Diagnosis Efek Neurobehavioral Sistem Saraf Manusia

atau WHO yang diberi nama neurobehavioral core test battery NCTB yaitu sebagai berikut: Tabel 2.1 Uji Performa Neurobehavioral pada Neurobehavioral Core Test Battery NCTB: WHO, 1986 No. Nama uji Domain Deskripsi keterangan 1. Digit Span Short term memory Merupakan tes yang bersifat verbal dari Wechsler Adult Intellegence Scale WAIS yan bertujuan untuk melihat short term auditory memory yang juga menggambarkan fokus perhatian. 2. Digit symbol Visuomotor speed motoric speed Merupakan sub tes dari WAIS yang bertujuan untuk melihat gambaran kecepatan perceptual motorik yang juga menggambarkan kecakapan asosiasi. 3. Pursuit Aiming Precision, fine control motoric Mengukur kemampuan untuk berpindah secara akurat yaitu pada pergerakan dengan menggunakan tangan. 4. Santa-Ana manual Dexterity Motor coordination, Dexterity Mengammbarkan ketangkasan manual yang membutuhkan pegerakan koordinasi antara tangan dan mata secara cepat. 5. Profile of Mood States Affect Mendeskripsikan mood dan perasaan dari subjek atau responden. 6. Simple Reaction Time Attention Response Speed Mengukur seberapa cepat subjek bereaksi. Hal ini sangat membutuhkan konsentrasi perhatian dari subjek. 7. Benton Visual Retention Visual Perception Memory Mengukur kemampuan untuk menyusun pola geometrikal dan menghafalkannya . No. Nama uji Domain Deskripsi keterangan 8. Trial making Attention Merupakan tambahan tes dari California University dimana bertujuan mengukur daya konsentrasi dan fokus perhatian melalui kecepatan seseorang dalam menghubungkan angka-angka yang berurutan. Note: uji performa neurobehavioral dari California University dan ADNI Steenland, 2004 Adapun dalam penelitian ini digunakan uji digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making yang langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Persiapan Siapkan tempat yang nyaman dan mendukung responden untuk berkonsentrasi seperti ruangan tempat cukup pencahayaannya, tidak bising, dan tidak panas. Siapkan alat seperti papan untuk alas, pensil pena, dan lembar kerja digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making. b. Pengenalan Beritahukan maksud dan tujuan instrumen ini serta langkah-langkah dalam mengerjakan uji ini. Beritahukan hal-hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan ketika mengerjakan tes ini. c. Pelaksanaan Pengerjaan Responden mengerjakan lembar kerja digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making. Adapun penjelasan uji digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making adalah sebagai berikut: a Digit symbol Responden dituntut untuk mengisi kolom kosong dengan simbol- simbol yang telah ditentukan dicontohkan sesuai digit yang ada dalam waktu 90 detik. Responden tidak boleh melompat atau melakukan skip dalam mengerjakannya. b Digit span Responden mengulang serangkaian digit yang disebutkan peneliti peneliti menyebutkan 3-6-1 maka responden menyebutkan 3-6-1 dst untuk digit span forward dan mengucapkan secara terbalk 1-6-3 untuk digit span backward. c Pursuit aiming Responden memberikan titik dot tepat di area tengah lingkaran dimana lingkaran berdiameter 2mm. Responden diberikan waktu 2x60 detik untuk mengerjakan dengan diselingi waktu istirahat selama 30 detik. d Trial making Responden menghubungkan lingkaran-lingkaran sesuai dengan urutan angka 1-2-3-4 ….25. Tes ini maksimal dikerjakan selama 300 detik. Jika dalam waktu 300 detik responden belum menyelesaikan tes maka skor 300 dianggap layak untuk responden tersebut. d. Menjumlahkan skor a Digit symbol Menjumlahkan banyaknya simbol yang benar sesuai digit pada pengisian kolom kosong. Maksimal skor adalah 100 poin. b Digit span Menjumlahkan banyaknya rangkaian digit yang berhasil diucapkan secara benar. Total skor merupakan penjumlahan dari uji digit span forward dan backward. Maksimum skor adalah 28 poin. c Pursuit aiming Menjumlahkan lingkaran circle yang telah diberi dot dengan tepat yaitu berada di tengah atau tidak menyentuh garis atau di luar lingkaran. d Trial making Waktu yang dicatatkan responden dalam menyelesaikan tes ini. e. Standarisasi Skor Setelah skor masing-masing uji diperoleh maka skor tersebut harus distandarisasikan agar dapat diinterpretasikan sesuai acuan yang ada. Berikut adalah rumus untuk menstandarkan skor digit symbol, digit span, pursuit aiming, dan trial making: Skor – Skor Mean X 10 + 50 = SKOR STANDAR Std. Deviasi f. Interpretasi Skor yang telah terstandar dapat diinterpretasikan sebagai berikut: a Skor ≤ 40 artinya abnormal atau performa neurobehavioral buruk atau efek neurobehavioral. b Skor 40 artinya normal atau performa neurobehavioral baik atau tidak efek neurobehavioral Sahani, 2004.

