Struktur Dinamika Penggunaan Lahan di Kawasan Pesisir Kota
71
G am
ba r 28
P et
a P engg
unaa n
L aha
n di P es
is ir K
ot a
K upang
T ahun
199 9
72
G am
ba r 29 P
et a P
engg una
an L
aha n di
P es
is ir K
ot a
K upa
ng T
ahun 2006
73
G am
ba r 30 P
et a P
engg una
an L
aha n di
P es
is ir K
ot a
K upa
ng T
ahun 2013
74 Hasil analisis menunjukkan bahwa di pesisir Kota Kupang telah
mengalami perkembangan dan pertumbuhan daerah perkotaan yang cukup pesat. Dinamika perubahan penggunaan lahan terlihat nyata pada hampir semua jenis
penggunaan lahan. Pada Tabel 12 diketahui bahwa luas total penggunaan lahan pada kawasan pesisir Kota Kupang sebesar 3.163,48 ha. Dalam kurun waktu 14
tahun 1999
– 2013 jenis penggunaan lahan yang paling dominan atau memiliki jumlah luasan terbesar dari penggunaan lahan lain adalah permukiman sedangkan
penggunaan hutan bakau, ladangtegalanbelukar dan sawah cenderung menurun. Sementara untuk jenis penggunaan lahan yang lainnya seperti hutan kota dan
tanah kosong mengalami fluktuasi. Pada tahun 1999 luas penggunaan lahan hutan kota hanya 255,09 ha dan meningkat pada tahun 2006 menjadi 650,41 ha, namun
memasuki tahun 2013 luasannya kembali menurun menjadi 530,85 ha, sementara jenis penggunaan lahan tanah kosong pada tahun 1999 luasnya 103,81 ha
kemudian meningkat pesat pada tahun 2006 menjadi 407,72 ha, namun memasuki tahun 2013 luasannya mengalami penurunan sehingga tersisa 362,59 ha. Khusus
perairantubuh air selama periode tahun 1999
– 2013 cenderung mengalami peningkatan, meski tidak signifikan pengembangan luas penggunaan lahan
tersebut diduga berkaitan dengan berkurangnya luas penggunaan lahan hutan bakau pada kawasan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat
pesisir menunjukkan bahwa populasi hutan bakau yang ada pada kawasan pesisir Kota Kupang khususnya yang berada di kecamatan Kelapa Lima di tebang untuk
dimanfaatkan kayunya dan sebagai tempat kegiatan olah raga motor dan mobil off road. Hal tersebut merupakan penyebab berkurangnya luas penggunaan
lahan hutan bakau di pesisir Kota Kupang.
Persentase luas lahan masing-masing jenis penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang pada tahun 1999 berbeda-beda. secara berurutan jenis penggunaan
ladangtegalan menempati urutan pertama sebesar 70,66 2.235,45 ha, kemudian permukiman 14,95 473,00 ha, hutan kota 8,06 255,09 ha, tanah
kosong 3,28 103,81 ha, perairantubuh air 1,82 57,61 ha, sawah 0,62 19,54 ha, dan terakhir adalah hutan bakau 0,60 18,96.
Berbeda dengan tahun sebelumnya 1999 pada tahun 2006 atau 7 tahun kemudian, menunjukkan bahwa pertumbuhan penggunaan lahan permukiman dan
bangunan lainnya menjadi 2 kali lipat dari 14,95 473,00 ha pada tahun 1999 menjadi 34,71 1.098,12 ha pada tahun 2006, sebaliknya terjadi penyusutan
secara signifikan pada lahan untuk ladangtegalanbelukar dari 70,66 2.235,45 ha pada tahun 1999 hingga tersisa menjadi 28,87 913,23 ha pada tahun 2006.
Selanjutnya jenis penggunaan lahan yang mengalami peningkatan antara lain, hutan kota 20,56 650,41 ha, tanah kosong 12,89 407,72 ha, perairantubuh
air 1,95 61,68 ha, sedangkan jenis penggunaan lahan yang mengalami penurunan antara lain hutan bakau 0,45 14,26 ha dan sawah 0,57 18,05 ha.
Perkembangan penggunaan lahan pada tahun 2013 menunjukkan bahwa luas lahan permukiman terus mengalami peningkatan sebesar 48,56 1.536,34
ha atau naik menjadi 14 dari tahun 2006. Jenis penggunaan lahan lainnya yang mengalami penyusutan pada tahun 2013 diantaranya ladangtegalanbelukar
sebesar 9 259,24 ha, hutan kota sebesar 5 119,55 ha dari tahun 2006 dan tanah kosong sebesar 2 45,13 ha kemudian jenis penggunaan lahan hutan
bakau tersisa menjadi 0,23 7,07 ha.
