Analisis Pertunjukan Jaran Kepang Grup Brawijaya.

merupakan bentuk kesenian masyarakat Jawa yang masih menggunakan roh halus serta ilmu gaib. Cara pertunjukannya adalah penari yang “mabok” dimasuki roh halus-roh halus mereka sebut dengan “endang” dimasukkan ke dalam keranjang bambu yang ditutupi oleh selembar kain dalam keadaan terikat kedua tangannya dalam beberapa saat kemudian anak wayang tersebut dapat berganti bajunya tetapi ia masih dalam keadaan terikat. Alasan penambahan kesenian ini dalam Jaran Kepang menurut Pak Trisno juga untuk membuat grupnya lebih menarik ketika sedang melakukan pertunjukan karena menurut Pak Trisno sangat jarang grup jaran kepang yang menggabungkan hal tersebut. Pertunjukan sintren ini dikakukan di selah-selah pertunjukan mabok ini.

4.8. Analisis Pertunjukan Jaran Kepang Grup Brawijaya.

Dari uraian deskripsi pertunjukan di atas maka saya akan mencoba menganalisis pertunjukan jaran kepang grup Brawijaya dengan mengikuti pendekatan semiotika, yang di kemukakan dua pakar pertunjukan budaya, Tadeuz Kowzan dan Patrice Pavis dari Perancis, yang dapat diaplikasikan dalam pertunjukan. Kowzan menawarkan 13 sistem lambang dari sebuah pertunjukan teater 8 berkaitan langsung dengan pemain dan 5 berada di luarnya. Ketiga belas lambang itu adalah: 14 Kata-kata. Dalam pertunjukan jaran kepang kata-kata yang sering keluar adalah dari penyanyi atau sindhen. Dalam grup brawijaya ada seorang sindhen yang bernama Bu Srintil. Bu Srintil mengatakan kata-kata yang digunakan dalam lagu jaran kepang hanya berupa ungkapan saja seperti : ole-ole-ole, wiwiwi, hehehe dan beberapa ungkapan yang lain. Menurut bu Srintil dan hasil pengamatan saya ungkapan-ungkapan ini dipergunakan Universitas Sumatera Utara untuk menambah semangat para penari dan pemain musik agar musik yang dimainkan dengan tempo yang cepat karena semangat yang timbul dari bunyi ungkapan dari sindhen sehingga para penari menjadi lebih semangat dalam menari. 15 Nada Bicara. Nada bicara terutama sindhen sangat kuat dan penuh tekanan-tekanan karena tujuannya ingin membuat para pemain baik penari dan pemain musik menjadi semangat. Jika para penari yang sedang mabok ingin meminta lagu ataupun mengajukan permintaan seperti meminta kemenyan atau minyak wangi maka mereka meminta dengan suara tidak jelas dan serak. Seperti yang dikatakan pak Trisno dan Bang Tongat para penari yang kemasukan jika berbicara seperti orang marah yaitu suaranya serak dan tidak jelas apa yang mereka sampaikan walapun berbicara dengan nada yang kuat. 16 Mimik. Mimik wajah sangat menarik jika kita membicarakan mimik penari yang sedang mabok. Menurut beberapa keterangan dari pemain kuda kepang brawijaya jika teman- teman mereka sedang mabok jika dilihat wajahnya pasti bentuk dan raut wajahnya akan berubah. Dari hasil pengamatan yang penulis lakukan perubahan mimik wajah mereka kelihatan ketika pada saat mabok, karena menurut keterangan pak Trisno dan bang Tongat perubahan mimik ini karena pengaruh setan yang masuk ke dalam tubuh penari. 