Pelarut Organik Klasifikasi bahan-bahan neurotoksik
yang mengalami hal yang sama. Informasi-informasi tersebut sangatlah penting untuk mengarahkan kemungkinan penyebab.
Pemeriksaan neurologis diawali dengan penilaian status mental secara singkat, termasuk tingkat kesadaran, orientasi, gangguan bicara,
konsentrasi, memori, mood, dan affect. Kemudian dilakukan pemeriksaan terhadap 12 saraf kranialis untuk membuktikan hubungan keluhan dengan
pajanan bahan neurotoksik Ampulembang, 2004. Selanjutnya, dilakukan evaluasi sistem motorik termasuk inspeksi
untuk melihat adanya atrofi, gerakan yang tidak biasa, dan tremor. Analisis dilakukan terhadap koordinasi, tonus otot, tahanan terhadap
regangan pasif, serta kekuatan otot. Penilaian terhadap fungsi sensorik termasuk rasa sakit, posisi, vibrasi, sentuhan ringan, dan temperatur juga
dilakukan. Terakhir, dilakukan pemeriksaan reflex tendon dan plantar Ampulembang, 2004.
2. Kuesioner Deteksi Dini Banyak kuesioner telah dibuat untuk dapat mendeteksi secara dini
efek bahan neurotoksik pada populasi pekerja atau populasi yang beresiko seperti Self Reporting Questionnaire SRQ 16 Swedish. Kuesioner ini
bertujuan menggambarkan gejala efek neurotoksik yang diakibatkan oleh pelarut organik Ampulembang, 2004. Selain itu, terdapat juga SRQ 20
WHO yang bertujuan untuk menggambarakan gejala neurotik WHO, 1994.
3. Tes Performa Neurobehavioral Uji
performa neurobehavioral
atau dikenal
juga dengan
neuropsychological assessment merupakan suatu uji yang terstandarisasi
yang didisain untuk mengidentifikasi gangguan sistem saraf yang berhubungan dengan paparan bahan-bahan neurotoksik. Uji ini juga dapat
berguna untuk membangun hipotesis mengenai mekanisme toksisitas atau dampak yang terlokalisasi pada area otak.
Terdapat lebih dari 250 uji neurobehavioral telah dikembangkan di dunia hingga kini. Masing-masing uji neurobehavioral menggambarkan
domain yang berbeda-beda seperti attention and concentration; motor skills; visuomotor coordination; visuospatial relations; memory; affect
and personality . Dari sekian banyak uji, tidak terdapat uji yang dapat
digunakan sendiri untuk mengidentifikasi disfungsi otak akibat paparan neurotoksikan. Penggunaannya harus disertai uji yang lain dengan tujuan
agar domain yang mengalami disfungsi teridentifikasi dengan tepat Fiedler, 1996 dalam NAS, 2003. Hasil skor dari setiap uji dapat
digunakan untuk dasar menentukan kerusakan fungsional otak atau efek neurobehavioral NAS, 2003; US. Congress, 1990.
Beberapa negara dan organisasi dunia telah mengelompokan uji-uji neurobehavioral
yang ada berdasarkan domain fungsional dengan tujuan agar dapat menggambarkan disfungsi neural secara menyeluruh. Salah
satunya yang dikelompokan oleh PBB melalui badan kesehatan dunia