35
Contoh: Ia menjadi kaya raya lantaran mau sedikit korupsi.
b
Ironi adalah gaya bahasa sindiran paling halus yang
menggunakan kata-kata yang artinya justru sebaliknya dengan maksud si pembicara.
Contoh: Eh, manis sekali teh ini maksudnya pahit. c
Sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang
menggunakan kata-kata yang kasar. Biasanya gaya bahasa ini dipakai untuk menyatakan amarah.
Contoh: Jangan coba-coba mengganggu adikku lagi, Monyet
d
Sinisme adalah semacam ironi, tetapi agak lebih
kasar. Contoh: Hai, harum benar baumu Tolong agak
menyisih sedikit
15
C. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran kelompok yang memiliki aturan-aturan tertentu.
Prinsip dasar pembelajaran kooperatif adalah siswa membentuk kelompok kecil dan saling mengajar sesamanya untuk mencapai
tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa
kurang pandai dapat belajar dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa
yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif setelah menggunakan
15
Tim Penyusun Naskah BTA, Penuntun USUN dan SPMB 2007: Teori dan Soal Bahasa Indonesia, Jakarta: BTA PRESS, 2007, Cet.1, h. 36-38
36
pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya.
16
2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Di awal telah disebutkan, bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan
kesuksesan kelompok, yang hanya dapat dicapai jika semua anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi.
Karena siswa bekerja dalam suatu tim, maka dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan di antara para siswa dari berbagai
latar belakang
etnis dan
kemampuan, mengembangkan
keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan masalah.
Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan
pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan siswa untuk berinteraksi
dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu
sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa
akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar
sekolah.
16
Made Wena, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional, Jakarta: Bumi Aksara, 2009, Cet. Ke-2, h. 188
37
Tabel 1 Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar
Konvensional. Kelompok Belajar Kooperatif
Kelompok Belajar Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif, saling
membantu, dan
saling memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif. Guru sering membiarkan adanya
siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada
kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur penguasaan
materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan
kelompok diberi umpan balik hasil belajar para anggotanya sehingga
dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang
dapat memberikan bantuan. Akuntabilitas
individual sering
diabaikan sehingga
tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang
anggota kelompok,
sedangkan anggota kelompok lainnya hanya
“mendompleng” keberhasilan
“pemborong”.
Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui
siapa yang memerlukan bantuan dan siapa memberikan bantuan.
Kelompok belajar
biasanya homogen.
Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis
atau bergilir
untuk memberikan pengalaman memimpin
bagi para anggota kelompok. Pimpinan
kelompok sering
ditentukan oleh
guru atau
kelompok dibiarkan untuk memilih pimpinannya dengan cara masing-
masing. Keterampilan sosial yang diperlukan Keterampilan sosial sering tidak
38
dalam kerja gotong-royong seperti kepemimpinan,
kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang
lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
secara langsung diajarkan.
Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan
pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi
masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.
Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan
oleh guru
pada saat
belajar kelompok sedang berlangsung.
Guru memperhatikan secara proses kelompok
yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar.
Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi
dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan
tidak hanya
pada penyelesaian
tugas tetapi
juga hubungan interpersonal hubungan
antar pribadi yang saling menghargai. Penekanan sering hanya pada
penyelesaian tugas.
17
3. Unsur-Unsur Dasar Pembelajaran Kooperatif