Struktur Dinamika Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Kota

71 G am ba r 28 P et a P engg unaa n L aha n di P es is ir K ot a K upang T ahun 199 9 72 G am ba r 29 P et a P engg una an L aha n di P es is ir K ot a K upa ng T ahun 2006 73 G am ba r 30 P et a P engg una an L aha n di P es is ir K ot a K upa ng T ahun 2013 74 Hasil analisis menunjukkan bahwa di pesisir Kota Kupang telah mengalami perkembangan dan pertumbuhan daerah perkotaan yang cukup pesat. Dinamika perubahan penggunaan lahan terlihat nyata pada hampir semua jenis penggunaan lahan. Pada Tabel 12 diketahui bahwa luas total penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang sebesar 3.163,48 ha. Dalam kurun waktu 14 tahun 1999 – 2013 jenis penggunaan lahan yang paling dominan atau memiliki jumlah luasan terbesar dari penggunaan lahan lain adalah permukiman sedangkan penggunaan hutan bakau, ladangtegalanbelukar dan sawah cenderung menurun. Sementara untuk jenis penggunaan lahan yang lainnya seperti hutan kota dan tanah kosong mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999 luas penggunaan lahan hutan kota hanya 255,09 ha dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 650,41 ha, namun memasuki tahun 2013 luasannya kembali menurun menjadi 530,85 ha, sementara jenis penggunaan lahan tanah kosong pada tahun 1999 luasnya 103,81 ha kemudian meningkat pesat pada tahun 2006 menjadi 407,72 ha, namun memasuki tahun 2013 luasannya mengalami penurunan sehingga tersisa 362,59 ha. Khusus perairantubuh air selama periode tahun 1999 – 2013 cenderung mengalami peningkatan, meski tidak signifikan pengembangan luas penggunaan lahan tersebut diduga berkaitan dengan berkurangnya luas penggunaan lahan hutan bakau pada kawasan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat pesisir menunjukkan bahwa populasi hutan bakau yang ada pada kawasan pesisir Kota Kupang khususnya yang berada di kecamatan Kelapa Lima di tebang untuk dimanfaatkan kayunya dan sebagai tempat kegiatan olah raga motor dan mobil off road. Hal tersebut merupakan penyebab berkurangnya luas penggunaan lahan hutan bakau di pesisir Kota Kupang. Persentase luas lahan masing-masing jenis penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang pada tahun 1999 berbeda-beda. secara berurutan jenis penggunaan ladangtegalan menempati urutan pertama sebesar 70,66 2.235,45 ha, kemudian permukiman 14,95 473,00 ha, hutan kota 8,06 255,09 ha, tanah kosong 3,28 103,81 ha, perairantubuh air 1,82 57,61 ha, sawah 0,62 19,54 ha, dan terakhir adalah hutan bakau 0,60 18,96. Berbeda dengan tahun sebelumnya 1999 pada tahun 2006 atau 7 tahun kemudian, menunjukkan bahwa pertumbuhan penggunaan lahan permukiman dan bangunan lainnya menjadi 2 kali lipat dari 14,95 473,00 ha pada tahun 1999 menjadi 34,71 1.098,12 ha pada tahun 2006, sebaliknya terjadi penyusutan secara signifikan pada lahan untuk ladangtegalanbelukar dari 70,66 2.235,45 ha pada tahun 1999 hingga tersisa menjadi 28,87 913,23 ha pada tahun 2006. Selanjutnya jenis penggunaan lahan yang mengalami peningkatan antara lain, hutan kota 20,56 650,41 ha, tanah kosong 12,89 407,72 ha, perairantubuh air 1,95 61,68 ha, sedangkan jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan antara lain hutan bakau 0,45 14,26 ha dan sawah 0,57 18,05 ha. Perkembangan penggunaan lahan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa luas lahan permukiman terus mengalami peningkatan sebesar 48,56 1.536,34 ha atau naik menjadi 14 dari tahun 2006. Jenis penggunaan lahan lainnya yang mengalami penyusutan pada tahun 2013 diantaranya ladangtegalanbelukar sebesar 9 259,24 ha, hutan kota sebesar 5 119,55 ha dari tahun 2006 dan tanah kosong sebesar 2 45,13 ha kemudian jenis penggunaan lahan hutan bakau tersisa menjadi 0,23 7,07 ha. 75 Secara umum terlihat bahwa perkembangan permukiman di kawasan pesisir Kota Kupang terus mengalami peningkatan, begitu pula dengan penggunaan lahan tanah kosong yang juga meningkat. Meningkatnya luas lahan tanah kosong pada tahun 2000 - 2009 di kawasan pesisir Kota Kupang disebabkan oleh meningkatnya alih fungsi lahan kebun Aren Tuak secara besar-besaran dibeberapa kelurahan pesisir, antara lain kelurahan Namosain, Oesapa dan Lasiana. Kondisi tanah kosong yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang sudah dimiliki oleh para investor yang kapan saja siap untuk dibangun menjadi lahan permukiman. Kondisi pengunaan lahan hutan kota juga mengalami peningkatan, meski sempat mengalami penurunan pada tahun 2013 namun luas lahannya masih sangat mencukupi. Kategori hutan kota yang ada pada umumnya merupakan jenis hutan kota alami, sedangkan hutan kota yang dibangun oleh pemerintah setempat secara resmi belum ada. Dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang multiwaktu disajikan dalam Gambar 31. Gambar 31 Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999 – 2013 Dinamika dan arah perubahan penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang cenderung bersifat irreversible artinya bahwa setiap perubahan yang terjadi dari fungsi awalnya akan sulit untuk kembali seperti semula. Seandainya usaha untuk mengambalikan fungsinya pada penggunaan awal, maka akan memerlukan energi yang besar untuk mengatasinya seperti biaya, waktu dan juga akan memicu terjadinya konflik sosial dan budaya. Indikator perkembangan suatu wilayah dapat juga diukur dari tumbuh cepatnya ruang terbangun atau permukiman. Begitu pula dengan yang sedang dialami oleh kawasan pesisir Kota Kupang, dimana tingkat perkembangan permukimannya meningkat cukup signifikan dalam kurun waktu 14 tahun 1999 - 2013. Indikator lain yang merupakan bagian dari perkembangan wilayah antara lain terjadinya penurunan luas penggunaan lahan sawah atau lahan pertanian, dan tanah kosong yang dikonversi menjadi permukiman dan penggunaan yang lain dengan tujuan untuk perkembangan wilayah. 