29
keterbatasan “pengertian” terhadap tokoh “dia”, jadi
bersifat terbatas, hanya selaku pengamat saja.
2 Sudut Pandang Persona Pertama: “Aku”
Dalam pengisahan cerita yang mempergunakan sudut pandang persona pertama narator adalah seseorang yang
ikut terlibat dalam cerita. Sudut pandang persona pertama dapat dibedakan ke
dalam dua golongan berdasarkan peran dan kedudukan si “aku” dalam cerita. Si “aku” mungkin menduduki
peran utama, jadi tokoh protagonis. Mungkin hanya menduduki peran tambahan menjadi tokoh tambahan
protagonis atau berlaku sebagai saksi.
3 Sudut Pandang Campuran
Penggunaan sudut pandang dalam sebuah cerita mungkin saja lebih dari satu teknik. Pengarang dapat
berganti-ganti dari teknik yang satu ke teknik yang lain untuk sebuah cerita yang dituliskannya. Semuanya itu
tergantung dari kemauan dan kreativitas pengarang, bagaimana mereka memanfaatkan teknik yang ada demi
tercapainya efektivitas Penceritaan yang lebih, atau paling tidak untuk mencari
variasi penceritaan agar memberikan kesan lain.
13
f. Gaya Bahasa
Menurut Gorys Keraf, gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang
13
Ibid., h. 256-266
30
memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis pemakai bahasa.
14
1 Gaya Bahasa Penegasan
a
Alusio adalah gaya bahasa yang menggunakan
peribahasa yang maksudnya sudah dipahami umum. Contoh: Dalam bergaul hendaklah kau waspada;
jangan terpedaya dengan apa yang kelihatan baik di luarnya saja. Segala yang berkilau bukanlah berarti
emas. b
Antitesis adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan paduan
kata-kata yang
artinya bertentangan.
Contoh: Tinggi rendah harga dirimu bukan elok tubuhmu yang menentukan, tetapi kelakuanmu.
c
Antiklimaks adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin rendah tingkatannya.
Contoh: Kakeknya, ayahnya, dia sendiri, anaknya, dan sekarang cucunya tak luput dari penyakit
keturunan itu. d
Klimaks adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan beberapa hal berturut-turut, makin lama makin tinggi tingkatannya.
Contoh: Di dusun-dusun, di desa-desa, di kota-kota, sampai ke ibukota, hari proklamasi dirayakan dengan
meriah. e
Antonomasia adalah gaya bahasa yang menggunakan
kata-kata tertentu
untuk menggantikan
nama
14
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, Cet. Ke-18, h. 113
31
seseorang. Kata-kata itu diambil dari sifat-sifat yang menonjol yang dimiliki oleh orang yang dimaksud.
Contoh: Si Pelit dan Si Gendut sedang bercanda di halaman rumah Si Jangkung.
f
Eufemisme adalah gaya bahasa atau ungkapan
pelembut yang digunakan untuk tuntutan tatakrama atau menghindari kata-kata kasar atau kurang sopan.
Contoh: Putra Bapak tidak dapat naik kelas karena kurang mampu mengikuti pelajaran.
g
Hiperbolisme adalah gaya bahasa penegasan yang
menyatakan sesuatu hal dengan melebih-lebihkan keadaan yang sebenarnya.
Contoh: Suaranya mengguntur membelah angkasa. h
Metonimia adalah gaya bahasa yang menggunakan
sebuah kata atau sebuah nama yang berhubungan dengan suatu benda untuk menyebut benda yang
dimaksud. Contoh: Nico pergi ke Bandung mengendarai Kijang.
i
Paralelisme adalah gaya bahasa pengulangan seperti
yang khusus terdapat dalam puisi. Pengulangan di
bagian awal dinamakan anafora, sedangkan di bagian akhir disebut epifora.
Contoh:
Anafora Epifora
Sunyi itu duka Cintaku untukmu
Sunyi itu kudus Sayangku untukmu
Sunyi itu lupa Hidupku untukmu
j
Pleonasme adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kata-kata yang sebenarnya tidak perlu
32
karena artinya sudah terkandung dalam kata sebelumnya.