17 Gestur. Gestur penari pada pertunjukan jaran kepang seperti menunggang kuda-kudaan yang ingin berperang, seperti dijelaskan pada bab 3 sebelumnya. Konon, tari kuda lumping merupakan bentuk apresiasi dan dukungan rakyat jelata terhadap pasukan berkuda Pangeran Diponegoro dalam menghadapi penjajah Belanda. Ada pula versi yang menyebutkan, bahwa tari kuda lumping menggambarkan kisah perjuangan Raden Patah, Universitas Sumatera Utara yang dibantu oleh Sunan Kalijaga, melawan penjajah Belanda. Versi lain menyebutkan bahwa, tarian ini mengisahkan tentang latihan perang pasukan Mataram yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I, Raja Mataram, untuk menghadapi pasukan Belanda. Ditambahkan lagi terlepas dari asal usul dan nilai historisnya, tari kuda lumping merefleksikan semangat heroisme dan aspek kemiliteran sebuah pasukan berkuda atau kavaleri. Hal ini terlihat dari gerakan-gerakan ritmis, dinamis, dan agresif, melalui kibasan anyaman bambu, menirukan gerakan layaknya seekor kuda di tengah peperangan. Gambar 4.5 Anak Wayang Sedang Menari. 18 Gerak. Seperti deskripsi pertunjukan tarian persembahan dan mabok di atas tadi maka dapat diketahui gerakan yang mereka lakukan berupa gerakan yang memegang selendang di sebelah tangan kanan dan kuda-kudaan dipegang oleh tangan kiri.. Gerakan tarian diberi aba-aba dengan bunyi pecut setiap bunyi pecut berarti tanda mengakhiri suatu gerakan tarian dan memulai suatu gerakan yang baru, sebelum grakan baru dan akhir gerakan diberi jeda gerakan dimana para penari mengangkat kaki kanannya. Gerakan memutar , berhadapan dan membentuk gerakan lingkaran adalah gerakan yang biasa mereka pergunakan para penari. Universitas Sumatera Utara 19 MAKE-UP. Make up yang mereka pergunakan terutama para penari karena mereka yang menggunakan make up adalah pemerah pipi, pewarna bibir atau lipstik, celak atau pewarna alis mata. Menag make up yang dipergunakan baik untuk penari wanita dan pria pada dasarnya sama. Pengadaan make up ini memang tergantung dari keadaan keuangan dari masing-masing grup kuda kepang. 20 Gaya rambut. Gaya rambut yang mereka miliki hanya ada sebuah pengikat kepala yang menutupi rambut mereka. Ikat kepala bisanya terditi dari kain lebar yang kira-kira 50 cm saja kemudia diikat di belakang kepala penari. Di lain grup seperti grup jaran kepang Wahyu Satrio Putro, grup Pam Budi, para penarinya menggunakan ira-ira. Ira-ira yaitu hiasan kepala yang menutupi rambutpenari yang mempunyai ukiran-ukiran tertentu. Terbuat dari kulit yang sudah dibentuk dengan motif-motif tertentu sesuai keinginan si pembuatnya. 21 Kostum. Kostum yang digunakan oleh grup brawijaya dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 4.5 Kostum Anak Wayang Universitas Sumatera Utara Di atas kepala mereka ada pengikat kepala berwarna hitam. Sedangkan baju mereka mempunyai lengan panjang berwarna kuning yang dilapisi dengan rompi berwarna hitam. Celana yang mereka pergunakan sepanjang lutut dan di pinggang mereka terikat kain sarung serta selendang. Sedangkan para pemain musik di grup brawijaya tidak mempunyai kostum tertentu, kostum di atas hanya di pergunakan untuk para penari saja. Walaupun di beberapa grup yang penulis jumpai sperti grup Pak Adi di daerah kwala begumit para pemain musiknya mempunyai kostum untuk bermain seperti menggunakan batik dan celana panjang . Memang masalah kostum tergantung dari dana yang dimiliki sebuah grup jaran kepang, tetapi di grup brawijaya tidak menjadi masalah bagi mereka sendiri. 22 Properti. Properti atau peralatan pertunjukan berupa alar musik yang terdiri dari saron, demung, slenthem, gong dan kendang. Untuk menari ada kuda-kudaan, kostum . Serta untuk pawang berupa tungku membakar kemenyan, minyak wangi cap “ikan duyung”, sesajen yang berupa bunga-bungaan, buah kelapa , baskom yang berisi air. Memang untuk hal sesajen maka akan berbeda di setiap grup jaran kepang, tergantung dari permintaan endang yang ada di tubuh penari mereka. Ada yang minta darah ayam, daun- Universitas Sumatera Utara daunan dan banyak lainnya , tetapi di grup Brawijaya hanya bunga-bungaan yang ditaruh di dalam baskom yang berisi air, kemenyan, minyak wangi cap ‘ikan duyung’, dan buah kelapa. 