Faktor Perilaku Faktor-Faktor Penyebab Efek Neurobehavioral

motor skill pursuit aming umumnya memiliki hasil yang buruk Ross, 2011 2. Riwayat pekerjaan Riwayat pekerjaan menggunakan pelarut organik, dan logam berat selama jangka waktu yang cukup lama beresiko mengalami gangguan saraf otak karena zat tersebut merupakan neurotoksikan yang dapat masuk melalui ingesti, inhalai, maupun subkutan Starks, 2010. 3. Shift kerja Sudah dipercaya bahwa sebagian besar dari pekerja yang bekerja pada shift malam memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan kerja dibandingkan mereka yang bekerja pada shift satu shift pagi. Shift dan kerja malam juga dapat menghambat kemampuan adaptasi pekerja baik secara biologis maupun sosial. Keadaan ini berdampak negatif pada kesehatan fisik, mental, dan sosial serta mengganggu homeostatis psikofisiologi seperti irama sirkardian, waktu tidur dan makan, fungsi pencernaan, saraf, dan pembuluh darah. Sementara itu, masalah kesehatan yang sering muncul berupa gangguan tidur, kelelahan, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan gangguan gastrointestinal. Sedangkan gangguan kesehatan tersebut ditambah dengan tekanan stres yang besar dapat secara otomatis meningkatkan resiko terjadinya kelelahan otak yang selanjutnya dapat menyebabkan efek neurobehavioral Starks, 2010.

2.3.4 Faktor Eksternal Bahaya Fisik

Bahaya dari luar seperti bahaya fisik juga dapat mempengaruhi efek neurobehavioral yaitu seperti kebisingan, getaran, dan radiasi elektromagnetik. 1. Kebisingan Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan. Hal ini menyebabkan gangguan kesehatan. Kebisingan membuat daya konsentrasi menjadi menurun, gangguan psikologi. Selanjutnya, akibat paparan yang lama, gangguan sensorik juga akan timbul. Kebisingan selalu diukur intensitas dan lama paparan Dobbs, 2009. 2. Getaran Getaran merupakaan bahaya di tempat kerja. Bahaya ini dapat bersifat hand arm vibration atau whole body vibraton. Getaran memiliki dampak utama berupa kerusakan pada tulang, persendian tulang, persarafan, dan peredaran darah Dobbs, 2009. 3. Radiasi elektromagnetik Gelombang elektromagnetis mempunyai pengaruh terhadap gangguan faal tubuh. Perubahan fisiologis terjadi pada sistem saraf dalam jangka waktu yang berangsur-angsur atau menahun. Manifestasi dari perubahan yang ada adalah terjadinya perlambatan pada gerak reflek Dobbs, 2009. Beberapa radiasi elektromagnetik seperti gelombang mikro, sinar infra merah, dan sinar-x sangat berbahaya bagi kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan pada bahaya fisis seperti radiasi elektromagnetik adalah intensitas dan lama terpapar Suma’mur, 2009.

2.3.5 Faktor Eksternal Bahaya Biologi

HIV HIV merupakan lentivirus yang sangat berbahaya karena menyebabkan penyakit AIDS Acquired imunodeficiency syndrome. Suatu penyakit infeksi yang menyebabkan rusaknya kekebalan tubuh. Akibat sistem kekebalan yang rusak maka berbagai penyakit dapat terjadi. Akibatnya, berbagai penyakit infeksi lainya dapat terjadi sehingga beberapa organ dapat mengalami kerusakan seperti saraf otak Dobbs, 2009. 2.3.6 Faktor Eksternal Bahaya Kimia Sudah dijelaskan diawal bahwa terdapat tiga pemajan utama yang menyebabkan efek neurotoksik yaitu: pestisida, logam berat, dan pelarut organik. Namun demikian, pada penelitian ini neurotoksian difokuskan pada pestisida. Hal ini dikarenakan alasan setting penelitian yaitu pada petani penyemprot tanaman sayur yang dominan menggunakan pestisida. Adapun karakteristik penggunaan pestisida adalah: 1. Masa kerja Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2 minggu setelah melakukan penyemprotan. Jika paparan berlangsung terus hingga lebih dari 10 tahun maka manifestasi gangguan saraf otak dapat menetap U.S. Congress, 1990; Farahat, 2003.