Hubungan antara Masa Kerja dengan Efek Neurobehavioral

dasarnya efek neurobehavioral merupakan salah satu sindroma atau efek neurotoksik dimana dapat disebabkan oleh senyawa kimia yang bukan merupakan komponen metabolisme primary neurotoxic agents: pestisida, dll dan termasuk komponen metabolisme secondary neurotoxic agents: enzim. Primary neurotoxic agent seperti halnya pestisida mempunyai kemampuan merusak sel saraf. Kemampuan merusak ini tergantung pada toksisitas pestisida, durasi paparan, dan refersibilitas toksikan tersebut Dobss, 2009; U.S EPA, 1998; US.Congress, 1990. Tokisistas pestisida pada saraf sangat perlu diwaspadai karena senyawa ini khususnya organofosfat bersifat lethal toxic effect baik pada serangga maupun mamalia. Pada pengguna pestisida organofosfat, efek neurobehavioral terjadi akibat adanya hambatan enzim-enzim esterase oleh senyawa organofosfat. Sebagian besar enzim esterase tersebut adalah enzim kholinesterase. Senyawa organofosfat menghambat produksi enzim kholinesterase sehingga terjadi hambatan dalam pemecahan kholin ester dan penumpukan asetilkholin. Dimana asetilkholin merupakan salah satu neurotransmitter yang berfungsi menghantarkan impuls dari saraf ke saraf lainnya melalui sinapsis Winder, 2004. Efek neurobehavioral akibat organofosfat juga dapat dijelaskan berdasarkan mekanisme fosforilasi phosphorylation. Pada umumnya organofosfat mudah bereaksi dengan gugus hidroksil OH - enzim. Awal mulanya senyawa ini memecah gugus P-O-R dan melepaskan gugus bebas R dan menyisakan rangkaian P-O Winder, 2004. Ikatan ini kemudian akan menarik enzim kholinesterase untuk berikatan sehingga terjadi tambahan gugus phosphate pada enzim. Kondisi ini membentuk komponen yang stabil sehingga enzim kholinesterase menjadi inaktif yang dampaknya adalah penumpukan asetilkolin pada sinapsis US. Congress, 1990; Winder, 2004. Hal ini jika dibiarkan terus- menerus maka dapat menimbulkan efek neurobehavioral atau gangguan fungsional saraf Williams, 2000. Efek neurobehavioral selanjutnya berdampak pada kondisi yang lebih parah berupa cognitive impairment dan mental disorder dimana seseorang mengalami degradasi kemampuan mengolah informasi, kesadaran, dan mengendalikan emosional US. Congress, 1990. US. Congress 1990 juga menerangkan bahwa kedua penyakit tersebut merupakan penyakit kelima yang menghabiskan banyak biaya kesehatan di Amerika Serikat pada tahun 1980 yaitu mencapai 40 billion. Berdasarkan hal tersebut, WHO 1986 pada kongres neurotoksikologi di Cincinnati kemudian mengeluarkan suatu standarisasi screening pengukuran performa neurobehavioral berupa Neurobehavioral Core Test Battery NCTB. NCTB bertujuan untuk mendeteksi dini gangguan fungsional saraf sehingga dapat dilakukan tindakan sebelum terjadi kondisi yang lebih parah. NCTB WHO tersebut berisikan tujuh tes seperti profile of mood state POMS, digit span, digt symbol, simple reaction time, benton visual retention, pursuit aiming, dan santa manual dexterity test. Namun demikian, setiap peneliti dapat mengkombinasikan dengan beberapa uji performa neurobehavioral lainnya dengan kata lain pengukuran performa neurobehavioral tidak secara mutlak harus menyertakan kesemua uji di dalam NCTB. WHO 1986 menekankan agar penggunaan standar skor diterapkan dalam interpretasi hasil penelitian. Sahani 2004 menjelaskan bahwa batas cut-off point hasil uji performa neurobehavioral adalah skor 40. Hal ini berarti performa dibawah skor tersebut adalah abnormal dan diatasnya diinterpretasikan normal. Berdasarkan hasil pengukuran performa neurobehavioral menggunakan uji digit span, digit symbol, pursuit aiming, dan trial making diketahui sebanyak 40 responden 60.6 memiliki performa neurobehavioral di bawah normal. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Farahat 2003 yaitu sebanyak 51 pengguna pestisida jenis organofosfat diketahui memiliki performa neurobehavioral di bawah normal buruk pada uji digit symbol, trail making , dan digit span. Performa neurobehavioral responden yang di bawah normal pada penelitian ini mengindikasikan bahwa telah terjadi efek neurobehavioral pada populasi petani di Desa Perbawati. Secara umum, responden mengalami gangguan fungsional sistem saraf berupa gangguan kecepatan motorik, kontrol motorik, attention, dan gangguan memori jangka pendek WHO, 1986. Hasil penelitian ini juga selaras dengan Wasseling 2002 yang meneliti petani pisang yang mengalami keracunan karbamat dan organofosfat terhadap performa neurobehavioral . Sebanyak 67 pengguna pestisida mengalami efek neurobehavioral . Mayoritas merupakan pengguna organofosfat dan sisanya