0,62. 2.
Ditunjukkan dalam aktivitas guru semakin meningkat yang mengarahkan siswa pada pembelajaran yang menyenangkan
dengan metode STAD. 3.
Proses tindakan yang dilakukan nilai yang diperoleh siswa sudah memenuhi KKM yaitu 70 dan indikator.
4. Dari hasil angket dan jurnal harian siswa sebagian besar terdapat
respon yang menyenangkan dalam proses pembelajaran sosiologi dengan metode STAD.
F. Pembahasan Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dengan guru dan siswa pada penelitian pendahuluan. Ditemui beberapa masalah dalam
pembelajaran sosiologi. Diantaranya adalah kondisi kelas yang gaduh sehingga tidak efektif dalam proses pembelajaran sosiologi dan mengurangi konsentrasi
siswa. Kemudian siswa merasa metode yang diterapkan guru mata pelajaran hanya menggunakan metode yang biasa-biasa saja yakni metode ceramah dan
diskusi sehingga siswa merasa jenuh dalam proses pembelajaran. Hal ini akan menghambat siswa untuk mengembangkan potensi siswa. Pada akhirnya
menyebabkan nilai yang diperoleh tidak memuaskan. Berdasarkan siklus I, siswa tidak belajar aktif, siswa tidak sungguh-sungguh
dalam diskusi kelompok,dan siswa pun tidak mengerti materi yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu juga dalam pengamatan siklus I, yang dianggap
kurang adalah guru kurang membangkitkan rasa ingin tahu siswa, kemudian kurangnya kualitas interaksi dalam belajar sosiologi, kurangnya pemusatan siswa
terhadap proses pembelajaran di kelas, selanjutnya guru belum bisa mengelola kelas dengan baik, dan kurangnya keterampilan guru dalam menyampaikan materi
yang disampaikan masih kurang jelas. Ditemui dalam penelitian berdasarkan teori dengan hasil pengamatan di
lapangan. Pada siklus I dalam pelaksanaan metode Student Team Achievement Division STAD, awal pembelajaran dilakukan pretes kemudian guru
menyampaikan materi pembelajaran. Selanjutnya guru menginstruksikan siswa
membuat 4 kelompok untuk berdiskusi, dilanjutkan guru membagi tugas atau kuis berisi 5 soal untuk dikerjakan masing-masing siswa. Tahap selanjutnya, guru
menghitung skor hasil tes, kemudian yang mendapatkan nilai tertinggi akan mendapatkan penghargaan reward yaitu dengan mengumumkan nilai yang
terbaik dalam kelompok. Selanjutnya memberikan postes. Berdasarkan siklus II, ada terdapat perbedaan antara teori dengan pengamatan
di lapangan. siklus II ini, agak berbeda dengan siklus I. Siklus II dalam tahap pelaksanaan setelah diawali pretes kemudian dibuat 4 kelompok diskusi terlebih
dahulu, setelah itu baru kemudian guru menyampaikan materi . selanjutnya guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya dan berdiskusi, kemudian guru
memberikan kuis 5 soal dikerjakan masing-masing siswa, dan menghitung skor hasil tes. Tahap terakhir adalah melakukan postes. Adapun tujuan peneliti
membedakan tahapan antara siklus I dan siklus II yang memiliki tujuan yaitu agar siswa tidak merasa bosan, siswa lebih bisa diatur sehingga membuat siswa lebih
aktif dan semangat belajar sosiologi dalam pembelajaran kooperatif dengan metode STAD.
Pembelajaran kooperatif dengan metode STAD ditemui dalam pengamatan di lapangan sesuai dengan teori yang diterapkan. Pembelajaran kooperatif dengan
metode STAD terdapat hal positif yaitu melatih siswa untuk kerjasama dengan baik, seluruh peserta didik menjadi lebih siap dalam belajar sosiologi dengan
metode STAD, meningkatkan hasil belajar akademik siswa, penerimaan terhadap keragaman , dan pengembangan keterampilan sosial siswa. Kemudian dalam
pembelajaran kooperatif terdapat pula hal negative yakni anggota kelompok sebagian besar mengalami kesulitan, dan membedakan peserta didik satu dengan
lainnya sehingga perlu diatasi dengan baik. Berdasarkan hasil perhitungan Normal Gain, minat belajar sosiologi
mengalami peningkatan dibandingkan dengan belajar pada siklus I. hal ini dibuktikan dengan metode STAD berhasil meningkatkan minat belajar sosiologi
siswa di MA Pembangunan UIN Jakarta. Rata-rata N-Gain yang diperoleh siklus I adalah 0,48 sedangkan rata-rata N-Gain siklus II adalah 0,62.