SARAN Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung, Jawa Barat

Rahayu, Rizki Diyanti, dkk. Pembuatan Biogas dari Eceng Gondok Eichorniacrassipes Melalui Pretreatment dengan Jamur Phanerochaete Chrysospirium dan Trichodermaharzianum, Jurnal Tekhnik Pomits, Vol.1, 2013. Renosari, P. Kajian Peningkatan Pemanfaatan Kotoran Sapi Menjadi Biogas Dengan Metode SWOT dan AHP di Desa Wangunsari Kecamatan Lembang. Jurnal Buana Sains, Vol. 12, 2012. Rinazani, Shofian. “Respon Masyarakat Terhadap Pemanfaatan Energi Alternatif Biogas Di Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.” Skripsi pada UPI Bandung, Bandung 2011, tidak dipublikasikan. Wastuti, Kadarina. “Respon Masyarakat Badegan Terhadap Siaran Dakwah K.H. Mabarun di Radio Pemersatu Bantul.” Skripsi pada UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta 2010, tidak dipublikasikan. Internet Aditia Gunawan, Moch. Praktik Alih Fungsi Hutan Lindung di Gunung Wayang Kecamatan Kertasari, 2013, http:raksawahanacitarum.wordpress.com20120808praktik-alih fungsi-hutan-lindung-di-gunung-wayang-kecamatan-kertasari di akses Kamis, 22 September pukul 23:47 WIB Basuki, Seno, Pengenalan Dasar Tentang Iklim dan Cuaca, dalam http:jateng.litbang. deptan.go.id indimagesPublikasidatabaseristekiklimdancuaca.pdf, 2011 diakses tanggal 22 September 2016 pukul 23:58 WIB Budisan, “Fikruzzaman, Muhammad. “Lakon Ekonomi Rendah Karbon”. Harian Kompas Siang E-Paper, Jakarta 02 November 2013. http:budisansblog.blogspot.in201311l ... diakses tanggal 11 Oktober 2016 Pukul 20:49 WIB Cita- citarum Recovery. “Limbah Sapi di Desa Tarumajaya”, http:citarum.orginfo- citarumberita-artikel1359-limbah-sapi-di-desa-tarumajaya.html , 06 September 2015. Darlis. Minyak Tanah Mahal, Warga Gunakan Biogas Kotoran Sapi. Tempo Interaktif, Jakarta, 21 September 2007, http:id.scribd.comdoc301816139Biogas-Dari-Kotoran- Sapi , diakses tanggal 11 Oktober pukul 23:32 WIB https:id.wikipedia.orgwikiTarumajaya,_Kertasari,_Bandung , 06 September 2015. Mustaqim, Khusni, Rasa Logika : Sekilas Mengenai Grounded Theory, http:berpikirberbeda.blogspot.in201111sekilas-mengenai-grounded-research.html diakses tanggal 3 Oktober 2016, pukul 19:21 WIB 74 Lampiran 1 Tabel 3.2 Kisi-kisi Pedoman Wawancara Variabel Dimensi Pernyataan Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif KOGNITIF 1. Mengetahui program biogas. 2. Paham tentang instalasi biogas. 3. Selain memasak digunakan untuk apa hasil biogas. 4. Perkembangan sebelum dan sesudah ada biogas. 5. Program lain yang sedang berjalan kecuali biogas. 6. Respon seberapa pentingkah penggunaan biogas. AFEKTIF 1. Respon warga desa Tarumajaya saat pertama kali program biogas dilaksanakan. 2. Sering mengikuti sosialisasi. 3. Tertarik menggunakan biogas 4. Dana dr pemerintah, gotong royong atau perseorangan. 5. Menggantikan gasminyak tanah atau kayu bakar BEHAVIORAL 1. m³ tahi sapi dalam sehari untuk pemenuhan perhari nya 2. Lama pembuatan biogas 75 Lampiran 2 Wawancara 1. Identitas informan Tokoh Masyarakat, Ketua RT, Ketua RW Nama : Jenis kelamin : Alamat : Status : 2. Sudah berapa lama Anda mendiami desa Tarumajaya? 3. Apa mata pencaharian utama di desa Tarumajaya? 4. Menurut Anda, apa masalah yang terjadi belakangan ini di desa Tarumajaya? 5. Apakah Anda mengetahui program biogas yang tengah berjalan saat ini di desa Tarumajaya? 6. Seberapa paham kah Anda tentang instalasi alat pembuatan biogas? 7. Dapatkah Anda menjelaskan sejarah singkat awal mula program biogas hingga saat ini di desa Tarumajaya? 8. Apa perbedaan yang mencolok sebelum dan sesudah ada biogas? 9. Adakah perbedaan hasil dari biogas dari tahun ke tahun? 10. Selama program biogas berjalan, bagaimana respon warga yang menggunakan biogas? 11. Pernahkan Anda mendapatkan keluhan dari warga untuk program biogas yang saat ini tengah berjalan? 12. Untuk kedepannya, apa harapan untuk biogas kedepannya? 76 Lampiran 3 Wawancara 1. Identitas informan Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya Nama : Jenis kelamin : Alamat : Status : 2. Bagaimana pendapat Anda tentang isu pencemaran di hulu Sungai Citarum? 3. Apakah biogas dijadikan priyoritas warga dalam mengelola limbah peternakan di Desa Tarumajaya? 4. Sebelum memulai menggunakan biogas, warga desa memanfaatkan limbah peternakan untuk apa? 5. Sudah berapa lama program biogas berjalan di desa Tarumajaya? 6. Pembangunan instalasi biogas unit biogas mendapatkan dana dari pemerintah, gotong-royong atau perseorangan? 7. Menurut Anda, siapakah yang pertama kali mencetuskan program biogas di Desa Tarumajaya? 