Pendekatan Sistem Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir
24 ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan, seperti pertanian, perkebunan,
kehutanan, industri, pemukiman dan sebagainya. Demikian pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti kegiatan pengeboran minyak
lepas dan perhubungan laut.
Penanggulangan pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri, pertanian dan rumah tangga, serta sedimentasi tidak dilakukan hanya di
wilayah pesisir saja, tetapi harus dilakukan mulai dari sumber dampaknya. Pengelolaan di wilayah pesisir harus terintegrasi dengan wilayah daratan dan
laut serta Daerah Aliran Sungai DAS menjadi satu kesatuan dan keterpaduan pengelolaan. Pengelolaan yang baik di wilayah pesisir akan hancue dengan
cepat jika tidak diimbangi dengan perencanaan DAS yang baik pula. Keterkaitan antar ekosistem yang ada di wilayah pesisir harus selalu
diperhatikan.
B. Keterpaduan Sektor.
Sebagai konsekuensi dari besar dan beragamnya sumberdaya alam di wilayah pesisir adalah banyaknya instansi atau sektor-sektor pelaku
pembangunan yang bergerak dalam pemanfaatan sumberdaya pesisir. Akibatnya, sering kali terjadi tumpang tindih pemanfaatan sumberdaya pesisir
antar satu sektor dengan sektor lainnya.Agar pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dapat dilakukan secara optimal dan berkesinambungan, maka
perencanaan pengelolaan harus mengintegrasi semua kepentingan sektoral. Kegiatan suatu sektor tidak dibenarkan menganggu, apalagi sampai
mematikan kegiatan sektor lain.Keterpaduan sektoral meliputi keterpaduan secara horizontal dan keterpaduan secara vertical.Penyusunan tata ruang
dengan pendekatan sistem dan panduan pembangunan di wilayah pesisir perlu dilakukan untuk menghindari benturan antara satu kegiatan dengan kegiatan
pembangunan lainnya.
C. Keterpaduan Disiplin Ilmu
Wilayah pesisir memiliki sifat dan karakteristik yang unik dan spesifik, baik sifat dan karakteristik ekosistem pesisir dan karakteristik sosial budaya
masyarakat pesisir.Dengan dinamika perairan pesisir yang khas, dibutuhkan disiplin ilmu khusus pula seperti hidro-oseanografi, dinamika oseanografi dan
sebagainya. Selain itu, kebutuhan akan disiplin ilmu dalam pengelolaan ekosistem dan sumberdaya pesisir adalah ilmu-ilmu ekologi, oseanografi,
keteknikan, ekonomi, hukum dan sosiologi.
D. Keterpaduan Stakeholder
Keterpaduan wilayahekologis, keterpaduan sektor, keterpaduan disiplin ilmu, akan berhasil jika didukung dengan keterpaduan pelaku dan atau
pengelola pembangunan di wilayah pesisir antara lain terdiri dari pemerintah pusat dan daerah, masyarakat pesisir, swastainvestor dan juga lembaga
swadaya masyarakat LSM yang masing-masing memiliki kepentingan terhadap pemanfaatan sumberdaya alam wilayah pesisir. Penyusunan
perencanaan dan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu harus mampu mengakomodir segenap kepentingan stakeholderpembangunan wilayah pesisir.
Oleh karena itu, perencanaan pengelolaan harus menggunakan pendekatan dua arah yaitu pendekatan top down dan pendekatan bottom up
25
3 METODE