Keadaan Iklim Daerah Penelitian

Winkel mengklasifikasikan ranah kognitif berdasarkan taksonomi dan klasifikasi: 1 Ranah kognitif cognitive domain a. Pengetahuan knowledge, mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. b. Pemahaman comprehension, mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari arti bahan yang dipelajari. c. Penerapan application, mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode bekerja pada suatu kasus atau problem yang kongkrit dan baru. d. Analisis analysis, mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan kedalam bagian-bagian suatu struktur. e. Sintesis synthesis, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola baru. f. Evaluasi evaluation, mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal. 6 Penulis menyimpulkan, dalam ranah kognitif atau pengetahuan klasifikasinya terbagi menjadi 6 bagian yaitu pengetahuan tentang apa yang pernah dipelajari dan kemudian disimpan dalam ingatan, yang kedua pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dari pembelajaran, ketiga yaitu penerapan mencakup kemampuan untuk menerapkan atau menyelesaikan suatu kasus. Keempat analisis mencakup kemampuan untuk merinci struktur-struktur, kelima ialah sistesis mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, dan terakhir evaluasi mencakup kemampuan untuk dapat memberikan suatu pendapat atau pertanggungjawaban. Bentuk respon kognitif dari hasil penelitian dijabarkan dalan poin- poin berikut:

a. Mengetahui Isu Pencemaran Sungai Citarum

Isu pencemaran hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004 dikarenakan adanya alih fungsi lahan untuk dijadikan tempat pertanian. Hal ini mengakibatkan tanah yang dikeruk di pinggiran sungai bergerak dan menghasilkan sedimentasi di DAS Citarum. Hasil penelitian 6 W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran, Yogyakarta: Media Abadi, 2004, h. 273 didapatkan bahwa pengetahuan akan isu sungai Citarum yang diketahui oleh Aktivis Lingkungan, seperti ungkapan berikut: “Pencemaran Hulu Sungai Citarum itu sangat banyak masalah banget. Eeemmm Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004 sebenarnya dari mulai Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu sudah mulai. Saya masuk datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya tidak terlibat langsung untuk Hulu Sungai Citarum. Dulu itu ada Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum Bergetar ini merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya para petani merambah hutan, itu awalnya. Merambah hutan itu sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat pertanian, jadi sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke Sungai Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah. Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya langsung ke Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus, ternyata setelah kita coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya ngobrol dengan peternak. Jadi permasalahnya tadinya bukan mau membuang secara langsung itu karena keterbatasan lahan, awalnya. Jadi dia bikin diawal sempadan itu bikin kandang sapi karena tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan deket perumahan nih, untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan lain sebagainya mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir panjang kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal dampak ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan itu salah satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus dari daerah sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah kawan-kawan kita dsni bikin Tim Revorma Agraria untuk mengalihkan yang berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum, dialihkan ke tempat yang khusus ”. 7 Menurut Kang Uus selaku aktivis Lingkungan mengaku bahwa isu Pencemaran Hulu Sungai Citarum sudah ada sejak tahun 2004 dikarenakan adanya alih fungsi Lahan untuk dijadikan tempat pertanian. Hal ini mengakibatkan tanah yang di keruk menghasilkan sedimentasi di DAS Citarum. ditambah lagi dengan aktivitas Peternak yang membuang limbah Sapi ke Citarum. 7 Wawancara pribadi dengan Kang Uus aktivis lingkungan Desa Tarumajaya, September 2016, h. 92 Senada dengan Kang Uus, Pak Jajang selaku ketua RT 1 menyebutkan masalah krusial yang belakangan ini terjadi di Desa Tarumajaya adalah masalah lingkungan dan Pencemaran Citarum, sepeti ungkapan berikut ini: “Masalah yang ada di Desa ini teh, masalah lingkungan dan pencemaran Citarum. sebetulnya banyak program yang sudah dilakukan untuk penanganan Citarum, mulai dari Pemda Kabupaten Bandung, Provinsi, Kementerian ESDM, BAPENAS, dan KLH nah kebetulan di RT kami dari KLH Kementerian Lingkungan Hidup ”. 8 Secara umum didapatkan untuk dua informan ini, masalah yang sedang hangatnya ialah masalah pencemaran sungai Citarum akibat peternak membuang limbah sapi ke Sungai.

b. Memahami Penggunaan Instalasi Biogas

Bagian terpenting pembuatan biogas harus melirik pada alat yang berkualitas agar hasil yang di keluarkan juga baik. Komponen utama instalasi biogas diantaranya digester yang dilengkapi dengan lubang pemasukan inlet danlubang pengeluaran outlet, penampungan gas, serta penampungan sludge sisa buangan dalam bentuk padat dan cair. 9 1 Unit digester Pemilihan digester mencakup beberapa hal penting yang perlu diperhatikan seperti ukuran, model, bahan, dan juga ketahannya terhadap suhu, banjir dan juga gempa. Jika ukuran digester terlalu kecil maka akan sulit untuk menampung kotoran sapi yang setiap harinya makin bertambah, begitupun sebaliknya jika digester terlalu besar gas yang dihasilkan kurang maksimal. Menurut Ruhimat Mamat, adapun alat-alat yang digunakan saat pembuatan biogas adalah mesin las listrik, mesin gerinda, gergaji besi, palu, thermometer, meteran, dan anemometer. Sedangkan bahan-bahan yang digunakan adalah drum ukuran 200 liter sebanyak 3 buah, pipa 8 Wawancara pribadi dengan Pak Jajang Ketua RT 01, September 2016, h. 100 9 Tuti Haryati, Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif, Jurnal Wartazoa, Vol 16 No. 3 tahun 2006. h.165-167