8. Selain biogas, adakah program lain yang sedang dikembangkan di desa Anda? 9. Seberapa sering sosialisasi penggunaan biogas diberikan kepada warga setempat? 10. Bagaimana respon pertama warga desa Tarumajaya saat dibekali pengetahuan tentang biogas? 11. Bagaimana respon warga desa Tarumajaya saat pertama kali program biogas dilaksanakan? 12. Apa harapan Anda terhadap biogas kedepannya selaku aktivis lingkungan di desa Tarumajaya? 77 Lampiran 4 Wawancara 1. Identitas informan Peternak Biogas Nama : Jenis kelamin : Alamat : Status : 2. Mengapa Anda tertarik membuat biogas? 3. Apa saja keunggulan biogas menurut Anda dibandingkan dengan produk lain dari hasil limbah peternakan? 4. Selain untuk memasak, digunakan untuk apa saja hasil biogas ini? 5. Setelah proses biogas selesai hasil akhir yang keluar apakah masih mengeluarkan bau kotoran sapi atau tidak? 6. Dalam satu minggu, berapa kali Anda melakukan proses fermentasi kotoran sapi di dalam digester untuk mengasilkan biogas? 7. Berapa m³ kotoran sapi per harinya yang digunakan untuk membuat biogas? 8. Hasil yang didapatkan perhari nya dapatkah mencukupi kebutuhan berapa banyak rumah? 9. Pernahkah Anda meyakinkan peternak yang belum menggunakan biogas untuk menggunakan biogas? 10. Bagaimana respon Anda terhadap biogas, dan untuk kedapannya harapan Anda untuk biogas? 78 Lampiran 5 Wawancara 1. Identitas informan Warga setempat Nama : Jenis kelamin : Alamat : Status : 2. Tertarikah Anda membangun biogas? Jika iya, mengapa dan jika tidak mengapa? 3. Perbedaan yang Anda lihat di desa Tarumajaya saat sebelum dan sesudah ada program biogas? 4. Apakah Anda memproitaskan biogas untuk kebutuhan sehari-hari pengganti minyak tanah gas? 5. Apakah Anda pernah melihat proses pembuatan biogas secara langsung? 6. Sesering apa Anda menggunakan biogas? 7. Sudahkan warga desa Tarumajaya mendapatkan manfaatnya selama program biogas ini berjalan? 8. Menurut Anda, apa yang ditakutkan saat Anda menggunakan biogas? 9. Bagaimana respon Anda sebagai penikmat biogas, untuk biogas kedepannya? 79 Lampiran 6 INSTRUMEN PENELITIAN PEDOMAN OBSERVASI 1. Kondisi Geografis Desa Tarumajaya 2. Jumlah penduduk Desa Tarumajaya 3. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Tarumajaya 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Tarumajaya 5. Jenis Pekerjaan Masyarakat Desa Tarumajaya 6. Jumlah pengguna Biogas di Desa Tarumajaya 7. Jumlah Masyarakat yang aktif menggunakan biogas 8. Keterlibatan Pemerintah Pusat 9. Keterlibatan Perangkat Desa 10. Keterlibatan dalam sosialisasi 11. Keunggulan Biogas sebagai energi alternatif terbarukan 12. Faktor penghambat produksi Biogas 13. Faktor pendorong peroduksi Biogas 14. Peran serta Masyarakat setempat dalam menjalani program Biogas 15. Tingkat keberhasilan Program Biogas 80 Lampiran 7 Tabel 3.3 Kisi-kisi Lembar Observasi Variabel Aspek yang diamati Ya Tidak Respon Masyarakat dalam Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif

A. KOGNITIF

1. Mengetahui isu pencemaran sungai Citarum 2. Memahami penggunaan instalasi biogas 3. Mengemukakan perkembangan sebelum dan sesudah ada biogas 4. Mengetahui program yang sedang berjalan selain biogas 5. Mengetahui respon masyarakat tentang pentingkah penggunaan biogas

B. AFEKTIF

1. Mengemukakan ketertarikan menggunakan biogas 2. Mengarahkan program biogas sebagai pengganti minyak tanahgas 3. Mendapatkan dana dari Pemerintah atau secara gotong- royong

C. BEHAVIORAL

1. Mengukur waktu pembuatan biogas 2. Mengikuti jalannya sosialisasi 81 Lampiran 8 Transkip Wawancara Transkip wawancara dengan Bu Dede, Bapak Aep, Kang Uus. Peneliti mendatangi kediaman Bu Dede yang sudah tiga tahun menggunakan biogas, serta Bapak Aep selaku warga yang menggunakan biogas sejak tahu 2015. Bersamaan dengan Bu Dede, karena kandang sapi mereka berhadap-hadapan. Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Dede di Kampung Pilar 2 RT 1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Peneliti melakukan wawancara ke Kampung Pilar 2 yang berbeda RT dan RW dengan Kampung Babakan Ranca dimana Babakan Ranca merupakan lokasi Akitivis Lingkungan Desa Tarumajaya tinggal. Perjalanan ke beda RW tersebut memakan waktu sekitar 10 menit menggunakan kendaraan roda dua. Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 10:19 – 10:46 WIB. Keterangan P = Peneliti K = Kang Uus D = Bu Dede A = Bapak Aep P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu. D :Waalaikumsalam, Iya”. Bu Dede sambil terbangun untuk memanggil Bapak Aep, yang ada di samping rumah. K : Siap Bu? Heheheh P : Ibu sudah siap? D : Hehehe P : Bu, jadi saya yang tidak siap. Heheh K :Santai we, ngobrol biasa P : Bapak Ketua RW? Bertanya kepada Bapak Aep yang baru duduk A : Sanes Neng, mantan. K : Tapi aya Pak RT? D : Aya mereun RTRW. RT di dinya, RW di dinya. K : Engke we lah Bu eta mah D : Paneri. P : Emmm Ibu, Bismillahirahmanirahim.. jadi grogi sendiri hehehe D : Hehehee P : Gak pernah wawancara jadi bingung. P : Ibu, tanya nama dulu ya bu, nama Ibu siapa? D : Ibu Dede P : Panjangannya? D : Dede Nuryani sambil memandang foto 82 P : Ibu alamatnya apa disini? D : Kampung Pilar 2 RT hiji RW sabelas, Desa Tarumajaya P : Ibu, pertama mau tanya ketertarikan Ibu sama biogas, Yang membuat Ibu tertarik menggunakan biogas? D : Kumaha? K : Jadi naon alesan Ibu teh awalnya masang biogas teh? A : Aya dampak naon ka Ibu na? D : Teu aya da pengeluaran mah. K : Nya, naon tertarik na teh? D : Tertarik na mah pan biogas teh gratis ari biogas eta mah meuli nya, ari ieu mah heunteu asal daek ngisi tai sapi we asal daek ngisi berak. P : Berak? Heheh D : Kotoran sapi. P : Ibu,sudah membuat biogas berapa lama? D : Tiga tahun P : Tiga tahun? Dari tahun 2013 berarti? D : Taun sabaraha? K : Taun 2013 A : 2013 D : Maneh mah 2015, pan pertama pisan ieu mah taun 2013 P :Menurut Ibu kan sudah menggunakan biogas selama 3 tahun, keunggulannya dibandingkan dengan limbah kotoran sapi yang lain apa? D : Pake ngecor geuning P : Pake ngecor bisa bu? K : Hasil akhir biogas mengelurkan lindih P : Lindih naon? K : Lindih dari, kan tekanan yang ke atas jadi gas, yang kebawah itu namanya lindih, itu jadi pupuk cair. Itu sama si Ibu dijadikan cor untuk penyuburan sayuran. K : Jadi pertanyaan na ku si Neng, keunggulan tina biogas teh naon? Pastina mah gratis we nya? D : He’euh gratis we K : Yang jelas mah mengeluari pengeluaran rumah tangga nya mah P : Terus Bu, hasil biogas ini digunakan untuk apa saja? D : Untuk memasak, ieu mendidihkan air. P : Kalau untuk penerangan suka pake Bu? A : Enggak pernah Cuma buat masak aja. P : Terus Bu, untuk proses pembuatan biogas berapa lama dari dimasukannya tahi sapi? A : Langsung jadi D : Langsung jadi P : Oh, jadi setelah dimasukan tahi sapi dan air langsung bisa jadi Bu? D : Iya langsung A : Jadi kalau sudah ada berak didalam, tidak dimasukan lagi 1 minggu, Biogas tetap berjalan. K : Ini untuk digester yang baru, tidak tahu kalo yang lama P : Ooh gitu.. jadi enggak perlu menunggu 1-2 hari? Soalnya yang saya baca di buku prosesnya menunggu 1-2 hari. 83 A : Awal doang K : Kalo awal mah pas bikin harus penuh, 5 kibik teh di tunggu dulu K : Sabaraha loba na teh? D : 5 Kibik ari teu salah mah. Saminggu we K : 1 minggu juga masih menyala A : Tidak diisi seminggu juga masih menyala P : Kalau tidak diisi selama seminggu bisa habis gak Pak ? A : Iya kalau tidak diisi mah seminggu juga habis D : Yang penting mah di isi we Neng yang rutin gitu P : Terus Pak, untuk hasil biogas akhir masih mengeluarkan bau tidak? D : Enya mimiti na mah A : Lain bau tai sapi, bau gas akhir na mah P :Jadi pembuatan biogas hanya dimasukan air saja Pak? Tidak perlu menambahkan apa-apa lagi? A : Air, Cuma air P : Biasanya pak untuk pembuatan biogas berapa banyak perbandingannya? A : Oohh. Per ember mereun. Kumaha kayaan tahi sapi. Lamun seer tahi sapi na mah amun encer tahi sapi mah. K : Perbandinganana tahi sapi saember tahi sapi baraha liter air? A : 1 ember tahi sapi, 2 ember air. Lamun teu encer mah teu bisa meroses ari terlalu encer gas na teu alus. K : Lanjut? P : Hehehe, saya udah bikin jadi bingung sendiri K : Biarin dibantuin tenang aja, hehehe P :Lanjut bu, menggunakan biogas ini apakah Ibu pernah memberikan kepada berapa warga, ehh maksudnya, untuk sekali proses Ibu bisa memberikan berapa rumah? A : Batasnya Cuma 2 K : Kekuatannya Cuma 2 rumah, si Ibu dan Bapak D : Iya, Cuma 2 rumah K : Tapi kalo biogasnya yang besar digesternya yang komunal itu 10 kubik, 15 kubik bisa untuk banyak orang D : Lahannya enggak ada P : Jadi volume berapa kubik Pak untuk 2 rumah? A : 5 Kubik untuk 2 Rumah D : Tapi anu badag mah 8 atawa 10 mah kuat, lahan na ge kudu luas K : Disini mah jari-jari 1,5 meter diputerin... sssssstttttt P : Bu, dikasih instalasi biogas dari pemerintah? A : Iya dari Pemerintah K : Kementerian Lingkungan Hidup D : Dari Kementerian P : Tapi sama gak Bu setiap Desa atau beda-beda? K : Beda-beda, ada yang dari Pemerintah, ada yang dari Provinsi. Kalau ini dari Kementerian. P : Alasan Pemerintah kenapa Pak membagikan biogas ini? K: Mungkin kayanya gini, Kabupaten menganggarkan, Provinsi menganggarkan tingkat Nasional juga menganggarkan. Karena kenapa, jadi fokus DAS Citarum? Karena jadi Kawasan Strategis Provinsi KSP 84 ini teh. Makannya jadi dari mana-mana tuh masuk. Dan juga Desa Tarumajaya tuh menjadi Desa terbesar peternakan. P : Dari Pangalengan sendiri? K : Iya, tapi sekarang sudah banyak Pangalengan karena sudah komunal, 1000 ekor. Gitu. P : Pak. Pernah gak Bapak mengajak warga yang belum menggunakan biogas untuk menggunakan biogas? A : Enggak neng, karena kasihan yang tidak punya lahan mau gimana. Yang diajak yang punya sapi. D : Ari ngajak mah pernah mereun P : Waktu ngajak berarti Bapak pernah memberikan keunggulan-keunggulan tentang biogas? Oh seperti ini lho Pak atau Bu? K: Dahulu mah Neng banyak yang tidak meu menggunakan biogas sebenarnya ada beberapa faktor, pertama kali saya masuk kesini, ini kan bukan keinginan masyarakat soalnya. Saya dulu juga pemetaan dulu. Banyak yang tidak mau karena instalasi jelek. Di sini mah dicoba dulu seminggu, desshh langsung nyala. A : Kalau dahulu mah pake plastik ditempel di dinding rumah D : Iya pake plastik dahulu mah P : Berarti Ibu dan Bapak sekarang tidak pernah menggunakan Gas atau Minyak tanah? A : Tidak pernah Neng, nyalanya lebih bagus daripada elpiji, cepet masak. P : Cepet mateng ya Pak? A : Iya K : Tingkat bahaya na ge teu aya nya? D : Enya, ieu mah teu aya tingkat bahaya na, jadi gas ieu mah upami seep we kitu limbah na nya parem we ku nyalira teu aya hambatan nanaon P : Tidak bau ya Bu? D : Tidak P : Iya Bu, lagipula tidak pernah bocor selang atau bocor regulator ya Bu? D : Iya Tidak P : Tapi Ibu masih menggunakan kayu bakar? D : Enggak P : Ibu bisa habis berapa kalau beli gas di warung? D : Gas itu mah komo, 3 hari 1, 3 hari 1. Seminggu berapa? K : 10 we nya sabulan, 10 di kali 26.000 ? P : 26.000 Gas 3 Kg disini? A : Iya 1 gas elpiji harganya itu 26.000 K : Makannya kalo ketemu saya, senyum dia Gurauan Kang Uus P : Bapak punya berapa sapi? A : 2 P : Kalau Ibu? D : 3 P : Oh jadi 2 sapi juga sudah cukup ya bu untuk membuat biogas? A : 1 juga sudah cukup kalau tahi sapi nya sudah banyak P : Emmm, Bapak. Setelah ada biogas apa perbedaan sebelum dan setelah ada biogas? 85 A : Ya banyak Neng. Keuntungan biogas, kalau belum ada biogas kotoran ngalir di jalan sampai Citarum D : Heheh, sekarang enggak A : Iya sekarang enggak P : Mengurangi lah ya? A : Iya mengurangi polusi-polusi juga K : Alhamdulillah lah ya P : Terus ada lagi Pak keuntungannya? A : Biaya mereun nya, mengurangi biaya pengeluaran rumah tangga P : Kalau menggunakan biogas 1 kali proses bisa untuk 1 minggu, kalau beli gas 1 tabung cukup untuk 3 hari? D : Iya K :Program biogas juga dulu pernah gak diterima sama warga karena dimintain duit. Coba tanya pada dimintain duit gak? D : Tidak, gratis A : Iya, tidak ada minta uang. Malahan kalau gali sendiri dikasih uang K : Yang swadaya paling ngankat batu doang P : Ooh gituu, oiya Pak, yang saya baca di Buku itu Desa Tarumajaya sedang ada program lagi yakni program BIRU, apa Bapak tahu? A : Apa ya. Tidak tahu itu mah Neng K : Program na hampir sama jeung biogas, beda sumber na P : Berarti kalau di Desa Tarumajaya hanya ada Program Biogas saja Bu tidak ada yang lain? D : Naon nya? A : Teu aya kos na mah K : Ari eta naon Walungan PTP, tapi bukan saya yang fasilitasi D : Benteng Citarum eta A : Perbaikan DAM Citarum P : Kalau di RW 11 ini ada berapa orang yang menggunakan biogas? Apal gak Pak? A : Emmmmm, 7 rumah P : 1 rumah punya 1 instlasi Pak, atau? D : Apan di lebak ge Mang Didi? K : Maksudnya nu aya di RW 11 D : Apan kan ngahiji, da RW 11 mah ngahiji ka urang. He’eh apan kan RW teh mimitina 10. A : 8, 9, 10 D : 10,12 ejeung Mang Ahmad. Apan Desa Cikembang mah misah A : 12 satu RW K : Program biogas dari Kabupaten mereun eta mah di RW lain P : Emmmm, Bapak sering ikut sosialisasi biogas atau langsung dari Kang Uus? A : Pernah sekali, kalau dari pemerintah jarang D : Desa jarang, anu ti Pamarentah mah anu aleut-aleutan tea. Aya bangsa Ibu-Ibu teh sok di jajapkeun P : Berarti selama sosialisasi hanya perawatan saja ya? D : Iya hanya perawatannya saja 86 P : Tapi pernah gak, untuk warga yang tidak menggunakan biogas diberikan sosialisasi? K : Iya pernah yang Kecamatan Pangalengan itu tapi gak pernah hadir I : Hehehe, pada sibuk K :Ada sebenernya Neng, orang KLH sebelum sosialisasi itu menerapkan dulu Cuma 2 Kecamatan di satuin, tapi yang dari Desa ini tidak datang karena sibuk ambil rumput dan lain sebagainya. P : Ooohh Iya. K : Maklum lah.Makannya saya inisiatif buat pelatihan langsung ke rumah- rumah.Apa saja yang boleh dan tidak boleh masuk. Air sabun, rumput. P : Ooh iya, jadi hanya air saja ya K : Karena bahaya, kalo sabun bisa merubah biogasnya kalo rumput bisa mandek P : Pernah gak Pak dibersihkan kalau takutnya kemasukan air sabun atau rumput? A : Tidak pernah K : Prosesnya kan masuk ke Inlet, dddeesssshh langusung keluar namanya outlet P : Boleh liat prosesnya langsung ya Pak? A : Oiya boleh P : Ada hambatan tidak ? A : Tidak ada hambatannya D : Tidak hambatannya mah P : Intinya mah, perawatan tidak susah ya D : Iya tidak K : Karena kalau disini sama kompor-kompor nya juga dikasih P : Ooh, langsung dapat kompor K : Kompornya mah khusus D : Tinggal nyala pokokna mah, dipasangkeun ku ditu P : Tapi ada tidak yang punya sapi tapi tidak mau pake biogas? D : Kumaha? D : Ooh, nya ayaa P : Kenapa ya? K : Yang awal sosialisasi itu kan harus nenteng, rumit soalnya digester nya bulet kaya ember gitu nyah, nah yang KLH percontohan disini pleekk itu keluar dari sapi di selokannya campur air, jalan. Sudah D : Enyaa, di kocok-kocok terus jalan A : Iya itu aja P : Kalu biasanya biogas sibelakang rumah, kalau disini bagaimana? K : Dulu ada yang bukan di fasilitasi sama kita. Itu mah kandang sapi nya kan komunal, kandang peternakan D : Enya kitu K : Saya gak yakin itu bisa tahan 1 tahun karena ngankut ke rumah berat, jauh dari kandang P : Pernah tidak bocor untuk biogas di Desa Tarumajaya? K : Pernah bocor, tapi kalo disini mah aman. Di Pangalengan D : Pan di itu ge pernah anu bocor K : Gara-gara ada gempa, ada lini gitu yaa. 87 P : Berarti faktor dari alam ya, kalau dari luar ada tidak? K : Paling kalo mampet, disedot dulu sama pompa nanti di bersihkan, mah alhamdulillah. Ngeri nya gempa kalo disini mah kaya sejarah gempa tahun 2009. Gerakan tanah P : Berarti untuk akhir respon Bapak dan Ibu terhadap biogas positif? Terbantu dengan adanya biogas? A : Iya P : Untuk Ibu harapan kedepan untuk biogas? D : Ya naon nya, lancar saja A : Iya lancar kedepannya, ada perbaikan lagi ke depannya kalau rusak D : Kusabab ari biogas mah Neng, 1 instalasi tahan 40 tahun P : Ooohh gituu,, Emmmm P : Bapak, Ibu terima kasih sebelumnya. Pertanyaan saya sudah habis, hehehe D : Iya P : Terima kasih Ibu, Bapak atas infonya sangat membantu. Ada sedikit souvenir sama cemilan buat Bapak dan Ibu. P : Boleh minta foto ya bu ? Hehehe D : Iya boleh, boleh K : Mau lihat proses biogas langsung tidak? P : Boleh, boleh K : Hayo kedapur P : Ibu, Bapak maaf tidak bisa memberi banyak, hehe A : Bapak duluan ya Neng P : Ooh iya Pak terimakasih P : Saya pamit ya Bu. Assalamualikum wrwb D : Waalaikumsalam wrwb Peneliti diperlihatkan cara membuat biogas dari awal masuk tahi sapi sampai keluarnya gas, sekitar 20 menit melakukan perekaman, pemotretan dan mencoba membuat biogas sendiri. 88 Lampiran 9 Transkip Wawancara dengan Ibu Icha dan Teh Eneng Warga peternak namun tidak mengaplikasikan biogas Tempat : Wawancara dilakukan di rumah Bu Icha di Kampung Pilar 2 RT 1 RW 11, Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Waktu : Wawancara tanggal 4 September 2016 Pukul 11:34 – 11:50 WIB. Keterangan P : Peneliti I : Ibu Icha T : Teh Eneng P : Assalamualikum Ibu, sebelumnya saya mau memperkenalkan diri terlebih dahulu. Nama saya Maulyda Wulandari, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bermaksud untuk melakukan wawancara terkait dengan respon Ibu terhadap Biogas untuk hasil akhir saya Bu. Maaf, dengan siapa saya wawancara? I : Ibu Icha Neng P : Ibu pernah mencoba biogas? I : Belum P : Tapi sapi ada ya? I : Ada P : Emmm. Alasan Ibu tidak menggunakan biogas karena apa? I : Jauh dari rumah Neng P: Tapi kandang ada di belakang? I : Iya tadi yang dilewatin P : Oohh, berarti kalo mau bikin juga harus dibawa dulu ya Bu? I : Iyah P : Tapi tertarik tidak Bu, membangun biogas? T : Kudu di macok-macok heula, hehehehe I : Mun di bahasa Sunda mah rencet P : Naon Rencet teh Bu? T : Riweh kitu, jadi teu aya cai mah teu bisa masuk, apan kitu. Ejeung teu kaburu mah cul, geuningan kitu P : Tapi sekarang kan buat biogas gampang Bu, tinggal di kucek-kucek terus dimasukan? I : Iya kalo lagi musim hujan, kalau musim kemarau susah. Kalau mau minum sapi juga ngangkut. T : Susssah P : Berarti di dekat rumah Bu Dede juga susah air? I : Sama, ngan kitu ari di ditu cai aya T : Asal nyebor, nya tah kitu P : Berarti Ibu sehari-hari menggunakan tabung 3 