Tabel 5.18 Gambaran Distribusi Masa Kerja dengan Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman
Sayur dengan Pestisida Di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013
Masa Kerja Efek
Neurobehavioral
Tidak
Normal Normal
Total P value
N N
N 0.018
≥ 10 tahun
27 75
9 25
36 100
10 tahun
13 43.3
17 56.7
30 100
Berdasarkan tabel 5.18 didapatkan 36 responden memiliki masa kerja ≥10 tahun dan 75 diantaranya mengalami efek neurobehavioral. Hasil
uji statistik didapatkan p-value = 0.018, berarti pada alpha 5 diketahui ada hubungan antara masa kerja dengan efek neurobehavioral pada petani
penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati.
84
BAB VI PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
6.1.1 Kemungkinan adanya recall bias pada saat menjawab pertanyaan yaitu pada data keluhan stress kerja. Peneliti hanya menggunakan kuesioner
yang dijawab dengan cara responden mengingat kembali apa yang dirasakan selama satu bulan terakhir subjective symptom, sehingga
keterbatasannya tergantung oleh daya ingat responden. Selain itu, validitas dan realibilitas kuesioner tidak dilakukan ulang peneliti atau
hanya didasarkan pada penelitian sebelumnya.
6.1.2 Faktor risiko usia sulit di ukur secara akurat karena tidak semua petani bersedia menunjukan kartu identitiasnya sebagai verifikasi usia.
6.2
Gambaran Efek Neurobehavioral pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur
dengan Pestisida di Desa Perbawati Kabupaten Sukabumi Tahun 2013
Efek neurobehavioral merupakan suatu perubahan pada arah yang merugikan secara fungsional pada sistem saraf akibat paparan agen kimia, fisik, dan biologi
U.S EPA, 1998. Gangguan saraf secara fungsional meliputi perubahan somatik, sensorik, dan fungsi kognitif. Disamping itu, efek neurobehavioral juga meliputi
gangguan pada kemampuan belajar learning, memori, fokus perhatian attention, suasana hati mood, disorientasi, dan penyimpangan berfikir. Pada
dasarnya efek neurobehavioral merupakan salah satu sindroma atau efek neurotoksik dimana dapat disebabkan oleh senyawa kimia yang bukan
merupakan komponen metabolisme primary neurotoxic agents: pestisida, dll dan termasuk komponen metabolisme secondary neurotoxic agents: enzim.
Primary neurotoxic agent seperti halnya pestisida mempunyai kemampuan
merusak sel saraf. Kemampuan merusak ini tergantung pada toksisitas pestisida, durasi paparan, dan refersibilitas toksikan tersebut Dobss, 2009; U.S EPA, 1998;
US.Congress, 1990. Tokisistas pestisida pada saraf sangat perlu diwaspadai karena senyawa ini
khususnya organofosfat bersifat lethal toxic effect baik pada serangga maupun mamalia. Pada pengguna pestisida organofosfat, efek neurobehavioral terjadi
akibat adanya hambatan enzim-enzim esterase oleh senyawa organofosfat. Sebagian besar enzim esterase tersebut adalah enzim kholinesterase. Senyawa
organofosfat menghambat produksi enzim kholinesterase sehingga terjadi hambatan dalam pemecahan kholin ester dan penumpukan asetilkholin. Dimana
asetilkholin merupakan
salah satu
neurotransmitter yang
berfungsi menghantarkan impuls dari saraf ke saraf lainnya melalui sinapsis Winder,
2004. Efek neurobehavioral akibat organofosfat juga dapat dijelaskan berdasarkan
mekanisme fosforilasi phosphorylation. Pada umumnya organofosfat mudah bereaksi dengan gugus hidroksil OH
-
enzim. Awal mulanya senyawa ini memecah gugus P-O-R dan melepaskan gugus bebas R dan menyisakan