14
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Komunikasi adalah proses pengiriman atau penerimaan informasi atau
pesan antara dua orang atau lebih dengan cara yang efektif, sehingga pesan yang dimaksud dapat dimengerti. Salah satu cara agar pesan yang
dimaksud dapat dimengerti adalah dengan menggunakan bahasa yang sama.
Seperti kita ketahui bahwa Bahasa Indonesia merupakan bahasa komunikasi bangsa Indonesia. Hal ini juga tertuang dalam Sumpah
Pemuda butir ketiga yang berbunyi: “Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, Bahasa
Indonesia”.
Begitu pula dengan Undang-Undang Kebahasaan Pasal 2 yang menyebutkan bahwa Bahasa Indonesia berkedudukan sebagai bahasa
nasional dan bahasa negara. Tak heran apabila mata pelajaran Bahasa Indonesia kemudian diberikan sejak masih di bangku Sekolah Dasar SD
hingga Perguruan Tinggi. Siswa diharapkan mampu menguasai, memahami, dan dapat mengimplementasikan keterampilan berbahasa,
seperti mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis. Sastra Indonesia juga merupakan bagian dari pembelajaran Bahasa
Indonesia. Meski porsi pembelajaran sastra lebih sedikit, masih ditemukan materi puisi, prosa, dan drama. Salah satu bentuk prosa yang diajarkan
adalah cerpen, karena cerpen merupakan salah satu genre prosa yang populer. Berdasarkan hasil wawancara peneliti terhadap beberapa siswa
tentang cerpen, mereka masih bingung tentang perbedaan antara amanat dan tema dari suatu cerpen bahkan ada pula yang tidak mengerti tentang
unsur intrinsik cerpen padahal mereka sudah diajarkan oleh guru. Hal
15
tersebut mungkin disebabkan karena guru yang menyampaikan pembelajarannya secara monoton sehingga pembelajaran Bahasa
Indonesia cenderung membosankan dan kurang menarik minat siswa. Pada akhirnya, hal ini menyebabkan prestasi belajar siswa untuk pembelajaran
cerpen kurang memuaskan. Sebenarnya masalah seperti di atas bisa diatasi dengan menjadi
guru kreatif, yaitu guru yang selalu memandang bahwa keragaman siswa adalah sebuah potensi besar yang harus dikembangkan di sekolah. Guru
kreatif selalu resah dan gelisah dengan strategi pembelajarannya dan selalu memperbaiki dirinya sendiri dengan berbagai penelitian tindakan kelas,
mencoba mencari metode-metode baru dalam pembelajaran sehingga hasilnya sangat bermanfaat untuk dirinya sendiri maupun guru-guru yang
lain. Salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa
secara aktif adalah dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division STAD. Pembelajaran ini diawali
dengan guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota yang
dibentuk secara heterogen berbeda intelegensi, sosial, dan suku. Setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan
kuistes individual. Tetapi dalam mengerjakan kuis, setiap siswa harus bekerja secara individu. Setelah kuis, dilakukan skor, yaitu skor
perkembangan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi setiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata-
rata skor perkembangan siswa dalam kelompok. Ide utama dari metode kooperatif tipe STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan
untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai keterampilan atau pengetahuan yang disajikan guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti memilih judul “Peningkatan Pemahaman Unsur Intrinsik pada Cerpen melalui Metode
Kooperatif Tipe Student Teams Achievement Division STAD”.
16
Penerapan metode ini sebagai upaya peningkatan pemahaman unsur intrinsik pada cerpen untuk siswa kelas X MA As-
Syafi‟iyah 01 Jakarta.
B. Identifikasi Masalah