1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan masalah yang penting bagi setiap bangsa, karena pendidikan merupakan salah satu dasar kebutuhan manusia untuk mampu
bersaing dengan Negara-negara lain. Abdurrahman berpendapat bahwa:
Pendidikan adalah transfer pengetahuan dan nilai knowledge and value. Dari kedua transfer tersebut setiap manusia menyerap ilmu dan
meresapi nilai-nilai yang ada pada satu disiplin ilmu. Kedua transfer tersebut akan berjalan optimal bila setiap manusia menyatu dalam
proses belajar mengajar dengan mencurahkan segenap dimensi kemanusiaannya untuk menangkap dan mengendapkan segala materi.
Menangkap, mengendapkan dan mentransformasikan segala yang didapat dari proses transfer itulah inti proses belajar mengajar. Maka
proses yang demikian adalah salah satunya didapatkan melalui pendidikan.
1
Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui
proses pembelajaran yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Hal ini diperkuat dengan adanya Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 tentang sistem pendidikan nasional yaitu “bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
1
Abdurrahman, Meaningful Learning Re-Invensi Kebermaknaan Pembelajaran Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, Cet. 1, h. 3
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-undang
”.
2
Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan negara
Indonesia. Hal ini dinyatakan dalam Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 2003 No. 20 pada pasal 5 ayat 1 yaitu
“bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu ”.
3
Sehingga masyarakat bisa mengembangkan potensi dirinya dalam kegiatan pembelajaran.
Islam sebagai agama yang paling sempurna dengan Al-Quran sebagai pedoman ajarannYa menegaskan kepada umatnya agar mengembangkan
potensi akal yang ada pada dirinya. Islam begitu mementingkan pendidikan, bahkan ayat yang pertama turun
Qs. Al-Alaq berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan perintah untuk belajar. Bunyi surat tersebut beserta artinya adalah sebagai berikut:
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah Dan
Tuhanmulah yang paling pemurah, yang telah mengajar manusia dengan perantara kalam. Dia telah mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya
”.
4
Dari pernyataan di atas dapat dipahami bahwa maksud Allah mengajar manusia, yaitu dengan perantara tulis dan baca sehingga manuasia memiliki
ilmu pengetahuan serta dapat berjuang keras untuk mendapatkan pendidikan.
2
Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang SISDIKNAS, Jakarta: Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam,
2003 , Cet. 3, h. 33
3
Anwar Arifin, Memahami Paradigma B aru…, 3, h. 263
4
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta: CV.Atlas, 1998, hal. 1079
Disebut pula dalam Al-Quran bahwasanya Allah SWT akan mengangkat derajat orang yang berilmu dengan mempergunakannya secara benar. Sesuai
Firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadallah ayat 11:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: Berlapang-lapanglah dalam majlis, Maka lapangkanlah niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: Berdirilah kamu, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa
yang kamu kerjakan.
5
Darwyan Syah mengatakan perkembangan zaman pada era globalisasi dewasa ini, pendidikan menjadi sangat penting. Bila
pendidikan dalam suatu masyarakat berkembang dengan baik, maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa masyarakat tersebut akan semakin
berkualitas dan mampu bersaing terhadap kompetisi yang semakin hari semakin ketat dan keras dalam berbagai aktivitas kehidupan. Dalam
kondisi semacam ini maka sumber daya manusia yang berkualitas mampu menghadapi persaingan dalam aktivitas kehidupan. Pada
dasarnya kualitas sumber daya manusia menjadi peran utama dalam menentukan aktivitas dalam berbagai sektor pembangunan baik
pembangunan fisik maupun nonfisik.
6
Pendapat Isjoni mengenai pendidikan bahwa “sumber daya manusia yang
berkualitas sangat dituntut oleh motivasi dan kerja keras dari manusia itu sendiri.
”
7
Untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas maka sekolah sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal merupakan lembaga
kepercayaan masyarakat sebagai komponen penting dalam mempersiapkan
5
Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan…, hal. 910
6
Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Faza Media, 2006, cet. 1, h. 34
7
Isjoni, Pendidikan Sebagai Investasi Masa Depan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2006, h.11
dan mengantarkan generasi anak bangsa untuk mampu menghadapi kompetisi secara global yang kian hari semakin jelas dan terasa dampaknya terhadap
aktivitas kehidupan masyarakat. Adapun proses pendidikan merupakan aktivitas yang sangat panjang dan penuh dengan perencanaan yang matang
dengan tujuan dan fungsi yang jelas seperti yang tertuang dalam undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional yaitu: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
8
Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang baik maka pemerintah menjalankan berbagai kebijakan dalam pendidikan yang
disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan Nasional. Adanya program wajib belajar enam tahun kemudian ditingkatkan menjadi wajib belajar
sembilan tahun. Hal ini merupakan salah satu bukti, pemerintah benar-benar ingin mencerdaskan kehidupan bangsa.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan yang berfokus pada
pengembangan kemampuan. Untuk itu, Depdiknas mengembangkan suatu kurikulum dasar berbasis kompetensi dengan mengacu pada empat pilar
pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO yang di kutip oleh Mulyasa yaitu
“belajar memahami learning to know, belajar melakukan learning to do, belajar menjadi diri sendiri learning to be dan belajar bekerjasama atau
hidup dalam kebersamaan learning live together ”.