18.96 ha 14.26 ha 7.19 ha 255.09 ha 650.41 ha 530.85 ha 2235.45 ha 913.23 ha 653.99 ha 473.00 ha 1098.12 ha 1536.34 ha 57.61 ha 61.68 ha 65.04 ha 19.54 ha 18.05 ha 7.47 ha 103.81 ha 407.72 ha 362.59 ha 1999 2006 2013 Tanah Kosong Sawah Perairantubuh air Pemukiman Ladangtglnbkr Hutan Kota T ah u n 76 Pada peta penggunaan lahan Gambar 28, 29 dan 30 terlihat bahwa penyebaran jenis penggunaan lahan permukiman hampir merata pada ketiga kecamatan di pesisir Kota Kupang yaitu Kecamatan Alak, Kecamatan Kota Lama dan Kecamatan Kelapa Lima, namun kepadatan permukiman lebih dominan pada Kecamatan Kota Lama dan Kelapa Lima karena merupakan pusat aktivitas perdagangan dan jasa. Proporsi penggunaan lahan ladangtegalanbelukar secara spasial dominan pada kecamatan Alak, kemudian yang kedua pada kecamatan Kelapa Lima sedangkan pada Kecamatan Kota Lama sangat kecil. Meski penggunaan lahan ladangtegalan terus mengalami penurunan, namun kondisi wilayah pada kecamatan Alak masih memadai atau masih terdapat ruang, sehingga sampai kini masih terdapat ladangtegalan, meski kondisinya semakin sedikit sebagai akibat dari perkembangan yang dialami oleh Kota Kupang. Penjelasan sebelumnya bahwa kondisi hutan kota yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang merupakan jenis hutan kota alami atau yang tumbuh secara alami dan secara spasial penyebarannya dominan terletak pada kecamatan Alak, kemudian kecamatan Kelapa Lima dan yang terakhir pada kecamatan Kota Lama. Hutan kota terdiri dari pupulasi pohon yang khas tepi pantai yaitu pohon lontar atau pohon tuak dan jenis pohon lainnya. Kondisi jenis penggunaan lahan tanah kosong jika dilihat dari penyebarannya secara spasial dominan pada kecamatan Alak, dan sebagian pada kecamatan Kelapa Lima, sedangkan di kecamatan Kota Lama persentase sangat sedikit. Dari hasil wawancara dengan masyarakat pesisir sebagian besar menyatakan bahwa kondisi penggunaan lahan tanah kosong meningkat akibat dari berubahnya penggunaan lahan tegalanladangbelukar menjadi tanah kosong. Kondisi penggunaan lahan tanah kosong di kawasan pesisir sebagian besar akan dibangun infrastruktur penunjang pariwisata. Jenis penggunaan lahan perairantubuh air lebih dominan adalah laut . Pada penggunaan lahan tubuh air seperti sungai sangat berpengaruh terhadap keadaan musim di Kota Kupang yang cenderung memiliki musim kemarau yang sangat panjang sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi jumlah debit air yang dimiliki bahkan sampai mengering. Kondisi tubuh air yang ada dipesisir Kota Kupang pada umumnya penyebarannya merata pada ketiga kecamatan Kecamatan Alak, Kelapa Lima dan Kota Lama sedangkan untuk tubuh air sungai hanya berada pada Kecamatan Kota Lama dan Kelapa Lima. Penggunaan lahan berikutnya adalah sawah, dimana sepanjang tahun 1999 – 2013 terus mengalami dinamika dalam luasannya dan terus mengalami penurunan. Secara spasial kondisi jenis penggunaan lahan sawah dominan terletak pada Kecamatan Kelapa Lima, letak penggunaan lahan sawah cenderung berdekatan dengan aliran sungai atau DAS. Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah hutan bakau. Keberadaan hutan bakau atau mangrove pada kawasan pesisir merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kawasan pesisir dan merupakan ciri khas suatu wilayah pesisir. Dengan adanya pengembangan Kota Kupang pada kawasan pesisirnya yang pesat tentu saja akan mempengaruhi keadaan lingkungan kawasan tersebut dan memberikan dampak serta tekanan terhadap luas penggunaan lahan hutan bakau di kawasan tersebut. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa luas penggunaan lahan hutan bakau kondisinya cenderung terus menurun dan 77 terancam punah. Secara spasial dapat terlihat bahwa penyebaran penggunaan lahan hutan bakau dominan hanya pada Kecamatan Kelapa Lima, khususnya di kelurahan Oesapa. 5.1.2 Kecenderungan Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999 – 2013 Gambaran dinamika luas perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang yang terjadi selama periode tahun 1999 – 2006 dan periode tahun 2006 – 2013 disajikan dalam Gambar 32. Pada periode tahun 1999 – 2006 jenis penggunaan lahan yang mengalami kecenderungan penurunan terbesar adalah ladangtegalanbelukar yakni sebesar 1.322,21 ha. Tabel 13. Penurunan yang terjadi pada jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar dalam periode tahun tersebut disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan tersebut menjadi lahan kosongtanah kosong dan sebagiannya lagi menjadi permukiman. Perubahan penggunaan lahan ladangtegalanbelukar menjadi tanah kosong disebabkan oleh faktor musim kemarau yang sangat panjang di Kota Kupang, yang membuat sumber air menjadi sulit sehingga sebagian masyarakat memilih untuk menjual dan mencari sumber mata pencaharian yang lain. Hal tersebut menyebabkan