75 Secara umum terlihat bahwa perkembangan permukiman di kawasan pesisir
Kota Kupang terus mengalami peningkatan, begitu pula dengan penggunaan lahan tanah kosong yang juga meningkat. Meningkatnya luas lahan tanah kosong pada
tahun 2000 - 2009 di kawasan pesisir Kota Kupang disebabkan oleh meningkatnya alih fungsi lahan kebun Aren Tuak secara besar-besaran
dibeberapa kelurahan pesisir, antara lain kelurahan Namosain, Oesapa dan Lasiana. Kondisi tanah kosong yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang sudah
dimiliki oleh para investor yang kapan saja siap untuk dibangun menjadi lahan permukiman. Kondisi pengunaan lahan hutan kota juga mengalami peningkatan,
meski sempat mengalami penurunan pada tahun 2013 namun luas lahannya masih sangat mencukupi. Kategori hutan kota yang ada pada umumnya merupakan jenis
hutan kota alami, sedangkan hutan kota yang dibangun oleh pemerintah setempat secara resmi belum ada. Dinamika perubahan penggunaan lahan di kawasan
pesisir Kota Kupang multiwaktu disajikan dalam Gambar 31.
Gambar 31 Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999
– 2013 Dinamika dan arah perubahan penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota
Kupang cenderung bersifat irreversible artinya bahwa setiap perubahan yang terjadi dari fungsi awalnya akan sulit untuk kembali seperti semula. Seandainya
usaha untuk mengambalikan fungsinya pada penggunaan awal, maka akan memerlukan energi yang besar untuk mengatasinya seperti biaya, waktu dan juga
akan memicu terjadinya konflik sosial dan budaya.
Indikator perkembangan suatu wilayah dapat juga diukur dari tumbuh cepatnya ruang terbangun atau permukiman. Begitu pula dengan yang sedang
dialami oleh kawasan pesisir Kota Kupang, dimana tingkat perkembangan permukimannya meningkat cukup signifikan dalam kurun waktu 14 tahun 1999 -
2013. Indikator lain yang merupakan bagian dari perkembangan wilayah antara lain terjadinya penurunan luas penggunaan lahan sawah atau lahan pertanian, dan
tanah kosong yang dikonversi menjadi permukiman dan penggunaan yang lain dengan tujuan untuk perkembangan wilayah.
18.96 ha 14.26 ha
7.19 ha
255.09 ha 650.41 ha
530.85 ha
2235.45 ha 913.23 ha
653.99 ha
473.00 ha 1098.12 ha
1536.34 ha
57.61 ha 61.68 ha
65.04 ha
19.54 ha 18.05 ha
7.47 ha
103.81 ha 407.72 ha
362.59 ha
1999 2006
2013
Tanah Kosong Sawah
Perairantubuh air Pemukiman
Ladangtglnbkr Hutan Kota
T ah
u n
76 Pada peta penggunaan lahan Gambar 28, 29 dan 30 terlihat bahwa
penyebaran jenis penggunaan lahan permukiman hampir merata pada ketiga kecamatan di pesisir Kota Kupang yaitu Kecamatan Alak, Kecamatan Kota Lama
dan Kecamatan Kelapa Lima, namun kepadatan permukiman lebih dominan pada Kecamatan Kota Lama dan Kelapa Lima karena merupakan pusat aktivitas
perdagangan dan jasa.
Proporsi penggunaan lahan ladangtegalanbelukar secara spasial dominan pada kecamatan Alak, kemudian yang kedua pada kecamatan Kelapa Lima
sedangkan pada Kecamatan Kota Lama sangat kecil. Meski penggunaan lahan ladangtegalan terus mengalami penurunan, namun kondisi wilayah pada
kecamatan Alak masih memadai atau masih terdapat ruang, sehingga sampai kini masih terdapat ladangtegalan, meski kondisinya semakin sedikit sebagai akibat
dari perkembangan yang dialami oleh Kota Kupang.
Penjelasan sebelumnya bahwa kondisi hutan kota yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang merupakan jenis hutan kota alami atau yang tumbuh secara
alami dan secara spasial penyebarannya dominan terletak pada kecamatan Alak, kemudian kecamatan Kelapa Lima dan yang terakhir pada kecamatan Kota Lama.