23 Setting. Setting panggung dan pertunjukan terdiri dari tempat peletakan alat musik dan tempat menari. Panggung pertunjukan cukup hanya halaman tanah yang luas untuk melakukan tarian. Alat musik diletakankan di atas tikar mulai dari sebelah kanan yaitu : Saron , Kendang, Demung, slenthem dan gong . Sedang para penari menari di depan para pemain musik. Tempat pertunjukan biasanya berbentuk empat segi. Tetapi bentuk panggung akan berubah jika para penonton yang melihat pertunjukan semakin banyak, maka mereka akan semakin maju kedepa dan membuat panggung menjadi sempit . Jika hal ini terjadi maka para pwang atau anggota jaran kepang yang lain akan mengatakan kepada para penonton untuk mundur kembali. Tak jarang juga penari yang sedang mabok akan menyuruh para penonton untuk mundur sambil memegang pecut untuk menakuti para penonton. Hali ini terjadi jika pertunjukan dilaksanakan pada malam hari, karena pada siang hari orang-orang banyak yang melakukan aktifitasnya, ditambah lagi jika tempat pertunjukan dilakukan di daerah pedalaman maka jumlah penonton akan semakin banyak. Jika hal ini terjadi maka akan sering terdengar bunyi pecut yang untuk memberitahu penonton untuk mundur dan membei tempat yang luas untuk para penari. 24 Lighting. Sistem pencahayaan pada pertunjukan jaran kepang sangat sederhana sekali. Cahaya bantuan hanya dipergunakan pada saat pertunjukan di malam hari. Cahaya bantuan hanya berupa lampu penerang biasa yang berdaya listrik. Jadi tidak Universitas Sumatera Utara menggunakan sistem pencahayaan yang rumit. Cahaya hanya sekedar dapat penerangan yang cukup saja. Tidak perlu memakai efek-efek cahaya yang rumit sekali. 25 Musik. Musik yang dipergunakan pada pertunjukan jaran kepang akan dibahas lebih lanjut pada bab 5. 26 Efek Suara. Efek suara bisa di dapatkan dari bunyi pecut serta bunyi-bunyi ungkapan yang di keluarkan oleh sindhen. Efek suara bisa juga di dapat dari semangat yang ditunjukkan oleh para penonton, biasanya mereka akan mengeluarkan ungkapan-ungkapan jika sudah dimulai acara mabok . Acara mabok ini ditandai jika para pemain musik sudah memainkan lagu reog- kan. Para penonton biasanya sudah mengetahui apa yang terjadi setelah lagu itu dimainkan. Para pemain ataupun penonton yang sudah memiliki endang akan ikut serta mabok. Karena sifat lagu rego-kan ini menurut pak Trisno, pak Ngoweh, pak Adi dan bang Tongat lagu ini membuka kunci untuk masuknya endang ke dalam tubuh manusia yang sudah ada endangnya. Jadi jika lagu ini sudah di mainkan maka suara penonton akan riuh sekali. Universitas Sumatera Utara BAB V ANALISIS STRUKTUR MUSIK Struktur musik yang dikaji dalam Bab V ini mencakup struktur instrumen atau alat musik yang digunakan. Kemudian beranjak, bagaimana struktur melodi lagu yang menjadi sampel dalam penelitian ini yaitu lagu Jatilan. Kedua lagu ini akan dikaji melodinya melalui delapan unsur seperti yang ditawarkan oleh Wiliam P. Malm melalui teori weighted scale. Adapun kedelapan unsur melodi yang akan dianalisis adalah meliputi: a tangga nada b nada pusat atau nada dasar; c wilayah nada, d jumlah nada-nada, e interval yang digunakan; f pola-pola kadensa; g formula melodi ,dan h kontur.

5.1 Alat-alat Musik yang digunakan