2.2 Faktor-Faktor Penyebab Efek Neurobehavioral

Efek neurobehavioral atau gangguan fungsional saraf akibat zat toksik terjadi bila terdapat bahan yang bersifat neurotoksik seperti pestisida, logam berat, dan pelarut organik yang memajan dan masuk ke dalam tubuh dalam jumlah dan waktu tertentu. Berdasarkan WHO 1986, Starks 2010, U.S. Congress 1990, Ampulembang 2004, Ross 2011, dan Dobbs 2009 terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi efek neurobehavioral yaitu terdiri dari faktor internal, eksternal, perilaku, dan pekerjaan. Faktor internal antara lain: umur, genetik, jenis kelamin, pengetahuan, tingkat pendidikan, cidera kepala, status gizi, dan status kesehatan. Faktor perilaku antara lain alkoholik, merokok, konsumsi kafein, dan penggunaan obat-obatan. Faktor pekerjaan antara lain: shift kerja, riwayat pekerjaan, dan stres kerja. Sementara faktor eksternal berupa HIV, kebisingan, radiasi elektromagnetik, getaran, paparan pestisida, logam berat, dan pelarut organik yang diukur pada masa kerja atau lama terpapar, jenis bahan, serta alat pelindung diri.

2.3.1 Faktor Internal

Karakteristik individu berpengaruh terhadap efek neurobehavioral dikarenakan degenerasi sel saraf akibat terjadinya perubahan biologis tubuh baik fungsional maupun struktural. 1. Usia Sel saraf mulai berdefrensiasi menjadi akson dan dendrit saat janin berumur 20 minggu. Selanjutnya sel saraf terus berkembang hingga membentuk jejaring dan sinapsis. Sel saraf terus berkembang hingga umur antara 30 sampai dengan 50 mulai mengalami degenerasi khususnya pada bagian locus ceruleus dan substantial nigra. Sedangkan, antara umur 20 hingga 80 tahun sejumlah sel cerebral cortex berkurang hingga setengahnya. Disamping itu, sintesis enzim aktifator neurotransmitter juga semakin berkurang. Hal ini menimbulkan proses impuls menjadi terganggu U.S. Congress, 1990. Sebagai contoh pada penelitian Rohlman 2006 yang menyebutkan terdapat penurunan fungsi saraf setiap pertambahan usia 5 tahun setelah usia mencapai 28 tahun. 2. Genetik Kelainan genetik terjadi pada ras tertentu seperti adanya kelainan aktivitas enzim dan hormon sehingga menghambat proses kerja system saraf. Kejadian ini dapat membuat sistem saraf mengalami penurunan kinerja akibat adanya hambatan sinapsis Starks, 2010. 3. Jenis kelamin Laki-laki mempunyai angka normal aktifitas kholinesterase yang berbeda dengan wanita. Hal ini mengakibatkan kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata- rata sekitar 4,4μgml. Sedangkan pada wanita mempunyai rata-rata lebih tinggi. Sehingga jika terjadi penghambatan enzim khlinesterase maka acetylcholine dengan cepat akan meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gangguan pada sistem saraf pusat. Kemudian keadaan ini dapat berpengaruh pada seluruh bagian tubuh Starks, 2010. 4. Pengetahuan Pengetahuan yang cukup tentang zat neurotoksik sangat penting dimiliki, khususnya bagi petani penyemprot yang menggunakan pestisida. Pengetahuan yang cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan hingga efek neurotoksik neurobehavioral dapat dihindari Starks, 2010. 5. Tingkat Pendidikan Pendidikan searah dengan tingkat kewaspadaan dan kemampuan mencari informasi. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka kewaspadaan cenderung meningkat. Selain itu, kemampuan mencari informasi meningkat seiring tingkat pendidikan Rusimah, 2011. Pengetahuan yang cukup tentang neurotoksikan sangat penting dimiliki khususnya bagi petani penyemprot yang menggunakan pestisida. Dengan pengetahuan yang cukup diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida dengan baik sehingga resiko kesehatan akan terminimalisir Starks, 2010. 6. Cidera Kepala Benturan pada kepala menyebabkan otak bergeser mengikuti arah dan gaya benturan. Gerakan geseran ini dapat menimbulkan lesi dan mengakibatkan kelambanan otak dan gangguan pada saraf. Gangguan saraf terjadi akibat terjadi kerusakan pada sejumlah dendrite dan akson sehinggahantaran impuls menjadi terhambat Starks, 2010. 7. Status Gizi Keadaan gizi seseorang dapat mencerminkan daya imunitas tubuh. Status gizi yang buruk dapat berakibat menurunnya daya tahan dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksik. Pada kondisi gizi yang buruk, protein yang ada dalam tubuh sangat terbatas dan beberapa enzim aktifator neurotransmitter terbentuk dari protein. Jika ketersediaan protein terganggu maka pembentukan enzim aktifator juga terganggu. Terganggunya enzim dapat menghambat hantaran impuls. Hal ini dapat dicontohkan pada enzim asetilkholinesterase yang terhambat sehingga hidrolisis asetilkol terganggu hingga menimbulkan penumpukan. Penumpukan asetilkolin menyebabkan terganggunya saraf pusat dan kinerja motorik Starks, 2010.