Hutan kota terdiri dari pupulasi pohon yang khas tepi pantai yaitu pohon lontar atau pohon tuak dan jenis pohon lainnya.
Kondisi jenis penggunaan lahan tanah kosong jika dilihat dari penyebarannya secara spasial dominan pada kecamatan Alak, dan sebagian pada
kecamatan Kelapa Lima, sedangkan di kecamatan Kota Lama persentase sangat sedikit. Dari hasil wawancara dengan masyarakat pesisir sebagian besar
menyatakan bahwa kondisi penggunaan lahan tanah kosong meningkat akibat dari berubahnya penggunaan lahan tegalanladangbelukar menjadi tanah kosong.
Kondisi penggunaan lahan tanah kosong di kawasan pesisir sebagian besar akan dibangun infrastruktur penunjang pariwisata.
Jenis penggunaan lahan perairantubuh air lebih dominan adalah laut . Pada penggunaan lahan tubuh air seperti sungai sangat berpengaruh terhadap
keadaan musim di Kota Kupang yang cenderung memiliki musim kemarau yang sangat panjang sehingga dengan sendirinya akan mempengaruhi jumlah debit air
yang dimiliki bahkan sampai mengering. Kondisi tubuh air yang ada dipesisir Kota Kupang pada umumnya penyebarannya merata pada ketiga kecamatan
Kecamatan Alak, Kelapa Lima dan Kota Lama sedangkan untuk tubuh air sungai hanya berada pada Kecamatan Kota Lama dan Kelapa Lima.
Penggunaan lahan berikutnya adalah sawah, dimana sepanjang tahun 1999 – 2013 terus mengalami dinamika dalam luasannya dan terus mengalami
penurunan. Secara spasial kondisi jenis penggunaan lahan sawah dominan terletak pada Kecamatan Kelapa Lima, letak penggunaan lahan sawah cenderung
berdekatan dengan aliran sungai atau DAS.
Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah hutan bakau. Keberadaan hutan bakau atau mangrove pada kawasan pesisir merupakan bagian yang tidak
dapat dipisahkan dari kawasan pesisir dan merupakan ciri khas suatu wilayah pesisir. Dengan adanya pengembangan Kota Kupang pada kawasan pesisirnya
yang pesat tentu saja akan mempengaruhi keadaan lingkungan kawasan tersebut dan memberikan dampak serta tekanan terhadap luas penggunaan lahan hutan
bakau di kawasan tersebut. Dari hasil analisis dapat diambil kesimpulan bahwa luas penggunaan lahan hutan bakau kondisinya cenderung terus menurun dan
77 terancam punah. Secara spasial dapat terlihat bahwa penyebaran penggunaan
lahan hutan bakau dominan hanya pada Kecamatan Kelapa Lima, khususnya di kelurahan Oesapa.
5.1.2
Kecenderungan Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999
– 2013
Gambaran dinamika luas perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang yang terjadi selama periode tahun 1999
– 2006 dan periode tahun 2006 – 2013 disajikan dalam Gambar 32. Pada periode tahun 1999
– 2006 jenis penggunaan lahan yang mengalami kecenderungan penurunan terbesar adalah
ladangtegalanbelukar yakni sebesar 1.322,21 ha. Tabel 13. Penurunan yang terjadi pada jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar dalam periode tahun
tersebut disebabkan oleh tingginya alih fungsi lahan tersebut menjadi lahan kosongtanah kosong dan sebagiannya lagi menjadi permukiman. Perubahan
penggunaan lahan ladangtegalanbelukar menjadi tanah kosong disebabkan oleh faktor musim kemarau yang sangat panjang di Kota Kupang, yang membuat
sumber air menjadi sulit sehingga sebagian masyarakat memilih untuk menjual dan mencari sumber mata pencaharian yang lain. Hal tersebut menyebabkan
sebagian lahan tersebut dialih fungsikan menjadi permukiman dan hingga kini sedang marak terjadi di pesisir Kota Kupang. Angka penurunan luas penggunaan
lahan ladangtegalanbelukar pada periode ini merupakan penurunan tertinggi, dimana pada tahun 1999 tercatat penggunaan lahan ini seluas 2.235,45 ha
kemudian menurun siginifikan pada tahun 2006 sehingga tersisa 913,23 ha.
Memasuki periode 2006 – 2013 luas lahan ladangtegalanbelukar terus
mengalami penurunan, yakni sebesar 259,24 ha, meskipun penurunan yang terjadi pada tahun tersebut tidak sebesar pada periode tahun 1999
– 2006 namun tidak menutup kemungkinan jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar di pesisir
Kota Kupang akan terus mengalami penyusutan bahkan akan terancam habis. Penurunan luas lahan ladangtegalanbelukar yang berlangsung secara terus-
menerus diakibatkan oleh tingginya konversi lahan yang sedang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang, bahkan dalam beberapa tahun terakhir sampai pada
waktu pengambilan data dan hasil pengecekan dilapangan didapati bahwa pesisir Kota Kupang yang dulunya merupakan kawasan jalur hijau atau kawasan yang
bebas bangunan kini sudah mulai di padati oleh permukiman dan bangunan lainnya. Meskipun penyebaran penggunaan ladangtegalanbelukar dominan
berada pada kecamatan Alak dan Kelapa Lima namun luasannya sudah sangat sedikit. Pada kecamatan Alak tepatnya di kelurahan Namosain akan segera
dibangun perumahan ekslusif dan lokasi yang digunakan merupakan populasi pohon nira atau lontar yang merupakan populasi pohon khas tepi pantai Kota
Kupang. Sebelumnya sebagian besar masyarakat di pesisir pantai memanfaatkan buah pohon tersebut untuk diolah menjadi gula lempeng.
78
a b
Gambar 32 Dinamika Luas Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota
Kupang Periode Tahun, a 1999 – 2006 dan b 2006 - 2013
Dalam Gambar 32 juga dapat di lihat kecenderungan pertambahan berbagai jenis penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang selama periode tahun
1999 – 2013. Pada awal periode tahun 1999 – 2006 grafik jenis penggunaan
lahan permukiman menunjukkan peningkatan yang nyata, dimana pada tahun 1999 luas lahannya tercatat 473,00 ha 14,95 dan meningkat menjadi 1.536,34
ha 34,71 pada tahun 2006. Peningkatan tersebut mencapai tiga kali lipat besarnya dari tahun sebelumnya 1999. Tingginya peningkatan luas penggunaan
lahan permukiman di akibatkan selama periode tahun tersebut Kota Kupang sudah mulai mengalami pengembangan dan pembangunan, terutama ke arah kawasan
pesisirnya. Terkonsentrasinya sektor ekonomi, perdagangan dan jasa di pesisir Kota Kupang menjadi salah satu penyebab terjadinya peningkatan lahan
permukiman di kawasan tersebut, faktor lain yang memiliki korelasi dengan tingginya permintaan lahan permukiman adalah jumlah penduduk. Peningkatan
jumlah penduduk di suatu wilayah akan berpengaruh positif terhadap permintaan akan lahan untuk permukiman dan bangunan lainnya. Kondisi di lapangan
menunjukkan bahwa beberapa lahan kosong yang terdapat di pesisir Kota Kupang sudah dimiliki oleh investor dan sebagian sudah dalam tahap pengembangan
perumahan. Pada periode tahun 2006
– 2013 jenis penggunaan lahan permukiman terus mengalami peningkatan, meskipun tidak sebesar periode sebelumnya,
namun penambahan luas lahan permukiman ini tergolong cukup besar. Grafik penggunaan lahan permukiman terus mengalami peningkatan yang signifikan dan
sebaliknya terjadi penurunan yang signifikan pada penggunaan lahan ladangtegalanbelukar.
Pengembangan Kota Kupang khususnya pada kawasan pesisirnya akan terus mengalami peningkatan. Melalui kebijakan pemerintah setempat yang diatur
dalam Perda Kota Kupang No. 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Kota Kupang bahwa pada kawasan pesisir Kota Kupang ditetapkan
sebagai kawasan pengembangan
pariwisata, sehingga di perbolehkan pembangunan fasilitas pariwisata seperti hotel, restoran dan penunjang pariwisata
lainnya. Konsekuensinya kondisi pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2013 mengalami dinamika dalam penggunaan lahannya baik itu pertambahan
dan pengurangan dari masing-masing jenis penggunaan lahan yang terdapat pada kawasan tersebut. Secara empiris dapat dibuktikan bahwa pada periode tersebut
79 telah terjadi pertumbuhan pembangunan yang paling pesat di Kota Kupang dan
khususnya pada kawasan pesisirnya. Hal ini dapat dilihat dan diamati dari laju peningkatan penggunaan lahan permukiman yang semakin meluas pada periode
tahun yang diamati 1999 – 2013
Tabel 13 menunjukkan laju dinamika perubahan penggunaan lahan pertahun yang sedang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang selama periode
tahun 1999 – 2013. Pada awal periode tahun 1999 – 2006, laju penurunan
penggunaan lahan ladangtegalan sebesar 188,89 hatahun, kemudian memasuki periode tahun 2006
– 2013 laju penurunan penggunaan lahannya lebih kecil dibandingkan dengan periode sebelumnya yaitu sebesar 37,03 hatahun. Selama
periode tahun 1999 – 2006 menunjukkan bahwa area terbangun seperti
permukiman dan bangunan lainnya mengalami peningkatan yang siginifikan dan merupakan peningkatan tertinggi dibandingkan dengan periode tahun 2006
– 2013. Meski dalam periode ini peningkatan luas lahan permukiman tidak terlalu besar,
namun sangat memberikan dampak yang besar, karena pada tahun 2011 fokus pengembangan kota mengarah pada pesisir yang tentu saja semakin memberikan
tekanan terhadap luas lahan di pesisir.