Kg? I : Iya T : Iya P : Biasanya untuk berapa hari? T :Baraha hari nya? 89 I : 1 minggu P : 1 minggu teh buat di rumah aja ya Bu, buat sehari-hari. Berbeda dengan bu Dede yang membuka warung P : Sebelumnya Ibu udah pernah melihat proses pembuatan biogas secara langsung? I : Iyah P : Jadi Ibu tidak mau menggunakan biogas emang riweh ya Bu, terus juga susah air? I : Iya T : Tah kitu, hehehe P : Pernah tidak Bu, ada warga yang menggunakan biogas lalu memberikan keunggulan-keunggulan tentang biogas, kepada Ibu? I : Ada, Iyaah P : Lalu bagaiamana respon Ibu? I : Belum tertarik P : Teteeh juga ? T : Iya, belum tertarik sabab mah rencet, hehehe. Bakal piomongeun ari kuduan mah. Urang nu ngucek-ngucek manehna nu make. Na kitu P : Semisal ada tetangga yang disampig rumah Ibu ada yang pake biogas, Ibu pernah rasain gak? I : Belum P : Belum pernah rasain ya. Hmmmmmm T : Enya Neng, da hese kumaha P : Tapi pengen gak Bu ngerasain hasilnya? T : Da bau nya biogas teh? I : Begini Neng, ngadamel biogas ternak na teu aya, nya kumaha. Sapi teh di ara rical, da kumaha? P : Oh jadi karena banyak sapi yang dijualin ya Bu? T : Iya disini juga banyak yang sudah di jual P : Terus Bu, bukannya bikin biogas gratis? I : Iya gratis, kasihan yang bikin biaya Neng. Nya mun pageto jieun biogas ari isukan sapi na teh diararical kumaha T : Sayang-sayang, tidak dipaka. Da biaya na mah gede. P : Karena biogas menggunakan lahan, lebih baik untuk yang lain kalo begitu ya Bu? T : Iya I : Iya P : Tapi Bu, pernah ada yang dipake tapi sekarang udah gak di pake lagi? I : Belum P : Kira-kira kenapa Bu, mereka pada jual sapi? Ekonomi ya? I : Ada yang Ekonomi ada yang tidak kehartos. Ieu Neng ari Ieu teu kahartos kapangenana. Jadi teu cekap we. P: Ibu tapi pernah mengikuti sosialisasi langsung tentang tata cara penggunaan biogas? I : Belum P : Belum pernah? 90 T : Pernah nya, dibejaan lamun rek milu. Kitu nyaa. Dateuing teu dibarejaan, dibarejaan teh ngadarata tea ngan daptar da didieu ge teu kabagean, ah moal we sakalian kitu. Kabagean aya periode ka dua I : Enya T : Katanya enggak mau, kan rumah yang disitu sama di sini jauh I : Ngelewati lahan orang lain, ada yang dibongkar-bongkar kitu P : Tapi kalau dekat mau Bu? T : Iya mau I : Mau ge, tapi lahan na dimana? P : Biasanya untuk limbah sapi, Ibu gunain buat pupuk aja? I : Iya T : Da sebenernya juga deket kandang Ibu ada biogas, tapi tidak digunain P : Lho kenapa bu? I : Di gunain sama adik Ibu. Seharusnya dua kesini tapi Ibu enggak mau P : Tapi sejauh ini, Ibu mendukung dengan program biogas? I : Iya P : Berarti respon Ibu positif ya? I : Respon gimana? Positif kumaha maksudna? P : Kalau positif Ibu mendukung kalo Negatif, Ibu tidak mendukung adanya biogas? I : Iya T : Ngeunahan ari geus boga lahan sorangan mah P : Ibu, harapan kedepannya untuk biogas apa I : Kalau punya lahan sendiri mah mau gitu, hehehe T : Asal punya lahan aja Neng. P : hehehe, emmmm. Bu sepertinya sudah cukup Bu, ini ada souvenir dan cemilan untuk Teteh dan Ibu. Terima kasih banyak ya Bu, Teh sebelumnya hehehe. P : Boleh minta foto ya Bu, Teh? T : Mangga.. P : Sekali lagi terima kasih Bu, saya pamit dulu.. assalamualaikum I : Waalaikumsalam T : Waalaikumsalam, wr.wb 91 Lampiran 10 Transkip wawancara dengan Kang Uus Aktivis Lingkungan Desa Tarumajaya sejak tahun 2009 Tempat : Kampung Babakan Ranca RT 3 RW 20. Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari. Tanggal : 4 September 2016 Waktu : 14:32 WIB – WIB Keterangan P : Peneliti K : Kang Uus P :Assalamuaikum Kang, emmm Kang di sini kan menjadi aktivis lingkungan ya? K : Iya seperti itu. P : Sudah berapa lama Kang? K : 2009, yah P : Awalnya tertarik untuk menjadi aktivis karena apa? K : Jadi gini, jadi aktivis mah dari dulu juga sudah menjadi aktivis ya. Semenjak dari Sekolah. Di Bogor jadi aktivis guru nah setelah itu pindah kesini dan sebenernya mah aktivis pemuda Desa lah ya. Situasi Kertasari semakin minim orang-orang mengenai perlibatan terhadap lingkungan. Kita bikin komunitas lah, kita mulai memikirkan mata air, pemetaan mata air yang ada di Gunung Wayang dan penanganan-penanganan penanaman pohon-pohonan untuk melindungi mata air. Awalnya itu. Jadi kita sudah mulai diskusi untuk masuk ke wilayah permasalah berkurangnya debit air dan kurangnya air. Itu masalahnya di situ. Jadi tertarik untuk mengola mata air ini untuk terlindungi P : Memang awalnya perkumpulan pemuda doang? K : Awalnya gitu, awalnya perkumpulan pemuda. Kita disuruh masuk. Awalnya mah sebenernya dari Sekolah Polotik Anggaran