8. Status kesehatan Seseorang yang sedang menderita suatu penyakit atau dalam kondisi
kesehatan yang buruk akan mengalami penurunan kemampuan merespon terhadap suatu rangsangan. Selain disebabkan oleh proses metabolik sel
yang menurun, gangguan pada saraf gangguan sensorik dan motorik juga diakibatkan penurunan tingkat aktifitas enzim asetilkholinesterase sehingga
terjadi hambatan pada penghantaran impuls Dobbs, 2009; Starks, 2010.
2.3.2 Faktor Perilaku
Faktor prilaku dari gaya hudup dapat mempengaruhi kejadia efek neurobehavioral
yaitu seperti perilaku mengkonsumsi alcohol, kopi, rokok, dan obat-obatan.
1. Konsumsi alkohol Alkohol atau dikenal juga ethanol merupakan suau bahan kimia yang
seringkali dikonsumsi manusia. Konsumsi alkohol dapat berakibat pada gangguan kesehatan. Salah satu organ utama yang menjadi sasran bahan ini
adalah otak. Otak sangat rentan terhadap gangguan saraf akibat penggunaan alkohol dalam waktu yang lama. Bahan ini merusak sistem
saraf dengan sifat akut dan kronis. Sekitar 9 dari orang yang ketergantungan terhadap alkohol didiagnosis mengalami brain disorders
Eckardt, 1986; U.S. Congress, 1990. 2. Merokok
Rokok mengandung banyak bahan berbahaya seperti karbon monoksida
CO, hydrogen sianida HCN, formaldehida, benzene, arsen,
tar, nikotin, fenol , dll. Pada dasarnya, tubuh manusia merespon bahan
bahaya yang ada pada rokok, seperti nikotin. Otak merespon paparan nikotin dengan memerintahkan tubuh untuk membuat zat endorphin lebih
banyak dari keadaan normal. Struktur kimia endorphin hampir sama dengan obat penghilang rasa sakit seperti morphine. Kadar endorhpin yang
tinggi secara terus-menerus dapat mengakibatkan terjadinya sakit kepala atau gangguan pada saraf U.S. Congress, 1990. Pada umumnya, merokok
diukur dengan menggunakan skala Brinkman untuk menilai suatu resiko kesehatan. Skala ini merupakan perkalian antara jumlah rata-rata batang
rokok yang dihisap setiap hari dengan lama merokok dalam tahun Hasty, 2011.
3. Penggunaan obat-obatan Impuls dari sistem saraf pusat hanya dapat diteruskan ke ganglion dan
sel efektor melalui pelepasan zat kimia yang khas yang disebut transmiter neurohumoral atau disingkat neurotransmiter.
Beberapa obat-obatan yang dapat mengaggu sistem saraf pusat adalah heroin
, cocaine, morphin, dan zat psikotropika lainnya. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan halusinasi, gangguan afek, gangguan aktivitas
motorik dan sensorik, serta nafsu makan berkurang U.S. Congress,1990. 4. Konsumsi kopi
Konsumsi kopi dapat menstimultan enzim neurotransmitter berupa epinefrin
. Hal ini disebabkan zat yang terkandung di dalam kopi bereaksi terhadap pengaktifan epinefrin. Penumpukan epinefrin yang tinggi dapat
menyebabkan impuls terhambat dalam proses hantarannya. Kondisi ini menyebabkan gangguan motorik. Selain itu, kafein memiliki sifat deurutik
sehingga pengguna dapat terjaga dan segar. Namun demikian, penggunaan yang terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan pada sistem saraf
berupa efek neurobehavioral. Zat kafein banyak terdapat pada kopi dan teh Ampulembang, 2004.
2.3.3 Faktor Pekerjaan
Faktor pkerjaan yang dapat mempengaruhi efek neurobehavioral berupa stress, riwayat pekerjaan, dan shift kerja.
1. Stres kerja Sistem respons fisiologik pada kondisi stres akut dan kronik,
terdapat respon fight dan flight dimana berperan beberapa hormon. Tubuh akan bereaksi terhadap stres. Stres akan mengaktifkan sistem
saraf simpatis dan sistem hormon tubuh seperti kotekolamin, epinefrin
, norepinefrine, glukokortikoid, kortisol, dan kortison. Khusus untuk hormon kortisol yang dikeluarkan oleh korteks adrenal secara
berlebih menyebabkan kerja saraf pusat otak menjadi sedikit terganggu Airmayanti, 2009; Ross, 2011.
Pada beberapa hasil uji neurobehavioral diketahui terjadi inkonsisten hubungan outcame dan exposure neurotoksikan. Hal ini dikarenakan faktor
eksternal seperti mood dan stres. Bisanya responden yang mengalami stress akan mengerjakan hasil tes lebih pelan dari pada peserta lainnya. Fine
motor skill pursuit aming umumnya memiliki hasil yang buruk Ross,
2011 2. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan menggunakan pelarut organik, dan logam berat selama jangka waktu yang cukup lama beresiko mengalami gangguan saraf
otak karena zat tersebut merupakan neurotoksikan yang dapat masuk melalui ingesti, inhalai, maupun subkutan Starks, 2010.
3. Shift kerja Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada
shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift satu shift pagi. Shift
dan kerja malam juga dapat menghambat kemampuan adaptasi pekerja baik secara biologis maupun sosial. Keadaan ini berdampak negatif pada
kesehatan fisik, mental, dan sosial serta mengganggu homeostatis psikofisiologi seperti irama sirkardian, waktu tidur dan makan, fungsi
pencernaan, saraf, dan pembuluh darah. Sementara itu, masalah kesehatan yang sering muncul berupa gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung,
tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Sedangkan gangguan kesehatan tersebut ditambah dengan tekanan stres yang besar dapat secara
otomatis meningkatkan resiko terjadinya kelelahan otak yang selanjutnya dapat menyebabkan efek neurobehavioral Starks, 2010.