Pada periode tahun 1999 – 2006 laju peningkatan penggunaan lahan
terjadi pada 2 jenis penggunaan lahan lainnya, secara berurutan yakni, hutan kota dan tanah kosong dengan masing-masing laju perubahannya, 56,47 hatahun dan
43,42 hatahun. Kondisi ini berbeda dengan yang terjadi pada periode tahun 2006 – 2013, dimana masing-masing jenis penggunaan lahan tersebut mengalami
penurunan yang cukup nyata. Tabel 13. Tabel 13 Luas dan Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang
Periode Tahun 1999 – 2013
Penggunaan Lahan
Perubahan Tahun 1999 – 2006
Perubahan Tahun 2006 – 2013
Luas ha
LajuThnhaThn Luas
ha LajuThnhaThn
Hutan Bakau -4,70
-0,67 -7,07
-1,01 Hutan Kota
395,31 56,47
-119,55 -17,08
Ladangtglnbkr 1.322,21
188,89 -259,24
-37,03 Pemukiman
625,11 89,30
438,22 62,60
Perairantubuh air 4,07
0,58 3,36
0,48 Sawah
-1,49 -0,21
-10,59 -1,51
Tanah Kosong 303,91
43,42 -45,13
-6,45
Jenis penggunaan lahan permukiman dalam periode tersebut terus mengalami peningkatan dengan laju perubahan 62,60 hatahun, sedangkan jenis
penggunaan lahan
lainnya mengalami
penurunan antara
lain, ladangtegalanbelukar,
hutan kota
dan tanah
kosong. Hal
tersebut mengindikasikan bahwa dalam periode tersebut terjadi alih fungsi lahan yang
cukup besar. Khusus untuk jenis penggunaan lahan perairantubuh air luasnya cenderung tetap meski terjadi penurunan tetapi tergolong kecil perubahannya.
Laju perubahan penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang disajikan dalam Gambar 33.
80
Gambar 33 Laju Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode Tahun 1999
– 2006 dan Periode Tahun 2006 – 2013 Gambar 33 menggambarkan dinamika laju perubahan penggunaan lahan.
Jenis penggunaan lahan permukiman paling dominan peningkatannya dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Pada periode tahun 1999
– 2006 areal permukiman mengalami perkembangan secara merata pada 3
kecamatan yakni kecamatan Kelapa Lima, Kota lama dan Alak, dan memasuki periode tahun 2006
– 2013 areal permukiman terus mengalami perkembangan yang lebih dominan dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya.
Khusus untuk kecamatan Kelapa Lima dan Alak pada periode ini mengalami transisi penggunaan lahan cukup besar di kawasan pesisirnya, dimana sebagian
lahannya telah di bangun beberapa bangunan penunjang pariwisata seperti hotel, restoran dan rencana pembangunan areal permukiman ekslusif.
5.1.3
Pola Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Tahun 1999
– 2013
Fenomena dinamika perubahan penggunaan lahan antar periode tahun 1999
– 2013 menunjukkan bahwa arah perubahan penggunaan lahan dari ladangtegalan menjadi permukiman dapat terjadi secara langsung dan tidak
langsung. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa bekas lahan ladangtegalanbelukar yang akan dialih fungsikan menjadi lahan
permukiman Gambar 14.
