permasalahan dalam tulisan ini. Dalam studi kepustakaan ini, penulis mencari dan membaca buku-buku yang berkaitan dengan topik penelitian ini. Di antara bidang ilmu yang dikandungi buku-buku yang penulis baca adalah bidang etnomusikologi, antropologi, kajian seni pertunjukan, budaya Jawa dan Nusantara secara umum, sosiologi seni, mengenai trance, tema-tema adaptasi dan migrasi, perkebunan, koeli kontrak, dan lain-lain. Isi buku-buku yang relevan penulis kutip menurut kaidah tulisan ilmiah. Universitas Sumatera Utara Untuk memperjelas arah penelitian, dan mengeksplorasi hal-hal yang perlu dikaji, maka di bawah ini akan diuraikan secara ringkas alangkah baiknya di sini diuraikan secara ringkas penelitian yang dituang dalam bentuk tulisan-tulisan yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Di antaranya adalah seperti diuraikan berikut ini. Seorang peneliti yang berlatarbelakang etnomusikologi, yaitu Margareth J. Kartomi dari Australia, menulis sebuah buku mengenai jaran kepang yang bertajuk Music and Trance in Central Java 1973. Dalam tulisannya ini beliau mengemukakan tentang hubungan musik dan trance yang terjadi dalam praktik pertunjukan jaran kepang. Salah satu deskripsi tulisannya adalah mengenai ebeg jaran kepang di daerah Banyumas. Ia menjelaskan bahwa musik gamelan dapat menjadi dasar terciptanya kesurupan pada pertunjukan jaran kepang di daerah penelitiannya tersebut. Melalui tulisannya itu, Margareth Kartomi juga. Mendeskripsikan keberadaan alat-alat musik yang dipergunakan dalam pertunjukan jaran kepang, yaitu gong, saron peking, saron demung, dan kendhang. Secara dasar, tulisan ini mendeskripsikan aspek kesurupan yang terjadi karena komunikasi antara dunia manusia dengan alam gaib, yang dibantu oleh bunyi-bunyian dari alat musik gamalen Jawa. Musik berperan penting dalam trance. Masih tentang jaran kepang di daerah Jawa, seorang penulis setempat yang bernama Soekarno 1983 menulis sebuah buku yang bertajuk Pertunjukan Kuda Lumping di Jawa Tengah. Dari hasil pengamatan dan penelitiannya ia menjelaskan bahwa pertunjukan jaran kepang digunakan untuk upacara bersih desa, untuk menghalau. roh-roh jahat yang menyebabkan penyakit dan malapetaka lainnya. Upacara semacam ini sangat umum dilakukan di kawasan budaya Jawa. Bahkan setiap keluarga di Jawa juga dapat mengadakan upacara menolak bala yang disebut dengan ruwaran. Di kawasan Nusantara lainnya, tepatnya di Negara Malaysia, seorang penulisnya yaitu Nasuruddin 1990, menulis tentang jaran kepang di Malaysia, khususnya wilayah Universitas Sumatera Utara perantauan Jawa, yaitu Johor dan Shah Alam. Nasuruddin juga mengkaitkannya dengan jaran kepang di Pulau Jawa sebagai daerah asal-usulmya pertunjukan jaran kepang di Semenanjung Malaysia. Ia juga menjelaskan bahwa jaran lepang dibuat di Jawa sebagai bentuk penyembahan ritual yang terjadi pada masa animisme. Islam juga turut mengembangkan ajarannya melalui seni-seni pertunjukan seperti halnya jaran kepang ini. Di dalam pertunjukannya biasa menggunakan makna-makna metaforik. Untuk kajian mengenai jaran kepang di Sumatera Utara, seorang penulis insider, yaitu Heristina Dewi 1992 dalam rangka menyelesaikan studi sarjana seninya di Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, meneliti keberadaan jaran kepang di salah satu desa di Sumatera Utara, dengan tajuk Jaran Kepang pada Masyarakat Desa Cengkeh Turi, Binjai, Sumatera Utara: Suatu Studi Kasus Musik Dan Trance Dalam Konteks Sosio-Budaya. Dalam skripsi ini, Heristina Dewi mendeskripsikan pertunjukan jaran kepang di daerah pedesaan dan sekaligus perkebunan, sebagai kawasan umum orang-orang Jawa di Sumatera Utara. Selanjutnya beliau menganalisis hubungan musik dengan peristiwa kesurupan trance. Tulisan ini menjadi acuan utama penulis dalam melakukan penelitian ini. Adapun alasannya adalah kawasan yang diteliti adalah relatif sama, yaitu masyarakat Jawa di Binjai, Sumatera Utara, dan fenomenanya juga hampir sama. Yang membedakannya dengan penelitian yang penulis lakukan adalah kelompok jaran kepangnya dan selain itu adalah fenomena seperti masuknya sintren dalam kelompok yang penulis teliti. Selain itu karena rentang waktu antara Heristina Dewi melakukan penelitian dan kajian yaitu tahun 1992 dengan penulis tahun 2010, yaitu 18 tahun, maka tentu saja sudah banyak perkembangan- perkembangan baru dalam pertunjukan jaran kepang ini. Untuk itulah dilakukan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Tulisan berikutnya yang ada di sumatera utara adalah Syarbaini. Tulisan yang dibuatnyadalam rangka meraih gelar sarjana di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Jurusan Sosiologi, dengan judul “ Fungsi Humor Sebagai Rite Dalam Kuda Kepang “. Di dalam tulisan tersebut Syarbaini lebih menitikberatkan kajiannya pada humor yang ada dalam pertunjukan Jaran kepang.

1.12 Kerja Laboratorium