30
a. Pemotongan Batas Area Penelitian, berfungsi untuk memperoleh wilayah yang
akan dianalisis, yaitu wilayah pesisir Kota Kupang.
b. Rektifikasi Citra atau koreksi geometrik terhadap data citra Landsat untuk
mengurangi distorsi geometrik. Keakuratan hasil koreksi ditunjukkan dengan nilai RMS Root Mean Square yang kecil. Nilai RMS yang ditoleransi adalah
yang lebih kecil dari 0,5. Untuk mendapatkan Nilai RMS yang kecil dilakukan dengan cara dengan memilih GCP Ground Control Point yang kesalahan
geometrinya kecil dan membuang GCP yang menyebabkan nilai RMS besar.
c. Klasifikasi penggunaan lahan dan deteksi perubahan penggunaan lahan,
mengacu pada sistem klasifikasi standar LAPAN yang terdiri dari 7 tujuh jenis penggunaan lahan hutan bakaumangrove, permukiman, semak belukar,
lahan kosong, hutan kota, sawah dan tubuh air. Klasifikasi dilakukan dengan menggunakan software ER Mapper dan ArcGIS serta menggunakan kombinasi
metode klasifikasi secara terbimbing supervised classification pada komposit band 1-2-3 Gambar 7. Pada klasifikasi terbimbing area yang representatif
masing-masing harus ditentukan oleh pengguna diketahui secara apriori. Satu hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengambilan sampel adalah
pencarian daerah yang homogen. Informasi yang diperlukan dalam penetapan sampel area diperoleh dari pengecekan lapangan atau data lapangan, foto udara,
peta dan data-data yang lain. Dalam penelitian ini informasi yang digunakan dalam pengecekan data citra satelit tahun 1999 dan 2006 diperoleh dari data
wawancara dengan masyarakat pesisir, sehingga data yang diperoleh lebih akurat. Sutanto 1986 menyatakan bahwa teknik interpretasi citra
penginderaan jauh dapat dilakukan dengan menggunakan komponen interpretasi yang meliputi data acuan, kunci interpretasi citra, metode
pengkajian dan penerapan konsep multispektral. Beberapa hal yang dijadikan dasar dalam interpretasi visual citra Kota Kupang tahun 1999, 2006 dan 2013
adalah sebagai berikut : -
Data acuan yang digunakan adalah peta penggunaan lahan tahun 1999, 2006 dan 2013, kemudian di olah menggunakan software ArcGis untuk
memperoleh hasil interpretasi citra. -
Terdapat 9 unsur yang menjadi dasar utama dalam interpretasi citra, antara lain, 7 unsur yang di kemukakan oleh Lillesand dan Kiefer 1988, yaitu :
1. Bentuk ialah konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk beberapa
obyek demikian mencirikan sehingga citranya dapat diidentifikasi langsung hanya berdasarkan kriteria ini. Bentuk merupakan ciri yang
jelas, sehingga banyak obyek yang dapat dikenali hanya berdasarkan bentuknya saja. Contoh: Gedung sekolah pada umumnya berbentuk I, L,
U atau empat persegi panjang, sedangkan gunung api berbentuk kerucut.
2. Ukuran artinya bahwa setiap obyek harus dipertimbangkan sehubungan
dengan skala foto, karena itu dalam memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra harus selalu diingat skalanya. Contoh: Lapangan
sepakbola dicirikan oleh bentuk segi empat dan ukuran yang tetap, yakni sekitar 80 m
– 100 m 3.
Pola ialah hubungan susunan spasial obyek. Pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan merupakan karakteristik bagi banyak obyek
alamiah maupun bangunan dan akan memberikan suatu pola yang membantu penafsir untuk mengenali obyek tersebut. Contoh: pola
31 aliran sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trellis menandai
struktur lipatan. Permukiman transmigrasi misalnya dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah dan jaraknya seragam dan selalu
menghadap kejalan, sedangkan untuk kebun kelapa, karet dan kopi mudah dibedakan dengan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan pola
yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.
4. Bayangan , dalam hal ini penting bagi penafsir terdapat dua hal yang
bertentangan, yaitu: Bentuk atau kerangka bayangan dapat memberikan gambaran profil
suatu obyek dapat membantu interpretasi Obyek dibawah bayangan hanya dapat memantulkan sedikit cahaya
dan sukar diamati pada foto menghalangi interpretasi 5.
Rona adalah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto. Pada foto udara berwarna, rona sangat dipengaruhi oleh spektrum gelombang
elektromagnetik yang digunakan, misalnya menggunakan spektrum ultra violet, spektrum tampak, spektrum infra merah dan sebagainya.
Perbedaan penggunaan spektrum gelombang tersebut mengakibatkan rona yang berbeda-beda. Selain itu karakter pemantulan obyek
terhadap spektrum gelombang yang digunakan juga mempengaruhi warna dan rona pada foto udara berwarna.
6. Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur
dihasilkan oleh kumpulan unit kenampakan yang mungkin terlalu kecil apabila dibedakan secara individual, seperti daun tumbuhan dan
bayangannya. Tekstur dinyatakan dalam bentuk kasar, halus dan sedang, misalnya: hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang
dan semak bertekstur halus.
7. Situs atau lokasi obyek dalam hubungannya dengan obyek yang lain
dapat sangat berguna untuk membantu pengenalan suatu obyek. Misalnya permukiman pada umumnya memanjang pada pinggir beting
pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan, juga persawahan terdapat pada daerah yang datarannya rendah dan sebagainya.
Sedangkan 2 unsur lain yang di ungkapkan oleh Sutanto 1986, yaitu :
8. Asosiasi adalah keterkaitan antara obyek yang satu dengan obyek yang
lainnya. Contoh: stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang jumlahnya lebih sari satu bercabang.
9. Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra
sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan tertentu. Contoh : tumbuhan dengan tajuk seperti bintang
pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka
tumbuhan palma tersebut adalah sagu. -
Metode pengkajian yang dilakukan adalah metode pengkajian umum ke pertimbangan khusus, dengan menggunakan sebanyak
mungkin kunci interpretasi citra. -
Penerapan konsep multispektral, yaitu penggunaan alternatif beberapa band secara bersamaan untuk memudahkan dalam proses
interpretasi.