dan saya itu perwakilan pemuda Gunung Wayang, karena sudah lebih dulu lah selain saya. Ada Kang Heri, dkk. Nah ikut diklat Sekolah politik anggraan. Di sana ketemu lah aktivis-aktivis dari tingkat Jabar, ketemu dengan Walhi dls. Ada Peling, Elingan. Nah diskusi masalah lingkungan jadi konsen masalah di lokal. Jadi sampai sekrg gitu, kalo ada kegiatna2 merujuknya kepada lingkungan sebagian. Oke lanjut. P : Sekarang ini kan lagi ada berita tentang isu pencemaran Sungai Citarum, nah makannya kenapa saya ngambil judul tentang ini. Karena emang awalnya ada isu di hulu Sungai Citarum K : he’eh P : Menurut akang itu kaya gimana? K : Pencemaran Hulu Citarum itu sangat banyak masalah banget. Eeemmm Hulu Sungai Citarum itu udah dari tahun 2004 sebenaranya dari mulai Program Pemerintah meluncurkan, 2009 itu sudah mulai. Saya masuk datang itu isu nya sudah itu, tapi Saya tidak terlibat langsung untuk Hulu Sungai Citarum. Dulu itu ada Gerakan Citarum Bergetar, Gerakan Citarum 92 Bergetar ini merupakan program dari Provinsi untuk menangani kritisnya para petani merambah hutan, itu awalnya. P : Maksudnya merambah hutan? K : Merambah hutan itu sebutannya dengan alih fungsi menjadi tempat pertanian, jadi sedimentasi tanah itu terbawa oleh air hujan terbawa ke Sungai Citarum, pendangkalan otomatis di daerah DAS Citarum yang dilokasi Dayeuh Kolot, Bale Endah. Peternak bukan dari Citarum aja yang membuang kotorannya langsung ke Citarum eeemm karena tidak ada penanganan khusus, ternyata setelah kita coba ngobrol dengan peternak inisiatif lah ya ngobrol dengan peternak. Jadi permasalahnya tadinya bukan mau membuang secara langsung itu karena keterbatasan lahan, awalnya. Jadi dia bikin diawal sempadan itu bikin kandang sapi karena tanahnya sedikit untuk membuang itunya kan deket perumahan nih, untuk membuang kotoran di sini banyak lalet dan lain sebagainya mencemari ke rumah, nah gitu. Mungkin dia tidak berpikir panjang kalo peternak mah di buang aja di masukin ke Citarum. Lebih bersih untuk lingkungan, lingkungan mereka gitu yahh. Padahal dampak ke yang lain itu sangat dasyat, karena terus mengandap dan itu salah satunya yakni pendangkalan limbahnya, nah itu. Kasus dari daerah sempadan Citarum ini tidak ada jalan keluar khusus nah kawan-kawan kita disni yang aktivis itu bikin Tim Revorma Agraria untuk mengalihkan yang berkonsentrasi di Wilayah DAS Citarum, dialihkan ke tempat yang khusus. Kalo dari konsep kita itu mengalihkan warga nya dan kandang- kandangnya jauh dari Citarum, nah nanti dikelola secara baik lah. Nah itu. Sampai terjadi pembabatan 25 m itu sebenernya untuk memindahkan, di relokasi. P : Tapi berjalan lancar? K : Kalau di revorma nya mah berjalan, tapi untuk memindahkan nya warga belum terjadi sampai hari ini. Tapi melihat visi misi kita untuk menggerakan warga itu, di respon oleh Dinas Peternakan dibangunkan di yang lahan yang sudah kita babat itu kandang komunal. P : Terus respon Dinas lama gak dari pembabatan sampai membangunkan kandang? K : Setahun. Cepet setahun mah. Jadi gitu,Cuma yang di babat sudah rata dia langsung bangun kandang sapi nya tapi Cuma sapi nyha aja yang dipindahinnya, nah sebagian juga tidak ada yuang mau ngisi kandang sapi nya yang sudah dipindahin kesini, karena si peternak tidak bisa lepas dengan ternaknya kalau terlalu jauh P : Iya K : Terlalu inten ya pekerjaannya, subuh, siang, malem kadang, jd sebagian ada yang pindah sebagian masih ada. Tapi berkurang untuk masalah eemmm masalah itu, masalah limbah lah. Ada masalah yang sudah di rapihkan olah di Kandang komunal oleh Dinas Peternakan, Pertanian dan Provinsi. Sebernenya awal gagasannya itu, kita mengambil lahan dri PTPN untuk menata ruang isu itu bagaimana menata ruang Gunung Wayang, karena Gunung Wayang itu masuk dalam wilayah strategis Provinsi karna banyak air, untuk titik 0 ke Citarum, nah itu sebagai awal nya. Hanya kandangnya yang dipindahin sampai sekarang belum beres 93 maksudnya belum semua tapi sebagian belum terisi. Klo kandang yang sekarang perkomunal sampai kandang yang paling besar dibangun. Sekrg itu kandang komunal itu sudah 2 yang dibangun, yang 1 itu dan yang 1 lagi dibangun oleh Ultra Jaya. Itu mah kan milik dari Dinas. Nah untuk penanganan lingkungan kebetulan itu saya sudah 2 tahun lebih menggerakan kadar pemuda yang dibantu oleh Provinsi Jabar, program Kampung Berbudaya Lingkungan. Kampung Berbudaya Lingkungan Nama programnya Eco Village nah yang terpilih itu saya. Fokus penangannya adalah Das Citarum RW 1, hanya membersihkan sampah supaya