c. Mengemukakan Perbedaan Sebelum dan Sesudah ada Biogas
Perbedaan sebelum dan sesudah adanya biogas disini berarti perubahan serta dampaknya yang telah dirasakan langusng oleh warga
yang telah menggunakan biogas maupun yang tidak. Menurut pengamatan penulis perbedaan yang ada setelah ada biogas kotoran sapi ternyata dapat
dimanfaatkan menjadi lebih dari sekedar pupuk organik saja namun banyak lagi manfaat dari kotoran sapi. Menurut Bapak Aep selaku warga
yang setahun terkahir menggunakan biogas mengungkapkan: “Yang banyak Neng, keuntungannya banyak. Kalo belum ada
biogas kotoran ngalir ke jalan sampai ke Citarum, sekarang enggak. Enggak ada polusi kotoran-kotoran limbah, alhamdulillah. Biaya
juga, pengeluaran rumah tangga menjadi irit. Kalo make biogas 1 kali proses bisa
1 minggu, kalo 1 tabung gas Cuma 3 hari”.
19
Selain mengurangi limbah yang ada dijalan, biogas dapat mengurangi jumlah pengeluaran rumah tangga, karena disana khususnya
Desa Tarumajaya untuk 1 Kg tabung gas di jual dengan harga Rp. 26.000 sedangkan untuk biogas dapat terus dijalankan hanya tinggal memasukan
kotoran sapi saja. Dilihat dari segi keindahan juga, biogas dapat mengurangi limbah peternakan dan tidak mencemari lingkungan sekitar.
20
Dapat disimpulkan perbedaan sebelum dan setelah adanya biogas dapat dilihat dari kebersihan lingkungan. Lingkungan sekitar menjadi lebih
bersih dan tidak banyak kotoran sapi dimana-mana. Disamping itu biogas juga sangat membantu mengurangi pengeluaran rumah tangga setiap
bulannya.
d. Mengetahui Program Lain yang Sedang Berjalan selain Biogas
Menurut Sukandarrumidi,
Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo
, “Biogas dari asal kata biologi dan gas merupakan salah satu jenis energi
terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, serta bahan-bahan
19
Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 82
20
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 84
lainnya oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob tanpa oksigen
”.
21
Dewi Hastusi
Dosen Fakultas
Pertanian Wahid
Hasyim mendefinisikan,gas mudah terbakar flammable yang dihasilkan dari
proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob bakteri yang hidup dalam keadaan kedap udara
”.
22
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dikemukakan biogas adalah jenis energi terbarukan yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-
bahan limbah organik, seperti kotoran ternak, sampah organik, pengelolaan limbah air, pengelolahan limbah organik pertanian,
peternakan, industri, dan perkotaan oleh bakteri metanogenik dalam kondisi anaerob tanpa oksigen yang menghasilkan suatu gas yang
sebagian besar terdiri atas campuran metan dan arang dioksida. Penggunaan biogas sebagai energi alternatif digunakan dalam rangka
menemukan sumber energi baru yang dapat diperbaharui. Berdasarkan latar belakang di bab 1, penulis mengungkapkan
bahwa di Desa Tarumajaya selain biogas program yang sedang berjalan adalah program BIRU Biogas Rumah, bekerjasama dengan Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM dan Pemerintah Belanda. Sejalan dengan program BIRU, aktivis lingkungan mengaku
program BIRU sama dengan Program Biogas kebanyak yang sudah ada di Desa Tarumajaya.
Kang Uus juga menuturkan bahwa, di Desa Tarumajaya selain program BIRU ada program bernama Eco Village atau Kampung
Berbudaya Lingkungan, seperti ungkapan berikut ini: “Eco Village, Kampung Berbudaya Lingkungan, yang kalo sama
saya ya. Itu udah hampir 2 tahun lebih. Program-program nya biasa me-recyle, pokoknya yang berhubungan dengan lingkungan aja. Itu
21
Sukandarrumidi, Herry Zardak Kotta, dan Djoko Wintolo, op.,cit.h.288
22
Dewi Hastuti, Aplikasi Tekhnologi Biogas Guna Menunjang Kesejahteraan Petani Ternak, Jurnal Mediagro, Vol 5 Tahun 2009, h. 22
selalu lah. Kami juga menyebar kiplet dengan kawan-kawan komunitas”.
23
Program Eco Village di Desa Tarumajaya lebih konsen kepada lingkungan, dengan melakukan recycle barang-barang bekas, menjualnya
ke beda Desa dan membuat pestisida yang dibantu rekan-rekan Mahasiswai.
e. Mengetahui Respon Masyarakat Tentang Biogas
Pengertian respon menurut Anggi Ria, adalah respon terbentuk dari proses rangsangan atau pemberian aksi atau sebab yang berujung pada
reaksi dan akibat dari proses rangsangan. Respon akan muncul dari penerimaan pesan setelah terjadinya serangkaian komunikasi.
24
Respon juga diartikan sebagai suatu balasan, tanggapan, atau jawaban sebagai reaksi terhadap suatu rangsangan yang mengenai diri
seseorang.
25
Menurut pengamatan penulis respon berupa tanggapan dari warga Desa Tarumajaya menyatakan positif dan negatif untuk program biogas di
Desa ini. Untuk respon positif biogas baik semoga lancar kedepannya, ada perbaikan lagi ke depannya. Keunggulannya supaya bisa untuk penerangan
gang atau kandang sapi seperti di Desa Cibeureum.
26
Namun tidak semua warga memberikan respon yang positif ada warga yang menggangap penggunaan biogas merepotkan hanya
membuang-buang waktu kadang apabila ada pekerjaan biogas bisa saja ditinggalkan dan dibiarkan berantakan tidak dilanjutkan lagi serta
terbatasnya lahan.
27
23
Wawancara pribadi dengan Kang Uus, aktivis lingkungan, September 2016, h. 93
24
Anggi Ria Puspitasari, Respon Siswa SMP Negeri 3 Kelapa Bangka Belitung Terhadap Film Laskar Pelangi, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011, tidak dipublikasikan
25
Kadar ina Wastuti, “ Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H.
Mabarun Di Radio Persatuan Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak dipublikasikan
26
Wawancara pribadi dengan Pak Aep, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua, September 2016, h. 87
27
Wawancara pribadi dengan Bu Icha, Warga Desa Tarumajaya Kampung Pilar Dua, September 2016. 89