Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

45 Berdasarkan data diatas, Kecamatan Alak memiliki total luas kelurahan pesisir yang terluas yaitu sebesar 15,62 Km², yang terdiri dari Kelurahan Alak, Fatufeto, Nunhila, Nun Baun Delha, Nun Baun Sabu dan Namosain. Kemudian kecamatan Kelapa Lima seluas 14,19 Km², yang terdiri dari Kelurahan Kelapa Lima, Oesapa, Oesapa Barat, dan Lasiana, sedangkan kecamatan Kota Lama memiliki luas kelurahan pesisir terkecil yaitu 1,76 Km², yang terdiri dari Kelurahan LLBK, Solor, Tode Kisar dan Fatubesi.

4.2.2 Aspek Fisik Dasar Kawasan Pesisir Kota Kupang

Lingkup wilayah geografis dari penelitian ini berada pada wilayah pesisir Teluk Kupang yang te rletak antara 9°91’LS-123°23’BT dan 1040 LS-12333 BT yang mencakup wilayah administratif Kota Kupang. Secara administrasi kawasan pesisir Kota Kupang ini terletak di 3 kecamatan dan terbagi dalam 15 kelurahan, dengan luas wilayah 31,57 Km² atau seluas 3.157 ha dan memiliki panjang garis pantainya 21,8 Km. Secara topografi, merupakan pertemuan antara darat dan air, dataran landai, serta sering terjadi erosi, abrasi dan sedimentasi yang bisa menyebabkan pendangkalan badan perairan. Topografi lahan dapat dibedakan atas 3 tiga kategori, yaitu :  Daerah perbukitan dengan kemiringan dataran 20 – 60 di darat;  Daerah relatif datar dengan kemiringan 0 – 3 di darat, termasuk daerah pasangsurut;  Daerah rawa atau di atas air; Untuk kawasan pesisir Teluk Kupang secara topografi pada umumnya mempunyai topografi yang datar bergelombang dengan kelerengan berkisar antara 3 - 15 . Secara hidrologi merupakan daerah pasang surut, mempunyai air tanah tinggi, terdapat tekanan air laut terhadap air tanah, serta merupakan daerah retensi sehingga run-off air rendah. Berdasarkan pasang surutnya air laut, maka kawasan Pesisir Kota Kupang dikatakan mempunyai tipe pasang surut tunggal, dengan tinggi muka air pada suhu rata-rata berkisar antara 1-3 meter. Kawasan Pesisir Kota Kupang ini juga mempunyai salinitas yang cukup tinggi, terutama pada musim kemarau. Hal ini diindikasikan dengan adanya air tanah dalam yang menjadi payau. Secara Geologi, sebagian besar mempunyai struktur batuan lepas, tanah lunak, serta rawan bencana tsunami. Secara garis besar, keadaan geologi kawasan pesisir Kota Kupang mempunyai tipe batuan kompleks bobonaro, formasi noele, satuan batuan gamping koral dan satuan endapan alluvial. Keadaan iklim di kawasan pesisir tidak beda dengan keadaan iklim Kota Kupang secara umum yang mempunyai iklim panas, lembab dan berangin serta secara klimatologi dibagi menjadi 2 musim yaitu musim basah dan kering. Untuk musim basah berada pada bulan November sampai dengan Maret, suhu udara 20,16°C sampai dengan 31°C. sedangkan musim kering sekitar bulan April sampai dengan Oktober dengan suhu udara 29,1°C sampai dengan 33,4°C. 46

4.2.3 Rencana Tata Ruang Wilayah dan Penggunaan Lahan Land Use

Pola pemanfaatan ruang pada kawasan perlindungan setempat sebagaimana yang terdapat dalam konsep Perda Rencana tata ruang wilayah RTRW Kota Kupang No. 11 tahun 2011 – 2031, menegaskan bahwa pemanfaatan ruang yang terdapat pada kawasan pesisir harus dikelola dengan baik, dan bebas dari segala bentuk gangguan terutama oleh kegiatan ruang terbangun yang cenderung meningkat, karena kawasan lindung maupun kawasan perlindungan setempat berfungsi untuk melindungi kelestarian suatu manfaat atau suatu fungsi tertentu, baik yang merupakan bentuk alami maupun buatan, disekitar wilayah perairan yaitu meliputi sempadan pantai, sempadan sungai, sekitar waduk danau, dan sekitar mata air. Kawasan sempadan pantai didefinisikan sebagai perlindungan kawasan sekitar pantai atau kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Kriteria kawasan sempadan pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Rencana pengelolaan kawasan sempadan pantai Kota Kupang meliputi : a. Pencegahan kegiatan budidaya di sepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai; b. Pengendalian kegiatan di sekitar sempadan pantai; c. Pengendalian fungsi lindung pantai yang telah mengalami kerusakan. d. Pembangunan jalan di tepi pantai untuk membatasi pertumbuhan pemukiman di daerah pantai Dalam hal ini, Pemerintah Kota Kupang memiliki kebijakan sebagai berikut: a. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan lindung maupun kawasan perlindungan setempat. b. Menerapkan aturan dan pengendalian yang ketat bagi pengembangan di kawasan lindung. Menurut RTRW Kota Kupang, telah diatur bahwa penggunaan lahan di Kota Kupang masih didominasi oleh penggunaan lahan tidak terbangun. Penggunaan lahan terbangun di Kota Kupang seluas 33.316 Km² atau 3.331,60 ha dan untuk penggunaan lahan tidak terbangun seluas 132.021 Km² atau 13.202,11 ha. Persentase perbandingan luasan antara lahan terbangun dan tidak terbangun adalah 20,15 berbanding 79,85. Kategori penggunaan lahan terbangun didominasi oleh penggunaan lahan permukiman dengan luas mencapai 17,01 Km² atau 1.701,14 ha, dan mencakup 10,29 dari luas lahan keseluruhan atau 51 dari luas lahan terbangun. Untuk kategori penggunaan lahan tidak terbangun dominasi dibentuk oleh penggunaan ladangtegalan yang mencapai luas 66,348 Km² atau 6.634,78 ha dan mencakup 40,13 dari luas lahan keseluruhan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pada kawasan lindung ataupun jalur hijau sempadan pantainya sebagian sudah terpenetrasi oleh kegiatan pembangunan menjadi kawasan terbangun, misalnya di kelurahan Namosain yang kini mengalami peningkatan ruang terbangun, bahkan sebagian lahan kosong yang berada pada kelurahan tersebut sudah dimiliki oleh pengembang atau investor untuk kemudian dijadikan permukiman, kegiatan tersebut nantinya akan mengalih fungsikan lahan dan merubah sebagian besar ciri khas kawasan tersebut