tidak masuk ke Citarum. Tapi sampai sekarang juga belum selesai karena Desa Tarumajaya tidak punya TPST masih banyak yang buang sampah ke hutan. Sosialisasi di sini, ujung-ujungnya kita yang bersihin. Udah di bersishin seminggu ada yang buang lagi. Karena kita itu gak ada lahan untuk membuat TPS. Nah karena itu isu Desa Tarumajaya karena minim lahan. P : Terus Kang ini RT mana yang dekat dengan DAS Citarum? K : RW 1 P : Oh, ini RW 11? K : Ini mah RW 20 P : Berarti ada berapa RW, kang? K : 30, Desa Tarumajaya. Waktu Desty itu ada 29. Sekarang pemekaran jadi 30 P : Ooohhhh K : Membuka laporan objektif Institut Gunung Wayang, melihat jumlah RW di Desa Tarumajaya K : 28 RW, iya nambah satu. Itu di huni oleh 4.504 KK. Ini data yang tahun 2013 nih. Semua ini mata pencaharian ada. Kalo data yang ini soft datanya saya ada. Kalau nanti dibutuhin. P : Berarti disini mata pencaharian lebih banyak petani atau peternah? K : Nahh, buruh P : Buruh? K : Iya buruh tani yang paling tinggi. Karyawan, Buruh BUMN kan yah P : Iya K : Petaninya Cuma sedikit P : Iya ya, Cuma ada 1114 K : Ini gambaran tentang penguasaan lahan P : Untuk jasa itu maksudnya gimana Kang? K : Ya maksudnya kaya jasa cukur rambut P : Wirausaha gitu? K : Nah iya wirausaha gitu K : Jasa service, perbengkelan. Nanti bisa di copy kalo mau P : Dapat kaya gini bikin langsung Kang? K : Iya bikin kalau ini ma gak bikin, ini sudah sampai ke KPK kan. Tadinya laporan ini buat agraria itu, apa sih permasalahannya itu. Ke Menteri BUMN, ke Menteri Agraria, DPR RI, ke Bupati apalagi. Sejarah tanahnya. Apalagi kalau di isukan agraria. Ini permasalahan awalanya terpicu masalah Citarum karena di DAS Citarum di sepadan sudah banyak rumah gitu. Orang luar ngomongin terus, orang Gunung Wayang itu perncerman 94 tertinggi dari peternak dan pertanian, sedangkan Pemerintah tidak mau menata agar ini karena jalan keluar sapi tfk mungkin dihilangkan. Gimana kalau di pindah? Nah gagasan dari aktivis ini. Jadi we dengan desain seperti ini. Saya punya gagasan nya seperti ini dibantu dengan kawan- kawan ITB jadilah Tapak Bongkor ini. P : Anak-anak ITB juga berarti? K : Iya, dari jurusan planalogi. Da dari awalnya mah kita, Cuma ada jaringan yaudah dibantu gambar gitu. Disini ada di ceritain permasalahan lahan, jumlah penduduk, presentasenya. Jadi milik masyarakat itu Cuma 3,6 P : Lahannya? K : Yang murni milik mayarakat, sisanya milik swasta milik Perhutani P : BUMN ya? K : Iya BUMN. Nah kan kita bingung kan gak mungkin tanah BUMN yang milik orang mau dihibahin, dia aja kurang gitu. P : Tapi pernah Kang minta izin gitu sama orang BUMN nya? K : Minta izin pernah, Perhutani gak ngasih. Saya aja kemaren masih ada data-data nya di Lonsum sana. Saya kan punya perkumpulan Bank Sampah, namanya Bank Sampah IGW khusus yang fokus di lahan. Di tolak, dengan alasan dia itu ISO sekian P: Emmmm K : Padahal saya butuh, gitu ya. Mau minjemin juga sulit mengibahkan apalagi. Akhirnya mijem pake lahan sulit jug. Permasalahan nya mah emang begitu P : Jadi awalanya emang karena permasalah Citarum ya Kang jadi kemana- mana K : Iya. Jadi permasalahan Citarum rusak jadi salah satunya, itu menurut saya. Gunung Wayang gunduk itu karena emang tidak punya lahan. Sejarahnya dulu itu ada. Jadi penguasaaan lahan itu dulunya penguasa lahan yang deket sama tuan-tuan itu, di petakan hanya beberapa untuk Kertasari. Keluarga ini karena dulunya dekat dengan kerjaan punya lahan yang luas, yang lain mah enggak. Jadi we hutan gundul. P : Tapi sudah ada reboisasi sampai sekarang? K : Reboisasi sebetulnya kita terus-terusan, terakhir itu kita menanam percontohan di petak 29 itu kita nanem ampe 2000 pohon, buah-buahan sama tanaman keras. Kalau sama Desty waktu itu malah 7000 pohon, itu 7000 hari enggak berhenti. Dengan petani, diajak Pemerintah enggak mau Pemerintahnya. Tapi Perhutani memberikan bibitnya kita kan gak punya yaa pembibitan kayu nya. Kita bantu petak 73 yang dekat dengan Citarum itu gundul. Ya pada waktu UIN itu, yang terbaru itu di petak 69 masih dekat sepadan Citarum, mata air mata air. P : Pernah gak Kang mau bikin rencana kawasan Edukasi penanaman, orang misal dateng dari luar kota. Beli bibit nanti mereka di suruh nenem gitu? K : He’eh K : Sudah ada tapi bukan saya yang konsep. Kawan-kawan dari Sulindra Artapera. Kalau tidak salah hari ini sedang melakukan penanaman. Saya juga di undang. Artapela itu sebenarnya masuk Gunung Wayang tapi namanya puncak Artapela. Uuuhhh gundul nya gila-gilaan lah ya. P : Artapela itu puncak Gunung Wayang?