sebagian lahan tersebut dialih fungsikan menjadi permukiman dan hingga kini sedang marak terjadi di pesisir Kota Kupang. Angka penurunan luas penggunaan lahan ladangtegalanbelukar pada periode ini merupakan penurunan tertinggi, dimana pada tahun 1999 tercatat penggunaan lahan ini seluas 2.235,45 ha kemudian menurun siginifikan pada tahun 2006 sehingga tersisa 913,23 ha. Memasuki periode 2006 – 2013 luas lahan ladangtegalanbelukar terus mengalami penurunan, yakni sebesar 259,24 ha, meskipun penurunan yang terjadi pada tahun tersebut tidak sebesar pada periode tahun 1999 – 2006 namun tidak menutup kemungkinan jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar di pesisir Kota Kupang akan terus mengalami penyusutan bahkan akan terancam habis. Penurunan luas lahan ladangtegalanbelukar yang berlangsung secara terus- menerus diakibatkan oleh tingginya konversi lahan yang sedang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang, bahkan dalam beberapa tahun terakhir sampai pada waktu pengambilan data dan hasil pengecekan dilapangan didapati bahwa pesisir Kota Kupang yang dulunya merupakan kawasan jalur hijau atau kawasan yang bebas bangunan kini sudah mulai di padati oleh permukiman dan bangunan lainnya. Meskipun penyebaran penggunaan ladangtegalanbelukar dominan berada pada kecamatan Alak dan Kelapa Lima namun luasannya sudah sangat sedikit. Pada kecamatan Alak tepatnya di kelurahan Namosain akan segera dibangun perumahan ekslusif dan lokasi yang digunakan merupakan populasi pohon nira atau lontar yang merupakan populasi pohon khas tepi pantai Kota Kupang. Sebelumnya sebagian besar masyarakat di pesisir pantai memanfaatkan buah pohon tersebut untuk diolah menjadi gula lempeng. 78 a b Gambar 32 Dinamika Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun, a 1999 – 2006 dan b 2006 - 2013 Dalam Gambar 32 juga dapat di lihat kecenderungan pertambahan berbagai jenis penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2013. Pada awal periode tahun 1999 – 2006 grafik jenis penggunaan lahan permukiman menunjukkan peningkatan yang nyata, dimana pada tahun 1999 luas lahannya tercatat 473,00 ha 14,95 dan meningkat menjadi 1.536,34 ha 34,71 pada tahun 2006. Peningkatan tersebut mencapai tiga kali lipat besarnya dari tahun sebelumnya 1999. Tingginya peningkatan luas penggunaan lahan permukiman di akibatkan selama periode tahun tersebut Kota Kupang sudah mulai mengalami pengembangan dan pembangunan, terutama ke arah kawasan pesisirnya. Terkonsentrasinya sektor ekonomi, perdagangan dan jasa di pesisir Kota Kupang menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan lahan permukiman di kawasan tersebut, faktor lain yang memiliki korelasi dengan tingginya permintaan lahan permukiman adalah jumlah penduduk. Peningkatan jumlah penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh positif terhadap permintaan akan lahan untuk permukiman dan bangunan lainnya. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa beberapa lahan kosong yang terdapat di pesisir Kota Kupang sudah dimiliki oleh investor dan sebagian sudah dalam tahap pengembangan perumahan. Pada periode tahun 2006 – 2013 jenis penggunaan lahan permukiman terus mengalami peningkatan, meskipun tidak sebesar periode sebelumnya, namun penambahan luas lahan permukiman ini tergolong cukup besar. Grafik penggunaan lahan permukiman terus mengalami peningkatan yang signifikan dan sebaliknya terjadi penurunan yang signifikan pada penggunaan lahan ladangtegalanbelukar. Pengembangan Kota Kupang khususnya pada kawasan pesisirnya akan terus mengalami peningkatan. Melalui kebijakan pemerintah setempat yang diatur dalam Perda Kota Kupang No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kota Kupang bahwa pada kawasan pesisir Kota Kupang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan pariwisata, sehingga di perbolehkan pembangunan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran dan penunjang pariwisata lainnya. Konsekuensinya kondisi pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2013 mengalami dinamika dalam penggunaan lahannya baik itu pertambahan dan pengurangan dari masing-masing jenis penggunaan lahan yang terdapat pada kawasan tersebut. Secara empiris dapat dibuktikan bahwa pada periode tersebut 79 telah terjadi pertumbuhan pembangunan yang paling pesat di Kota Kupang dan khususnya pada kawasan pesisirnya. Hal ini dapat dilihat dan diamati dari laju peningkatan penggunaan lahan permukiman yang semakin meluas pada periode tahun yang diamati 1999 – 2013 Tabel 13 menunjukkan laju dinamika perubahan penggunaan lahan pertahun yang sedang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2013. Pada awal periode tahun 1999 – 2006, laju penurunan penggunaan lahan ladangtegalan sebesar 188,89 hatahun, kemudian memasuki periode tahun 2006 – 2013 laju penurunan penggunaan lahannya lebih kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 37,03 hatahun. Selama periode tahun 1999 – 2006 menunjukkan bahwa area terbangun seperti permukiman dan bangunan lainnya mengalami peningkatan yang siginifikan dan merupakan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan periode tahun 2006 – 2013. Meski dalam periode ini peningkatan luas lahan permukiman tidak terlalu besar, namun sangat memberikan dampak yang besar, karena pada tahun 2011 fokus pengembangan kota mengarah pada pesisir yang tentu saja semakin memberikan tekanan terhadap luas lahan di pesisir. Pada periode tahun 1999 – 2006 laju peningkatan penggunaan lahan terjadi pada 2 jenis penggunaan lahan lainnya, secara berurutan yakni, hutan kota dan tanah kosong dengan masing-masing laju perubahannya, 56,47 hatahun dan 43,42 hatahun. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada periode tahun 2006 – 2013, dimana masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut mengalami penurunan yang cukup nyata. Tabel 13. Tabel 13 Luas dan Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun 1999 – 2013 Penggunaan Lahan Perubahan Tahun 1999 – 2006 Perubahan Tahun 2006 – 2013 Luas ha LajuThnhaThn Luas ha LajuThnhaThn Hutan Bakau -4,70 -0,67 -7,07 -1,01 Hutan Kota 395,31 56,47 -119,55 -17,08 Ladangtglnbkr 1.322,21 188,89 -259,24 -37,03 Pemukiman 625,11 89,30 438,22 62,60 Perairantubuh air 4,07 0,58 3,36 0,48 Sawah -1,49 -0,21 -10,59 -1,51 Tanah Kosong 303,91 43,42 -45,13 -6,45 Jenis penggunaan lahan permukiman dalam periode tersebut terus mengalami peningkatan dengan laju perubahan 62,60 hatahun, sedangkan jenis penggunaan lahan lainnya mengalami penurunan antara lain, ladangtegalanbelukar, hutan kota dan tanah kosong. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam periode tersebut terjadi alih fungsi lahan yang cukup besar. Khusus untuk jenis penggunaan lahan perairantubuh air luasnya cenderung tetap meski terjadi penurunan tetapi tergolong kecil perubahannya. Laju perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang disajikan dalam Gambar 33. 80 Gambar 33 Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun 1999 – 2006 dan Periode Tahun 2006 – 2013 Gambar 33 menggambarkan dinamika laju perubahan penggunaan lahan. Jenis penggunaan lahan permukiman paling dominan peningkatannya dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Pada periode tahun 1999 – 2006 areal permukiman mengalami perkembangan secara merata pada 3 kecamatan yakni kecamatan Kelapa Lima, Kota lama dan Alak, dan memasuki periode tahun 2006 – 2013 areal permukiman terus mengalami perkembangan yang lebih dominan dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Khusus untuk kecamatan Kelapa Lima dan Alak pada periode ini mengalami transisi penggunaan lahan cukup besar di kawasan pesisirnya, dimana sebagian lahannya telah di bangun beberapa bangunan penunjang pariwisata seperti hotel, restoran dan rencana pembangunan areal permukiman ekslusif. 5.1.3 Pola Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999 – 2013 Fenomena dinamika perubahan penggunaan lahan antar periode tahun 1999 – 2013 menunjukkan bahwa arah perubahan penggunaan lahan dari ladangtegalan menjadi permukiman dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa bekas lahan ladangtegalanbelukar yang akan dialih fungsikan menjadi lahan permukiman Gambar 14. Dinamika pola perubahan penggunaan lahan terjadi hampir pada semua kelas penggunaan lahan, sedangkan 2 jenis penggunaan lahan lainnya tidak mengalami perubahan yakni jenis penggunaan lahan permukiman dan Perairantubuh air, atas dasar tersebut maka perlu untuk dilihat proses perubahan suatu jenis penggunaan lahan menjadi penggunaan lahan lainnya dalam setiap tahun yang diamati dan kecenderungan suatu pola perubahan penggunaan lahan dalam jangka waktu tertentu. Untuk melihat proses perubahan demi perubahan yang terjadi diantara jenis penggunaan lahan yang diamati dapat ditempuh dengan matrik perubahan penggunaan lahan sehingga dapat dibandingkan masing-masing 3 titik tahun -50 50 100 150 200 250 Hutan Bakau Hutan Kota Ladangtglnbkr Permukiman Perairantbh air Sawah Tanah Kosong Laju Perubahan Tahun 1999 - 2006 Laju Perubahan Tahun 2006 - 2013 ha Luas Je ni s Pe n ggu n aa n L a h a n 81 tersebut. Dalam penelitian ini matrik perubahan penggunaan lahannya terbagi dalam 2 periode yakni, matrik perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999 – 2006 dan periode tahun 2006 – 2013 yang masing-masing disajikan dalam Tabel 14 dan Tabel 15. Tabel 14 Matrik Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun 1999 – 2006 Perubahan Penggunaan Lahan 1999 – 2006 Luas Tahun 2006 ha Jumlah Tahun 1999 ha HB HK LTB PMK TBHair SWH TK L u as T ah u n 1 9 9 9 h a Hutan Bakau HB 14,26 - - 1,08 3,53 - 0,09 18,96 Hutan Kota HK - 178.10 17.43 33,61 - - 25,95 255,09 Ladangtglnbkr LTB - 417.48 895.02 586,15 4,03 332,77 2.235,45 Permukiman PMK - - - 473,00 - - - 473,00 PerairanTubuh Air TBHair - - - - 57,61 - - 57,61 Sawah SWH - 8,89 0,79 4,28 0,54 4,78 0,27 19,54 Tanah Kosong TK - 45,93 - - - 9,24 48,64 103,81 Jumlah Tahun 2006 14,26 650,41 913,23 1.098,12 61,68 18,05 407,72 3.163,48 Berdasarkan Tabel 14 dapat dilakukan analisa kecenderungan pola perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2006. Dalam proses berjalan masing-masing penggunaan lahan yang terdapat di kawasan tersebut mengalami perubahan seiring dengan pengembangan kawasan perkotaan. Berdasarkan tabel matrik perubahannya terdapat 2 dua jenis penggunaan lahan yang tidak mengalami perubahan menjadi jenis penggunaan lahan lain yaitu jenis penggunaan lahan permukiman 473,00 ha dan perairantubuh air 57,61 ha, sedangkan 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya mengalami perubahan. Secara berurutan jenis penggunaan lahan hutan bakau yang luasnya 18,96 ha di tahun 1999, berubah menjadi permukiman 1,08 ha, perairantubuh air 3,53 ha dan tanah kosong 0,09 ha. Jenis penggunaan lahan hutan bakau pada tahun 2006 berkurang menjadi 14,26 ha. Jenis penggunaan lahan hutan kota pada tahun 1999 luasnya adalah 255,09 ha, kemudian mengalami perubahan menjadi ladangtegalanbelukar 17,43 ha, permukiman 33,61 ha, dan tanah kosong 25,95 ha. Sedangkan luas penggunaan lahan hutan kota yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2006 adalah sebesar 178,10 ha. Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar memiliki luas terbesar pada tahun 1999 yaitu sebesar 2.235,45 ha, kemudian mengalami perubahan pada tahun 2006 menjadi hutan kota 417,48 ha, permukiman tertinggi 586,15 ha, sawah 4,03 ha dan yang terakhir berubah menjadi tanah kosong 332,77 ha, sehingga pada tahun 2006 luas jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar yang masih tetap pada bentuknya adalah sebesar 895,02 ha. 82 Luas jenis penggunaan lahan sawah pada tahun 1999 sebesar 19,54 ha, kemudian mengalami perubahan pada tahun 2006. Perubahan-perubahan tersebut antara lain, hutan kota 8,89 ha, ladangtegalanbelukar 0,79 ha, permukiman 4,28 ha, perairantubuh air 0,54 ha dan terakhir menjadi tanah kosong 0,27 ha, sedangkan pada tahun 2006 jenis penggunaan lahan sawah yang tidak mengalami perubahan adalah sebesar 4,78 ha. Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah tanah kosong dimana pada tahun 1999 luas lahannya adalah 103,81 ha, kemudian pada tahun 2006 penggunaan lahan ini hanya mengalami perubahan menjadi 2 dua jenis penggunaan lahan lainnya yakni, hutan kota 45,93 ha dan sawah 9,24 ha, sedangkan luas penggunaan lahan tanah kosong yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2006 adalah sebesar 48,64 ha. Dinamika perubahan penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang selanjutnya juga terjadi pada periode tahun 2006 - 2013 seperti disajika pada Tabel 15. Tabel 15 Matrik Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun 2006 - 2013 Perubahan Penggunaan Lahan 2006 - 2013 Luas Tahun 2013 ha Jumlah Tahun 2006 ha HB HK LTB PMK TBHair SWH TK L u as T ah u n 2 6 h a Hutan Bakau HB 7,19 4,77 - 0,63 1,67 - - 14,26 Hutan Kota HK - 445,84 61,07 140,70 0,18 2,63 - 650,41 Ladangtglnbkr LTB - 69,88 592,57 250,38 0,08 0,33 - 913,23 Permukiman PMK - - - 1.098,12 - - - 1.098,12 PerairanTubuh Air TBHair - - - - 61,68 - - 61,68 Sawah SWH - 4,50 0,36 6,44 0,71 3,88 2,16 18,05 Tanah Kosong TK - 5,86 - 40,07 0,73 0,63 360,43 407,72 Jumlah Tahun 2013 7,19 530,85 653,99 1.536,34 65,04 7,47 362,59 3.163,48 Tabel 15 menunjukkan pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama periode tahun 2006 – 2013. Seperti halnya pada periode sebelumnya 1999 - 2006 pada periode tahun 2006 – 2013 jenis penggunaan lahan permukiman dan perairantubuh air juga tidak mengalami perubahan atau tetap pada bentuk aslinya. Jenis penggunaan lahan lainnya mengalami perubahan menjadi penggunaan lahan lain. Secara berurutan jenis penggunaan lahan hutan bakau pada tahun 2006 memiliki luas 14,26 ha, memasuki tahun 2013 atau 7 tahun kemudian jenis penggunaan lahan ini mengalami perubahan menjadi lahan hutan kota 4,77 ha, permukiman 0,63 ha dan yang terakhir berubah menjadi perairantubuh air 1,67 ha. Pada tahun 2013 hanya 7,19 ha luas jenis penggunaan lahan hutan bakau yang tidak mengalami perubahan. Jenis penggunaan lahan hutan kota pada tahun 2006 memiliki luas 650,41 ha kemudian mengalami perubahan pada tahun 2013 diantaranya menjadi ladangtegalanbelukar 61,07 ha, perubahan menjadi permukiman adalah yang tertinggi yakni sebesar 140,70 ha, perairantubuh air 0,18 ha dan sawah 2,63 ha. 83 Luas lahan hutan kota yang tidak berubah pada tahun 2013 hanya tersisa 445,84 ha. Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar yang luasnya 912,23 ha, ternyata mengalami perubahan pada tahun 2013, dengan total luas lahan yang berubah adalah 319,66 ha yang terbagi dalam 4 empat jenis penggunaan lahan lainnya yakni, hutan kota 69,88 ha, permukiman tertinggi 250,38 ha, perairantubuh air 0,08 ha dan sawah 0,33 ha. Luas penggunaan lahan ladangtegalanbelukar yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2013 adalah 592.57 ha. Luas lahan yang tersisa lebih dominan berupa semak belukar. Jenis penggunaan lahan sawah yang luasnya 18,05 ha pada tahun 2006, mengalami perubahan pada tahun 2013 menjadi 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya yaitu, hutan kota 4,50 ha, ladangtegalanbelukar 0,36 ha, permukiman 6,44 ha, perairantubuh air 0,71 ha dan menjadi tanah kosong 2,16 ha. Luas penggunaan lahan sawah yang tidak berubah pada tahun 2013 hanya 3,88 ha. Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah tanah kosong, dimana pada tahun 2006 memiliki luas 407,72 ha, kemudian pada tahun 2013 berubah menjadi 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya dengan total luas perubahan adalah 47,29 ha, dengan masing-masing luasnya, hutan kota 5,86 ha, kemudian perubahan menjadi permukiman adalah tertinggi dengan luas 40,07 ha, perairantubuh air 0,73 ha dan sawah 0,63 ha. Sisa penggunaan lahan tanah kosong yang tidak berubah pada tahun 2013 adalah 360,43 ha. Memasuki periode tahun 2006 – 2013 dapat dilihat bahwa luas penggunaan lahan permukiman sangat dominan dalam jumlah luasanya dan mengkonversi hampir seluruh jenis penggunaan lahan yang ada pada kawasan tersebut. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya 1999 – 2006, dimana tanah kosong masih belum di alih fungsikan menjadi permukiman, namun setelah memasuki periode tahun 2006 – 2013 jenis penggunaan lahan tanah kosong mengalami perubahan bentuk menjadi jenis penggunaan lahan permukiman dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Untuk menghasilkan pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi maka perlu dilakukan proses overlay sehingga menghasilkan peta penggunaan lahan selama rentang waktu 3 titik tahun dan kemudian terdapat 52 pola perubahan penggunaan lahan yang diekstrak dari hasil overlay tersebut. Secara berurutan jenis penggunaan lahan yang memiliki pola perubahan tertinggi sampai terendah yaitu di mulai dari jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar dengan jumlah 15 pola perubahan, kemudian jenis penggunaan lahan tanah kosong dengan 13 pola perubahan, jenis penggunaan lahan sawah menempati urutan ketiga dengan jumlah 10 pola perubahan, kemudian diikuti jenis penggunaan lahan hutan kota dengan 8 pola perubahan dan yang terakhir adalah jenis penggunaan lahan hutan bakau yang memiliki jumlah pola perubahan paling sedikit yakni 6 pola perubahan, hal tersebut memungkinkan karena dari hasil pengamatan dilapangan jenis penggunaan lahan hutan bakau sudah sangat sedikit jumlah populasinya bahkan terancam habis. Jika dilihat dari luas pola perubahannya maka jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar mengalami perubahan bentuk paling besar, secara berurutan menjadi permukiman, tanah kosong dan hutan kota dengan masing-masing besar luasannya 586,15 ha, 332,77 ha dan 267,62 ha. Tabel 16 merupakan gambaran lebih jelas mengenai pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang selama tahun 1999, 2006 dan 2013. 84 Tabel 16 Pola Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang berdasarkan Penggunaan Lahan Tahun 1999, 2006 dan 2013 Penggunaan Lahan Tahun 1999 Penggunaan Lahan Tahun 2006 Penggunaan Lahan Tahun 2013 Pola Hutan Bakau Hutan Bakau Hutan Kota 1 Permukiman 2 PerairanTubuh Air 3 Hutan Bakau Permukiman Permukiman 4 Hutan Bakau PerairanTbh air PerairanTubuh Air 5 Hutan Bakau Tanah Kosong Tanah Kosong 6 Hutan Kota Hutan Kota Ladangtegalanbelukar 7 Permukiman 8 Hutan Kota LadangTegalanBelukar Ladangtegalanbelukar 9 Permukiman 10 Hutan Kota Permukiman Permukiman 11 Hutan kota Tanah Kosong Tanah Kosong 12 LadangTegalanBelukar Hutan Kota Hutan Kota 13 Ladangtegalanbelukar 14 Permukiman 15 PerairanTubuh Air 16 LadangTegalanBelukar LadangTegalanBelukar Hutan Kota 17 Permukiman 18 PerairanTubuh Air 19 LadangTegalanBelukar Permukiman Permukiman 20 LadangTegalanBelukar Tanah Kosong Tanah Kosong 21 Sawah Hutan Kota Hutan Kota 22 Sawah 23 Sawah LadangTegalanBelukar Hutan Kota 24 Permukiman 25 Sawah 26 Sawah Permukiman Permukiman 27 Sawah PerairanTbh air PerairanTubuh Air 28 Sawah Sawah Hutan Kota 29 Permukiman 30 Sawah Tanah Kosong Tanah Kosong 31 Tanah Kosong Hutan Kota Hutan Kota 32 Permukiman 33 Sawah 34 Tanah Kosong Sawah Hutan Kota 35 Ladangtegalanbelukar 36 Permukiman 37 PerairanTubuh Air 38 Sawah 39 Tanah Kosong 40 Tanah Kosong Tanah Kosong Hutan Kota 41 Permukiman 42 PerairanTubuh Air 43 Sawah 44 85 Tabel 16 menunjukkan bahwa pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang mengalami dinamika pada masing-masing jenis penggunaan lahan yang ada. Jenis penggunaan lahan permukiman dan perairantubuh air tetap konsisten atau tidak mengalami perubahan bentuk menjadi jenis penggunaan lahan lainnya. Jenis penggunaan lahan permukiman merupakan rumah-rumah permanen sehingga sulit untuk bisa kembali pada keadaan semula dan peluangnya sangat kecil, sedangkan 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya mengalami perubahan bentuk. Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar merupakan jenis penggunaan lahan yang paling banyak mengalami perubahan bentuk atau dikonversi menjadi jenis penggunaan lainnya, luas perubahannya berkisar 0.08 ha sampai dengan 586.15 ha. Jenis penggunaan lahan ini paling tinggi dikonversi menjadi jenis penggunaan lahan permukiman, kemudian terkecil di konversi menjadi perairantubuh air. Jenis penggunaan lahan tanah kosong paling besar luasanya di konversi menjadi permukiman sebesar 40.07 ha. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kondisi tanah kosong di pesisir Kota Kupang kini sudah dimiliki oleh pengembang atau investor yang nantinya akan dikonversi menjadi perumahan teratur seperti yang terdapat pada kelurahan Namosain dan kemudian pembangunan hotel dan penunjang pariwisata lainnya yang terdapat pada Kelurahan Kelapa Lima dan Kelurahan Pasir Panjang. Secara keseluruhan beberapa jenis penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang kecuali jenis penggunaan lahan permukiman bersifat sementara dan memiliki peluang untuk berubah bentuk menjadi penggunaan lahan lainnya atau menjadi bentuk semula, namun peluang tersebut sangat kecil. Secara berurutan dapat dijelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang. Berdasarkan pengecekan lapangan dan wawancara dengan masyarakat menunjukkan bahwa kehilangannya perlindungan pantai yaitu hutan bakau sebagian besar disebabkan oleh penebangan liar yang dilakukan oleh masyarakat dan sebagiannya lagi karena terpaan gelombang, sehingga lahan tersebut