Merokok Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Efek Neurobehavioral pada

Gambar 6.7 menggambarkan rata-rata perokok tingkat sedang cenderung memiliki performa neurobehavioral yang lebih buruk dibanding dengan perokok tingkat ringan yaitu pada performa digit symbol dan pursuit aiming. Hasil ini sama seperti yang ditunjukan pada penelitian Chia 2012 bahwa sebanyak 76.5 responden perokok memiliki skor yang lebih buruk pada uji digit symbol, pursuit aiming, dan trial making . Kondisi seperti ini menggambarkan bahwa rata-rata pengkonsumsi rokok beresiko mengalami gangguan fungsional saraf seperti gangguan kecepatan motorik dan kecakapan kontrol motorik WHO, 1986 Berdasarkan hasil observasi, kebiasaan merokok responden juga biasa dilakukan di tempat kerja bahkan ketika melakuakan penyemprotan. Hal ini bisa dilihat bahwa 50 perokok menyatakan tidak menggunakan masker ketika melakukan penyemprotan. Hal ini dimungkinkan responden merokok ketika menyemprot sehingga masker tidak dikenakan. Afriyanto 2008 mengemukakan bahwa alat pelindung diri berupa masker melindungi paparan pestisida dari ingesti dan inhalasi. Jika paparan pestisida masuk melalui ingesti dan inhalasi kemungkinan akan masuk ke pembuluh darah sehingga terjadi inaktivasi enzim kholinesterase oleh pestisida tersebut. Kondisi ini menimbulkan penumpukan asetilkolin sehingga respon menjadi terhambat dan timbul efek neurobehavioral US. Congress, 1990; Winder, 2004.

6.3.7 Konsumsi kopi

Konsumsi zat kafein seperti yang terdapat pada kopi dapat menstimultan enzim neurotransmitter berupa epinefrin. Penumpukan epinefrin yang tinggi dapat menyebabkan impuls terhambat dalam proses hantarannya. Kondisi ini kemudian dapat menyebabkan gangguan motorik. Berdasarkan tabel 5.7 diketahui 37 responden 56.1 mengkonsumsi kopi. Sedangakan 43.9 mengatakan tidak biasa meminum kopi setiap hari meskipun terkadang masih meminumnya. Kebiasaan minum kopi merupakan hal yang umum dan wajar semenjak Bangsa Persia mengenalkan bahan ini sebagai nutrisi. Konsumsi kopi pada penelitian ini digali dari kebiasaan mengkonsumsi kopi setiap hari. Kadar kafein dalam kopi mencapai diketahui mencapai 70-220 mg150 ml yaitu tertinggi diantara bahan makanan lainnya Nehlig, 2003. Selain itu, kafein yang terkandung dalam kopi memiliki sifat deurutik sehingga pengguna dapat terjaga dan segar. Namun demikian, penggunaan yang terlalu sering dapat mengakibatkan gangguan pola tidur. Pola tidur yang buruk dapat menurunkan daya konsentrasi sehingga dapat berakibat pada gangguan neurologis seseorang Ampulembang, 2004. Pada tabel 5.17 diketahui sebanyak 51.4 pengkonsumsi kopi mengalami efek neurobehavioral. Hasil analisis bivariat menggunakan uji chi-square didapatkan p-value=0.138 atau artinya konsumsi kopi tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan efek neurobehavioral. Hasil ini selaras dengan penelitian Ampulembang 2004 dan Farahat 2003 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan minum kopi dengan efek neurobehavioral. Tidak adanya hubungan antara konsumsi kopi dengan efek neurobehavioral pada penelitian ini dimungkinkan karena variabel konsumsi kopi hanya digali dari kebiasaan mengkonsumsi kopi setiap hari saja. Gambar 6.8 Diagram Performa Neurobehavioral Berdasarkan Konsumsi Kopi pada Petani Penyemprot Tanaman Sayur di Desa Perbawati Tahun 2013 Gambar 6.8 menunjukan responden yang mengkonsumsi kopi rata-rata cenderung mengalami performa neurobehavioral lebih buruk dibanding yang tidak yaitu pada digit span. Hasil ini merepresentasikan bahwa 49.28 50.93 51.21 48.44 51.11 48.57 50.63 49.19 47 47.5 48 48.5 49 49.5 50 50.5 51 51.5 Kopi-Ya Kopi-Tidak M e a n S k or P e rf or m a N e u rob e h a v ior a l Digit Span Digit Symbol Pursuit Aiming Trial Making responden yang mengkonsusmsi kopi cenderung mengalami gangguan pada memori jangka pendek WHO, 1998.

6.3.8 Jenis Pestisida

Beberapa jenis pestisida sangat berbahaya untuk sistem organ terutama sistem saraf pusat. Pestisida yang memiliki daya racun tinggi highly toxic yaitu LD 50 50 mgkg sangatlah berbahaya jika sampai masuk ke dalam tubuh Perveen, 2011. Jenis pestisida yang digunakan di Desa Perbawati seperti piretroid bulldog- β-siflutrin, crowen-sipermetrin, decis-deltametrin, rizotin-sipermetrin , dan matador-L sihalotri; organofosfat curacron-profenofos, dursban-klorpirifos, dan marshal- karbosulfan; dan karbamat antrakol-propineb, dithane M-45- mankozeb . Jenis yang paling berbahaya adalah dursban karena mengandung zat aktif klorpirifos yang mempunyai LD 50 = 8 mgkg Perveen, 2011. Berdasarkan tabel 5.9 diketahui sebanyak 63.6 responden menggunakan pestisida golongan organofosfat. Beberapa jenis dari golongan organofosfat yang digunakan oleh petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati seperti Curacron profenofos, Dursban klorpirifos, dan Marshal karbosulfan. Mayoritas penggunaan pestisida dalam sektor pertanian adalah jenis insketisida golongan organofosfat dan karbamat Gupta, 2006. Namun demikian, sekarang beberapa negara sudah mulai beralih menggunakan golongan piteroid yang sifatnya lebih tidak beracun bagi manusia Perveen, 2011. Hasil analisis bivariat dengan uji chi-square menunjukan 63.6 petani di Desa Perbawati menggunakan organofosfat dan diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara penggunaan jenis pestisida organofosfat dengan efek neurobehavioral p-value= 0.034. Hasil ini selaras dengan Steenland 1994 yaitu diketahui 128 78 responden yang menggunakan organofosfat mengalami performa yang buruk pada uji digit symbol. Fakta tersebut menunjukan bahwa penggunaan pestisida organofosfat dapat menimbulkan efek pada fungsional saraf khususnya kecepatan motorik. Steenland 1994 juga mengutarakan bahwa defisit saraf dan efek neurobehavioral terjadi pada pada pengguna chlorpyrifos organofosfat yaitu membuat kecepatan konduksi saraf terganggu. Jenis pestisida ini digunakan oleh petani penyemprot tanaman sayur di desa Perbawati dengan merek dagang Dursban 20 EC. Afriyanto 2008 menuturkan bahwa profenofos merk curacron dan klorpirifos merk dursban memiliki kriteria sedang, profenofos memiliki gugus brom dan klor sedangkan klorpirifos memiliki 3 gugus klor yang dikhawatirkan akan memiliki bahaya yang sama dengan organoklorin. Penggunaan pestisida organofosfat oleh petani penyemprot tanaman sayur di Desa Perbawati cukup mengkhawatirkan. Hal ini mengingat