Contoh: Benar Saya melihat dengan mata kepala saya sendiri, bahwa Lutfi berkelahi di tempat itu.
k
Parafrase adalah gaya bahasa penguraian dengan
menggunakan ungkapan atau frase yang lebih panjang daripada kata semula. Misalnya pagi-pagi digantikan
ketika sang surya merekah di ufuk timur. l
Repetisi adalah gaya bahasa penegasan yang
mengulang-ulang sebuah kata berturut-turut dalam suatu wacana. Gaya bahasa ini sering dipakai dalam
pidato atau karangan berbentuk prosa. Contoh: Harapan kita memang demikian, dan
demikian pula harapan setiap pejuang. Sekali merdeka, tetap merdeka
m
Retoris adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kalimat tanya, tetapi sebenarnya tidak bertanya. Oleh karena itu, kalimat tanya retoris tidak
membutuhkan jawaban. Contoh: Bukankah kebersihan adalah pangkal
kesehatan? n
Sinekdoke, gaya bahasa ini terbagi menjadi dua,
yaitu:
1 Pars pro toto adalah gaya bahasa yang
menyebutkan sebagian
untuk menyatakan
keseluruhan. Contoh: Setiap kepala diwajibkan membayar iuran
Rp 10.000,00
2 Totem pro parte adalah gaya bahasa yang
menyebutkan keseluruhan
untuk menyatakan
sebagian.
33
Contoh: Indonesia mengalahkan Spanyol 5-0 dalam final Piala Dunia
o
Tautologi adalah gaya bahasa penegasan yang
menggunakan kata-kata yang sama artinya dalam satu kalimat.
Contoh: Harapan dan cita-citanya terlalu muluk.
2 Gaya Bahasa Perbandingan
a
Alegori adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua buah keutuhan berdasarkan persamaannya secara menyeluruh.
Contoh: Kami semua berdoa, semoga dalam mengarungi samudera kehidupan ini, kamu berdua
akan sanggup menghadapi badai dan gelombang. b
Litotes adalah gaya bahasa perbandingan yang
menyatakan sesuatu dengan memperendah derajat keadaan sebenarnya, atau yang menggunakan kata-
kata yang artinya berlawanan dari yang dimaksud untuk merendahkan diri.
Contoh: Dari mana orang seperti saya ini mendapat uang untuk membeli barang semahal itu?
c
Metafora adalah gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan dua hal yang berbeda berdasarkan persamaannya.
Contoh: Semangat juangnya berjuang, tak gentar menghadapi musuh.
d
Personifikasi adalah gaya bahasa perbandingan
benda-benda mati atau benda-benda hidup selain manusia dengan manusia, dianggap berwatak dan
berperilaku seperti manusia. Contoh: Burung perkutut bernyanyi-nyanyi di pagi
hari.
34
e
Simile adalah gaya bahasa perbandingan yang
menggunakan kata-kata
pembanding seperti,
laksana, bagaikan, penaka, ibarat, dsb sehingga pernyataan menjadi lebih jelas.
Contoh: Hidup tanpa cinta bagaikan sayur tanpa garam.
f
Simbolik adalah gaya bahasa kiasan, menggunakan
lambang-lambang atau
simbol-simbol untuk
menyatakan sesuatu. Contoh: Janganlah kau menjadi bunglon
3 Gaya Bahasa Pertentangan
a
Anakronisme adalah gaya bahasa yang mengandung
uraian atau pernyataan yang tidak sesuai dengan sejarah atau zaman tertentu.
Contoh: Mahapatih Gadjah Mada menggempur pertahanan Sriwijaya dengan peluru kendali jarak
menengah. b
Kontradiksio in terminis adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan, yakni apa yang dikatakan terlebih dahulu diingkari oleh pernyataan yang
kemudian. Contoh: Suasana sepi, tak ada seorang pun yang
berbicara, hanya jam dinding yang terus terdengar. c
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung dua
pernyataan yang bertentangan, yang membentuk satu kalimat.
Contoh: Anak ayam mati kelaparan di lumbung padi yang penuh berisi.
4 Gaya Bahasa Sindiran
a
Inuendo adalah gaya bahasa sindiran yang
menggunakan pernyataan
yang mengecilkan
kenyataan sebenarnya.
35
Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
b
Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang
menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara.
Contoh: Eh, manis sekali teh ini maksudnya pahit. c
Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang
menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.
Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet
d
Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih
kasar. Contoh: Hai, harum benar baumu Tolong agak
menyisih sedikit
15
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD