umumnya, manometer ini diletakkan pada bagian bawah kubah digester dan tempat peralatan aplikasi biogas.
14
6 Katup atau Keran Gas
Katup ini berfungsi sebagai pengatur besar atau kecilnya aliran gas. Pemasangan biasanya terdapat pada slang atau alat aplikasi. Jumlah keran
yang dibutuhkan tergantung kepada banyak tidaknya peralatan aplikasi biogas. Biasanya, untuk satu unit biogas dibutuhkan 3-6 buah keran.
Terdapat beberapa jenis katup atau keran gas seperti katup berbahan plastik dan katup besi.
15
5. Membangun Instalasi Biogas
Menurut Sukandarrumidi, dkk, mengungkapkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan lokasi instalasi biogas:
a. Yakinkan bahwa tanah yang akan di jadikan lokasi pemasangan
instalasi biogas itu stabil, tidak mudah longsor atau ambles, dan bukan tempat bekumpulnya air hujan tempat yang rendah.
b. Pilih tempat yang selalu terkena sinar matahari secara langsung agar
gas yang dihasilkan tetap hangat. c.
Dekat dengan bahan baku yang berupa feses ternak, sebaiknya berdekatan dengan kandang ternak yang akan dimanfaatkan feses-nya.
Jarak nya berkisar kurang lebih 50m. Hal ini agar memudahkan proses dalam pembuatan biogas.
d. Dekat dengan sumber air dan persediaan yang cukup untuk bahan
pengencer kotoran ternak maupun untuk menggelontor masuknya kotoran ternak ke dalam digester.
e. Usahakan lokasinya tidak begitu jauh dari dapur, akan lebih baik bila
kurang dari 100 meter, namun tidak terlalu dekat dengan sumber air. f.
Demi estetika, digester jangan diposisikan di depan atau samping rumah. Tempatkan digester dibelakang rumah agar dekat dengan
kandang sapi dan dekat dengan sumber air. Bangunan digester jangan menyatu dengan rumah induk.
16
Hasil penelitian tentang pemahaman penggunaan instalasi Biogas biasanya didapatkan selama mengikuti proses sosialisasi yang diberikan
14
Ibid.
15
Ibid., h. 29
16
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, Energi Terbarukan Konsep Dasar Menuju Kemandirian Energi Yogyakarta : Gadjah Mada University Press, 2013, h.295
oleh Kementerian Lingkungan Hidup KLHP yang dilaksanakan 1 tahun sekali. Berikut penuturan Kang Uus selaku aktivis lingkungan Desa
Tarumajaya. “Tidak ada kesulitan selama memberikan pemahaman tentang
instalasi biogas. Karena mereka mah tinggal duduk, santai we. Dibangunin tenaga kerja dari sana paling pekerja kasarnya juga
orang sana, orang lokal lah. Nanti diisiin bareng-bareng. Tapi ada beberapan warga yang sudah diajak untuk mengikuti sosialisasi
tentang instalasi biogas ada yang menolak karena ada beberapa orang yang mengambil keuntungan dengan meminta bayaran, ada
yang minta Rp 300.000 sampai Rp 500.000 untuk sekali pemasangan isntalasi, jadi otomatis banyak warga yang tidak minat
membangun biogas”.
17
Kang Uus menuturkan, pemahaman warga Desa Tarumajaya akan instalasi biasanya dilakukan saat sosialisasi. Tidak ada kesulitan saat
sosialisasi karena cara penyampaian berbeda dengan orang kebanyakan. Kang Uus lebih menggunakan pendekatan secara kekeluargaan.
Desa Tarumajaya telah menggunakan instalasi yang lebih praktis dibandingkan dengan instalasi yang dulu. Penggunaan kantong penampung
sebagai tempat penyimpanan hasil gas yang sudah dapat langsung digunakan untuk memasak dan penerangan dengan waktu kurang dari 10
hari. Namun
semakin besar
kantong penampung
yang dipompamenggunakan tenaga listrik maka gas yang ada juga banyak hal
ini menjadi penyebab meledaknya kantong penampung.
18
Jadi dapat dipahami bahwa pemahaman warga tentang instalasi biogas dilakukan selama sosialisasi yang diadakan oleh KLH setahun
sekali. Proses sosialisasi lebih mudah karena dilakukan secara kekeluargaan melalui pendekatan datang langsung ke rumah warga.
Namun masih banyak pula warga peternak yang tidak mendapatkan sosialisasi dikarenakan tidak tertarik menggunakan biogas.
17
Wawancara pribadi dengan Kang Uus selaku aktivis lingkungan, September 2016, h. 97
18
Wawancara pribadi dengan A Ivan, Warga Desa Tarumajaya Kampung Babakan Ranca, September 2016, h. 102
c. Mengemukakan Perbedaan Sebelum dan Sesudah ada Biogas
Perbedaan sebelum dan sesudah adanya biogas disini berarti perubahan serta dampaknya yang telah dirasakan langusng oleh warga
yang telah menggunakan biogas maupun yang tidak. Menurut pengamatan penulis perbedaan yang ada setelah ada biogas kotoran sapi ternyata dapat
dimanfaatkan menjadi lebih dari sekedar pupuk organik saja namun banyak lagi manfaat dari kotoran sapi. Menurut Bapak Aep selaku warga
yang setahun terkahir menggunakan biogas mengungkapkan: “Yang banyak Neng, keuntungannya banyak. Kalo belum ada
biogas kotoran ngalir ke jalan sampai ke Citarum, sekarang enggak. Enggak ada polusi kotoran-kotoran limbah, alhamdulillah. Biaya
juga, pengeluaran rumah tangga menjadi irit. Kalo make biogas 1 kali proses bisa
1 minggu, kalo 1 tabung gas Cuma 3 hari”.
19
Selain mengurangi limbah yang ada dijalan, biogas dapat mengurangi jumlah pengeluaran rumah tangga, karena disana khususnya
Desa Tarumajaya untuk 1 Kg tabung gas di jual dengan harga Rp. 26.000 sedangkan untuk biogas dapat terus dijalankan hanya tinggal memasukan
kotoran sapi saja. Dilihat dari segi keindahan juga, biogas dapat mengurangi limbah peternakan dan tidak mencemari lingkungan sekitar.
20
Dapat disimpulkan perbedaan sebelum dan setelah adanya biogas dapat dilihat dari kebersihan lingkungan. Lingkungan sekitar menjadi lebih
bersih dan tidak banyak kotoran sapi dimana-mana. Disamping itu biogas juga sangat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga setiap
bulannya.
d. Mengetahui Program Lain yang Sedang Berjalan selain Biogas
Menurut Sukandarrumidi,
Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo
, “Biogas dari asal kata biologi dan gas merupakan salah satu jenis energi
terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan
19
Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 82
20
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 84