9
Usaha lain yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan menetapkan kurikulum SMUSMA pada mata
pelajaran Sosiologi. Pendidikan Sosiologi sebagai salah satu mata pelajaran di
8
Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran..., h. 2
9
E, Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 5
lembaga pendidikan memiliki peran penting yang sangat strategis dalam pembinaan kompetensi peserta didik. Adapun menurut Darsono Wisadirana
Sosiologi dapat didefinisikan “sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang hidup dan kehidupan masyarakat dan sosiologi memusatkan perhatian pada segi-segi masyarakat yang bersifat umum
”.
10
Maka dari itu, pemerintah dan guru harus bekerjasama untuk menciptakan suatu pembelajaran yang baik.
Salah satunya adalah dalam meningkatkan kualitas mata pelajaran Sosiologi yang bertujuan supaya siswa bisa menguasai mata pelajaran tersebut, tentunya
dengan minat yang tinggi. Kualitas pembelajaran Sosiologi yang dilaksanakan guru dan siswa sangat
ditentukan oleh kualitas metode pembelajaran yang dirancang oleh guru. Menentukan metode pembelajaran Sosiologi merupakan langkah yang paling
penting, dalam hal ini seorang guru harus mengetahui terlebih dahulu macam- macam aspek pembelajaran yang diajarkan, baik itu aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Dalam pengembangan pembelajaran sosiologi banyak siswa yang kurang
menyerap pelajaran yang diberikan, hal ini disebabkan kurangnya minat belajar siswa bahkan proses belajar mengajar Sosiologi sendiri sampai saat ini
belum mencapai efektif. Biasanya guru hanya mengacu pada satu metode saja, atau hanya diskusi biasa saja tanpa mengacu pada pemahaman maupun
keterampilan siswa yang seharusnya dilatih, sehingga siswa merasa bosan, tidak merasa dilibatkan secara aktif dan akhirnya siswa tidak memahami
materi yang diajarkan guru. Dalam kegiatan belajar yang pasif maka siswa tidak bisa berkontribusi dalam membangun pengetahuan. Jika keadaan ini
dibiarkan terus menerus dalam waktu yang panjang, tentu akan berpengaruh bagi minat belajar siswa, baik pada pelajaran Sosiologi maupun pada pelajaran
lainnya, dan akan memberikan dampak yang buruk pula bagi pertumbuhan pendidikan nasional.
10
Darsono Wisadirana, Sosiologi Pedesaan, Malang: UMM Press, 2004 h. 9-10
Berdasarkan uraian di atas metode sangat memegang peranan penting dalam pembelajaran serta dalam mengajar berperan sebagai alat untuk
menciptakan proses pembelajaran yang kondusif. Darwyan Syah berpendapat metode mengajar merupakan cara-cara
yang digunakan guru untuk menyampaikan bahan pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan. Dalam kegiatan mengajar makin tepat
metode yang digunakan, maka makin efektif dan efisien kegiatan pembelajaran yag dilakukan antara guru dan siswa, yang pada akhirnya
akan mengetahui minat belajar dan menghantarkan keberhasilan belajar siswa dan keberhasilan mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan
demikian guru harus tepat memilih metode apa yang akan digunakan dalam mengajar dengan melihat tujuan belajar yang hendak dicapai,
situasi dan kondisi serta tingkat perkembangan siswa.
11
Pemilihan metode pembelajaran sosiologi yang digunakan oleh guru hendaklah siswa harus dilibatkan secara aktif dalam kegiatan belajar serta
berkontribusi dalam membangun pengetahuan Serta bertanggung jawab terhadap apa yang ia konstuksikan.
Guru tidak lagi mendominasi proses pembelajaran dengan menyajikan pengetahuan dalam bentuk siap kepada siswa yang akan menerimanya secara
pasif. Maka diperlukan pendekatan pembelajaran kooperatif. Dalam meguasai keterampilan atau pengetahuan yang disampaikan oleh guru. Salah satu
metode pembelajaran kooperatif yang dapat melibatkan siswa aktif adalah metode Student Teams Achievement Division STAD. Metode yang dimaksud
adalah diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.
Berdasarkan hal di atas diperkuat oleh Isjoni mengenai pembelajaran dengan kooperatif dengan metode STAD ini agar guru
menyediakan kesempatan-kesempatan bagi siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelesaikan masalah dengan
tujuan agar memotivasi siswa untuk mendorong minat belajar siswa dan saling membantu di antara mereka dalam menguasai keterampilan atau
pengetahuan yang disajikan oleh guru.
12
11
Darwyan Syah, dkk., Perencanaan Sistem..., h. 133
12
Isjoni, Pendidikan..., Hal.70-73
Dengan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana minat belajar sosiologi dalam
pembelajaran kooperatif dengan metode Student Team Achievement Division STAD di MA Pembangunan UIN Jakarta kelas XI. Penulis akan melakukan
penelitian lebih lanjut dan akan menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul:
“MINAT BELAJAR SOSIOLOGI DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DENGAN METODE
STUDENT TEAM
ACHIEVEMENT DIVISION
STAD KELAS
XI DI
MA PEMBANGUNAN UIN JAKARTA”
B. Identifikasi Masalah