berpotensi berubah menjadi peggunaan lahan lain seperti menjadi perairantubuh air, hutan kota, permukiman dan tanah kosong. Pada sub bab sebelumnya menjelaskan bahwa Jenis penggunaan lahan hutan kota merupakan jenis hutan kota yang terjadi secara alami atau tumbuh secara alami dan terdiri dari beberapa jenis populasi tanaman pesisir, salah satunya adalah pohon lontar. Tingginya permintaan lahan di kawasan tersebut menyebabkan lahan ini memiliki potensi berubah menjadi jenis penggunaan lahan lainnya seperti, permukiman, ladangtegalan, tanah kosong dan sebagian kecil menjadi lahan sawah. Dinamika perubahan penggunaan lahan juga terjadi pada jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar. Berdasarkan pengecekan lapangan dan hasil wawancara menunjukkan bahwa berkurangnya lahan ladangtegalan di sekitar kawasan pesisir Kota Kupang disebabkan oleh panjangnya musim kemarau dan sebagiannya lagi sudah menjadi lahan kosong atau tanah kosong sehingga jenis penggunaan lahan tersebut sangat berpeluang untuk berubah menjadi penggunaan lahan lainnya seperti, permukiman termasuk didalamnya hotel dan restoran, tanah kosong, dan lain-lain. Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah hulu dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di daerah hilir, bahkan di daerah pesisir, 86 seperti terjadinya proses sedimentasi, abrasi, dan perubahan garis pantai. Pemantauan perubahan penggunaan lahan maupun perubahan garis pantai dapat dilaksanakan dengan menggunakan data penginderaan jauh dari berbagai titik tahun. Perubahan garis pantai pada dasarnya dapat terjadi karena faktor alam maupun karena adanya campur tangan manusia. Contoh perubahan garis pantai karena campur tangan manusia adalah reklamasi pantai, penambangan pasir pantai, dan pembabatan hutan bakau di tepi pantai. Adapun perubahan garis pantai secara alami dapat terjadi karena beberapa faktor alam seperti kekuatan aliran sungai, gelombang air laut, maupun arus laut yang bekerja bersama di kawasan pesisir. Perubahan garis pantai dapat berbentuk penambahan daratan baru atau pengurangan daratan seperti yang terjadi di sepanjang pantai. 5.1.4 Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Pelayanan Umum di Kawasan Pesisir Kota Kupang Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang menimbulkan banyak permasalahan. Salah satu permasalahan yang kerap muncul adalah menurunnya kualitas kenyamanan dan pelayanan umum seiring dengan peningkatan pembangunan dalam kawasan tersebut. Atas dasar tersebut maka perlu untuk melihat penilaian masyarakat terhadap perubahan yang dialami oleh kawasan pesisir dari tahun 1990,an hingga tahun 2013. Dasar pemilihan tahun tersebut disesuaikan dengan hasil analisis dinamika perubahan penggunaan lahan sebelumnya yang diawali dengan tahun yang sama. Masyarakat yang dipilih merupakan masyarakat pesisir yang telah bermukim kurang lebih 20 tahun pada kawasan tersebut sehingga data atau informasi yang diperoleh lebih valid. Faktor kenyamanan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan dalam mengukur dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kenyamanan di suatu kawasan. Kenyamanan dibagi dalam beberapa faktor penilaian yaitu, kualitas air minum, kondisi drainase, kesegaran udara, keamanan, tempat bermain, kondisi sanitasi, kepadatan lalu lintas, infrastruktur jalan raya, kepadatan dan penaatan bangunan dan kondisi jalur hijau sempadan pantai serta ruang terbuka hijau. Kondisi kenyamanan di kawasan pesisir Kota Kupang dari tahun ketahun mengalami perubahan seiring dengan peningkatan perubahan penggunaan lahan di kawasan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 faktor kenyamanan yang kondisinya berubah antara lain; kondisi drainase, kesegaran udara, fasilitas tempat bermain anak, kondisi sanitasi, kepadatan bangunan dan kondisi ruang terbuka hijau RTH. Keseluruhan penilaian masyarakat pesisir tentang perbaikan wilayah pesisir Kota Kupang tersaji dalam Gambar 34. 87 Gambar 34 Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Perbaikan Wilayah Pesisir Kota Kupang Gambar 34 menunjukkan lebih dari sebagian besar responden menyatakan bahwa dari tahun 1990,an hingga tahun 2013 kondisi kenyamanan tersebut mengalami penurunan kualitasnya. Bahkan beberapa faktor kenyamanan yang sangat vital di kawasan pesisir seperti drainase, sanitasi, kepadatan bangunan, ruang terbuka hijau termasuk didalamnya jalur hijau sempadan pantai dan hutan bakau dari tahun ketahun semakin menurun kualitasnya bahkan tidak berfungsi lagi. Penilaian masyarakat terhadap pelayanan umum bertujuan untuk melihat seberapa besar dinamika perubahan penggunaan lahan berdampak terhadap kualitas peningkatan pelayanan umum di kawasan pesisir Kota Kupang. Pelayanan umum terdiri dari 8 faktor penilaian antara lain; pelayanan kartu tanda penduduk KTP, ijin membangun IMB, akta tanah, pelayanan air minum PDAM, pengangkutan sampah, pelayanan listrik PLN, kesehatan dan pendidikan. Penilaian masyarakat pesisir terhadap pelayanan umum beragam. 