16 sederhana SIG dapat memetakan kondisi wilayah pesisir sehingga dapat dipantau
kondisinya. Barus  dan  Wiradisastra  2000  SIG  adalah  suatu  sistem  informasi  yang
dirancang  untuk  bekerja  dengan  data  yang  bereferensi  spasial  atau  berkoordinat geografi  atau  dengan  kata  lain  SIG  adalah  suatu  sistem  basis  data  dengan
kemampuan  khusus  untuk  menangani  data  yang  bereferensi  keruangan  spasial bersamaan  dengan  seperangkat  operasi  kerja.   Sedangkan  menurut  Prahasta
2005  SIG  merupakan  suatu  sistem  berbasiskan  komputer  yang  digunakan untuk  menyimpan  dan  memanipulasi  informasi  geografis.  SIG  dirancang  untuk
mengumpulkan,  menyimpan  dan  menganalisis  obyek-obyek  dan  fenomena- fenomena  dimana  lokasi  geografis  merupakan  karakteristik  yang  penting  atau
kritis untuk dianalisis. Menurut Aronoff 1989 SIG merupakan sistem komputer yang  memiliki  empat  kemampuan  dalam  menganalisis  data  yang  bereferensi
geografis,  yaitu  masukan,  keluaran,manajemen  data  penyimpanan  dan pemanggilan data serta analisis dan manipulasi data.
SIG memungkinkan
pengguna untuk
memahami konsep-konsep
lokasi,posisi, koordinat, peta, ruang dan permodelan spasial secara mudah. Selain itu  dengan  SIG  pengguna  dapat  membawa,  meletakkan  dan  menggunakan  data
yang  menjadi  miliknya  sendiri  kedalam  sebuah  bentuk  model  representasi miniatur  permukaan  bumi  untuk  kemudian  dimanipulasi,  dimodelkan  atau
dianalisis  baiksecara  tekstual,  secara  spasial  maupun  kombinasinya  analisis melalui query atribut dan spasial, hingga akhirnya disajikan dalam bentuk sesuai
dengan kebutuhan pengguna Prahasta 2005.
Prahasta 2001 terdapat tiga komponen yang dapat diperoleh dari informasi kenampakan  geografis  yaitu  posisi  geografis,  atribut,  dan  hubungan  keruangan.
Kekuatan  utama  dari  SIG  terletak  pada  kemampuannya  memadukan  berbagai jenis  data,  baik  data  spasial  yang  berkaitan  dengan  keruanganposisilokasi
maupun data tekstualatribut non-geografis, menjadi suatu informasi yang dapat membantu  memecahkan  masalah  secara  terorganisasi  dalam  kaitan  keruangan
posisilokasi.  Adanya  SIG  memungkinkan  beberapa  keperluan  yang  kompleks dapat  dilakukan  menjadi  lebih  mudah  dan  cepat,  dibandingkan  jika  dilakukan
dengan cara konvensional. Ada tiga tugas utama yang diharapkan dapat dilakukan oleh  SIG  yaitu,  teknologi  SIG  akan  mempermudah  para  perencana  dalam
mengakses  data,menampilkan  informasi-informasi  geografis  terkait  dengan substansi  perencanaandan  meningkatkan  keahlian  para  perencana  serta
masyarakat dalam menggunakan sistem informasi spasial melalui komputer. SIG dapat  membantu  para  perencana  dan  pengambil  keputusan  dalam  memecahkan
masalah-masalah spasial yang sangat kompleks.
Dalam  penelitian  ini,  penggunaan  SIG  lebih  diprioritaskan  pada  fungsinya untuk  melakukan  teknik  tumpang  tindih  overlay  dari  beberapa  peta  yang
digunakan.  Jika  pengolahan  data  dilakukan  secara  manual,  pengguna  harus bekerja  dengan  beberapa  peta  analog  dan  beberapa  informasi  atribut  yang
diperlukan.  Selanjutnya  pengguna  dapat  menganalisis  kedua  data  tersebut petadan  data  atribut  untuk  kemudian  memplotkan  hasil  akhirnya  kedalam  peta.
Untuk  tumpang  tindih  overlay  peta  juga  dapat  dilakukan  hal  yang  sama. Beberapa kelemahan dari proses tersebut adalah selain membutuhkan waktu yang
relatif lama, tingkat ketelitian dan akurasinya sangat bergantung pada kemampuan dan  ketelitian  penggunanya  dalam  melakukan  proses  olah  data  tersebut.  Dengan
17 teknologi  SIG,  pengguna  memerlukan  data  spasial  dan  atribut  dalam  bentuk
digital, sehingga prosesnya dapat dilakukan dengan cepat dengan tingkatketelitian cukup baik dan prosesnya dapat diulang kapan saja, oleh siapa saja, dan hasilnya
dapat disajikan dalam berbagai bentuk sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Dengan kemampuan yang tinggi, maka sebagai alat SIG sangat bermanfaat dalam  perencanaan  tata  ruang  wilayah.  Informasi  yang  didapatkan  dari
pendekatan sistem dan pemodelan akan dapat diintegrasikan dengan SIG. Peranan SIG  adalah  sebagai  alat  analisis  spasial  bagi  informasi  yang  dihasilkan  dari
pemodelan yang dibangun Blaschke 2001, Shui-sen et al. 2005, Martin dan Hall- Arber  2008.  Dengan  demikian  pendekatan  sistem  dinamik  dan  pemodelan  akan
dapat menyajikan informasi spasial yang  diperlukan bagi perencanaan tata ruang di wilayah pesisir Kota Kupang.
2.7 Interpretasi Citra
Estes dan SimonetInterpretasi citra merupakan kegiatan mengkaji foto udara atau  citra  dengan  maksud  untuk  mengidentifikasi  obyek  yang  tergambar  dalam
citra  dan  menilai  arti  penting  obyek  tersebut  Estes  dan  Simonett  1975,  dalam Sutanto  1986.  Di  dalam  pengenalan  obyek  yang  tergambar  pada  citra,  ada
rangkaian  kegiatan  yang  diperlukan,  yaitu  :  deteksi,  identifikasi,  dan  analisis. Deteksi  adalah  pengamatan  atas  ada  atau  tidaknya  suatu  obyek  pada  citra.
Identifikasi  adalah  upaya  untuk  mencirikan  obyek  yang  dideteksi  dengan menggunakan keterangan yang cukup yaitu menggunakan unsur interpretasi citra.
Pada  tahap  analisis  dikumpulkan  keterangan  lebih  lanjut  untuk  membuat kesimpulan Lint dan Simonett 1975,  dalam Sutanto 1986.
Pengenalan obyek merupakan tahap yang sangat penting dalam interpretasi citra,  bila  obyek  tidak  dikenal  maka  analisis  maupun  pemecahan  masalah  tidak
mungkin  dilakukan.  Tujuh  unsur-unsur  interpretasi  citra  yang  dikemukakan  oleh Lillesand dan Kiefer 1994 yaitu :
1. Bentuk; ialah konfigurasi atau kerangka suatu obyek. Bentuk beberapa obyek
demikian  mencirikan  sehingga  citranya  dapat  diidentifikasi  langsung  hanya berdasarkan kriteria ini.
2. Ukuran; obyek harus dipertimbangkan sehubungan dengan skala foto.
3. Pola;  ialah  hubungan  susunan  spasial  obyek.  Pengulangan  bentuk
umumtertentu  atau  hubungan  merupakan  karakteristik  bagi  banyak  obyek alamiah maupun bangunan, dan akan memberikan suatu pola yang membantu
penafsir untuk mengenali obyek tersebut. 4.
Bayangan; penting bagi penafsir dalam dua hal yang bertentangan, yaitu:   Bentuk  atau  kerangka  bayangan  dapat  memberikan  gambaran
profil suatu obyek dapat membantu interpretasi.   Obyek  di  bawah  bayangan  hanya  dapat  memantulkan  sedikit
cahaya dan sukar diamati pada foto menghalangi interpretasi.   Rona; ialah warna atau kecerahan relatif obyek pada foto.