6 dari 8 faktor pelayanan umum yang dinilai, menurut masyarakat sekitar kawasan pesisir Kota Kupang pelayanannya semakin baik dari beberapa tahun sebelumnya. Namun terdapat 2 faktor yang pelayanannya sulit yaitu; ijin lokasi membangun atau IMB dan pelayanan pengangkutan sampah. Hasil analisis penilaian masyarakat terhadap pelayanan umum yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang disajikan dalam Gambar 35. Ju m la h R e spo n de n Ji wa 88 Gambar 35 Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Pelayanan Umum Sejumlah 66 responden dari 100 responden menjawab bahwa dibandingkan pada tahun 1990-an pengurusan IMB beberapa tahun terakhir cukup sulit. Gambar 35. Hal tersebut terkait dengan peraturan pemerintah setempat serta konsep waterfront city yang mengarahkan pembangunan disekitar kawasan pesisir menghadap ke laut, sehingga beberapa bangunan tua yang sudah rubuh tidak diperkenankan lagi untuk dibangun, karena sebagian besar bangunan tua yang ada di Kecamatan Kota Lama sebagian besar membelakangi pantai. Pelayanan pengangkutan sampah di kawasan pesisir semakin menurun pelayanannya, hal tersebut berdasarkan hasil penilaian masyarakat yang menyatakan bahwa pelayanan sampah di tempat mereka saat ini kurang baik dan tidak lancar bahkan tidak ada pelayanan sampah sama sekali. Terdapat 96 responden yang menyatakan bahwa akibat pelayanan pengangkutan sampah yang kurang baik dan lancar ditempatnya sehingga sampah-sampah tersebut sebagiannya dibuang langsung ke laut. 5.2 Pola Interaksi antara Perubahan Penggunaan Lahan, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Peningkatan Sampah di Kawasan Pesisir Kota Kupang dengan Pendekatan Sistem

5.2.1 Identifikasi Sistem Kawasan Pesisir

Kawasan pesisir secara umum merupakan kawasan yang memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi dan juga rentan terhadap gangguan yang dapat mempengaruhi lingkungan dan ekosistemnya. Salah satu persoalan yang kerap muncul pada kawasan pesisir antara lain, meningkatnya pembangunan pada kawasan tersebut seperti permukiman dan sarana penunjang pariwisata lainnya yang dengan sendirinya akan menekan jumlah ketersediaan lahan pada kawasan tersebut sehingga lama kelamaan akan semakin padat dan menimbulkan permasalahan. 89 Kota kupang mengawali perkembangan kotanya pada kawasan pesisirnya, sehingga berbagai macam aktivitas berlangsung pada kawasan tersebut yaitu, perdagangan dan jasa serta aktivitas perekonomian lainnya. Keberadaan permukiman pada kawasan tersebut sudah ada sejak lama namun tidak sepadat sekarang. Dalam beberapa tahun terakhir kawasan pesisir Kota Kupang sedang giatnya melakukan kegiatan pembangunan, baik itu hotel dan restoran maupun permukiman, baik yang masih tahap perencanaan maupun yang sudah berjalan. Dari hasil pengamatan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa lahan di pesisir Kota Kupang sebagiannya sudah dimiliki oleh para pengembang untuk dijadikan lahan permukiman. Pada tahun 2013 wajah pesisir Kota Kupang sudah banyak mengalami perubahan, terutama perubahan bentuk lahan, hal tersebut dapat dilihat dari bangunan-bangunan yang mulai kawasan tersebut antara lain, permukiman, industri, perdagangan dan jasa serta utilitas lainnya seperti pendidikan, hotel, supermarket, pasar dan lain sebagainya. Perubahan penggunaan lahan pada suatu kawasan memiliki korelasi positif dengan tingginya pertumbuhan penduduk pada kawasan tersebut. Peningkatan jumlah penduduk kota merupakan gambaran atau cerminan adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingginya kebutuhan lahan terbangun pada kawasan pesisir secara perlahan akan mengurangi ruang terbuka hijaunya RTH dan akan mengurangi kenyamanan lingkungannya. Sebagai jalur hijau sempadan pantai seharusnya kawasan pesisir bebas dari bangunan, namun dalam perkembangannya kawasan ini dijadikan sebagai obyek penunjang pariwisata dan berkembang dengan pesat tanpa terlebih dahulu memperhitungkan secara matang mengenai dampak dan kerugian yang ditimbulkan oleh pembangunan dan pengembangan yang akan dilakukan. Dampak lainnya adalah kawasan tersebut akan menjadi kawasan yang kumuh serta tidak sedap untuk dipandang mata. Kegiatan pada kawasan pesisir Kota Kupang semakin lama akan semakin padat seiring dengan perkembangannya, sehingga pengelolaan sampah pada kawasan tersebut menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh pemerintah dan stakeholder, karena elemen sampah merupakan salah satu elemen yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang membutuhkan lahan sebagai tempat melaksanakan berbagai macam kegiatan. Tingginya perubahan penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang tentu saja akan memberikan dampak yang luas bagi kawasan itu sendiri. Kondisi lingkungan yang sudah tidak bisa lagi menampung berbagai macam kegiatan yang terdapat pada kawasan tersebut salah satunya adalah jumlah sampah yang juga ikut meningkat, dan jika tidak didukung oleh sistem pengelolaan sampah yang memadai tentu saja akan menimbulkan permasalahan yang sangat serius. Sistem pembentuk lingkungan kawasan pesisir dalam kajian ini sangat dipengaruhi oleh dua komponen utama yaitu komponen fisik dan non- fisik yang keduanya memiliki hubungan yang saling berkaitan. Permukiman merupakan salah satu komponen fisik yang memberikan pengaruh terhadap komponen lainnya misalnya jumlah penduduk. Dalam rangka menyusun pemodelan dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir Kota Kupang, maka dibentuk 2 dua buah sub sistem yang bertujuan mempresentasikan permasalahan penggunaan lahan yang terjadi, sub sistem-sub sistem tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain dan memberikan hubungan