  Tekstur;  adalah  frekuensi  perubahan  rona  pada  citra  fotografi. Tekstur dihasilkan oleh kumpulan unit kenampakan yang mungkin
terlalu  kecil  apabila  dibedakan  secara  individual,  seperti  daun tumbuhan  dan  bayangannya.  Situs  atau  lokasi  obyek  dalam
18 hubungannya dengan obyek yang lain, dapat sangat berguna untuk
membantu pengenalan suatu obyek.
2.8 Teori dan Pendekatan Sistem
Terminologi  sistem  sering  digunakan  dalam  berbagai  bidang  dengan interpretasi  beragam,  tetapi  tetap  berkonotasi  tentang  sesuatu  yang  “utuh”  dan
“keutuhan” Eriyatno 1998. Banyak definisi sistem yang telah dikemukakan oleh para  penulis.  Forrester  1968  mendefinisikan  sistem  sebagai  sekelompok
komponen yang beroperasi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
O’Connor  dan  McDermott  1997  mendefinisikan  sistem  sebagai  suatu  entitas yang  mempertahankan  eksistensi  dan  fungsinya  sebagai  suatu  keutuhan  melalui
interaksi  komponen-komponennya.  Haaf  et  al.  2002  mendefinisikan  sistem sebagai koleksi dari elemen-elemen dalam suatu keseluruhan dengan hubungan di
antaranya. Dengan kata lain, sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan
dalam suatu lingkungan kompleks Marimin 2004.
Sushil  1993  menyatakan  bahwa  dari  beragam  definisi  yang  ada  terlihat bahwa sistem memiliki karakteristik keutuhan dan interaksi antar komponen yang
membangun sistem. Secara lebih tegas beberapa karakteristik yang dimiliki sistem dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Dibangun oleh sekelompok komponen yang saling berinteraksi.
2. Memiliki sifat yang “utuh” dan “keutuhan” wholeness.
3. Memiliki satu atau segugus tujuan.
4. Terdapat proses transformasi input menjadi output.
5. Terdapat  mekanisme  pengendalian  yang  berkaitan  dengan  perubahan
yangterjadi pada lingkungan sistem. Kajian  mengenai  teori  sistem  tidak  terlepas  dari  tiga  akar  utama  yang
berkaitan  dengan  sistem  dan  kompleksitas,  yaitu  teori  sistem  umum,  sibernetika, dan  sistem  dinamik.  Ketiga  akar  tersebut  berkembang  relatif  hampir  bersamaan,
dan  sekarang  dianggap  sebagai  pilar  teori  kompleksitas  complexity  theory Abraham 2002.Sepanjang abad 20, secara paralel telah berkembang teori sistem
umum  general  system  theory,  sibernetika  cybernetics,  dan  sistem  dinamik system  dynamics  François  1999,  Mäntysalo  2000,  Abraham  2002,  Haaf  et  al.
2002, Mindell 2002.
Teori sistem umum mulai mengemuka sejak publikasi artikel Ludwig von Bertalanffy  yang  berjudul  General  system  theory  pada  tahun  1956,  terutama
dalam  bidang  teknik  dan  sains.  Teori  sistem  umum  dimaksudkannya  dapat menjadi  suatu  teori  universal,  sebagai  suatu  kerangka  analitik  yang  dapat
memberikan  penjelasan  abstrak  dari  fenomena  alam  Mäntysalo  2000,  Abraham 2002,  Haaf  et  al.  2002.  Di  penghujung  abad  20  teori  dan  pendekatan  sistem
umum  telah  berkembang  pada  berbagai  disiplin  Haaf  et  al.  2002.  Sibernetika diperkenalkan  oleh  Norbert  Wiener  pada  tahun  1946,  yang  intinya  berkaitan
dengan  controlled  feedback  systems,  yaitu  sistem  yang  mampu  mempertahankan
kondisi  homeostatis  melalui  “perlawanan”  counteracting  deviasi  dari  variabel kritis  akibat  adanya  umpan  balik  negatif  negative  feedback.  Pandangan
sibernetika  lebih  kepada  “software”  dari  suatu  sistem,  misalnya  sistem  biologis dan  sistem  artifisial  servo-mechanisms  dipandang  mirip  satu  sama  lain,  karena