Dinamika pola perubahan penggunaan lahan terjadi hampir pada semua kelas penggunaan lahan, sedangkan 2 jenis penggunaan lahan lainnya tidak
mengalami perubahan yakni jenis penggunaan lahan permukiman dan Perairantubuh air, atas dasar tersebut maka perlu untuk dilihat proses perubahan
suatu jenis penggunaan lahan menjadi penggunaan lahan lainnya dalam setiap tahun yang diamati dan kecenderungan suatu pola perubahan penggunaan lahan
dalam jangka waktu tertentu.
Untuk melihat proses perubahan demi perubahan yang terjadi diantara jenis penggunaan lahan yang diamati dapat ditempuh dengan matrik perubahan
penggunaan lahan sehingga dapat dibandingkan masing-masing 3 titik tahun
-50 50
100 150
200 250
Hutan Bakau Hutan Kota
Ladangtglnbkr Permukiman
Perairantbh air Sawah
Tanah Kosong
Laju Perubahan Tahun 1999 - 2006 Laju Perubahan Tahun 2006 - 2013
ha Luas
Je ni
s Pe
n ggu
n aa
n L
a h
a n
81 tersebut. Dalam penelitian ini matrik perubahan penggunaan lahannya terbagi
dalam 2 periode yakni, matrik perubahan penggunaan lahan periode tahun 1999 –
2006 dan periode tahun 2006 – 2013 yang masing-masing disajikan dalam Tabel
14 dan Tabel 15. Tabel 14 Matrik Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode
Tahun 1999 – 2006
Perubahan Penggunaan Lahan
1999 – 2006
Luas Tahun 2006 ha Jumlah
Tahun 1999
ha
HB HK
LTB PMK
TBHair SWH
TK
L u
as T
ah u
n 1
9 9
9 h
a Hutan Bakau HB
14,26 -
- 1,08
3,53 -
0,09 18,96
Hutan Kota HK -
178.10 17.43
33,61 -
- 25,95
255,09 Ladangtglnbkr
LTB -
417.48 895.02
586,15 4,03
332,77 2.235,45
Permukiman PMK
- -
- 473,00
- -
- 473,00
PerairanTubuh Air TBHair
- -
- -
57,61 -
- 57,61
Sawah SWH -
8,89 0,79
4,28 0,54
4,78 0,27
19,54 Tanah Kosong
TK -
45,93 -
- -
9,24 48,64
103,81 Jumlah Tahun
2006 14,26
650,41 913,23
1.098,12 61,68
18,05 407,72
3.163,48
Berdasarkan Tabel 14 dapat dilakukan analisa kecenderungan pola perubahan suatu jenis penggunaan lahan ke penggunaan lahan lainnya yang terjadi
pada kawasan pesisir Kota Kupang selama periode tahun 1999 – 2006. Dalam
proses berjalan masing-masing penggunaan lahan yang terdapat di kawasan tersebut mengalami perubahan seiring dengan pengembangan kawasan perkotaan.
Berdasarkan tabel matrik perubahannya terdapat 2 dua jenis penggunaan lahan yang tidak mengalami perubahan menjadi jenis penggunaan lahan lain yaitu jenis
penggunaan lahan permukiman 473,00 ha dan perairantubuh air 57,61 ha, sedangkan 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya mengalami perubahan.
Secara berurutan jenis penggunaan lahan hutan bakau yang luasnya 18,96 ha di tahun 1999, berubah menjadi permukiman 1,08 ha, perairantubuh air 3,53
ha dan tanah kosong 0,09 ha. Jenis penggunaan lahan hutan bakau pada tahun 2006 berkurang menjadi 14,26 ha.
Jenis penggunaan lahan hutan kota pada tahun 1999 luasnya adalah 255,09 ha, kemudian mengalami perubahan menjadi ladangtegalanbelukar 17,43 ha,
permukiman 33,61 ha, dan tanah kosong 25,95 ha. Sedangkan luas penggunaan lahan hutan kota yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2006
adalah sebesar 178,10 ha.
Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar memiliki luas terbesar pada tahun 1999 yaitu sebesar 2.235,45 ha, kemudian mengalami perubahan pada
tahun 2006 menjadi hutan kota 417,48 ha, permukiman tertinggi 586,15 ha, sawah 4,03 ha dan yang terakhir berubah menjadi tanah kosong 332,77 ha,
sehingga pada tahun 2006 luas jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar yang masih tetap pada bentuknya adalah sebesar 895,02 ha.
82 Luas jenis penggunaan lahan sawah pada tahun 1999 sebesar 19,54 ha,
kemudian mengalami perubahan pada tahun 2006. Perubahan-perubahan tersebut antara lain, hutan kota 8,89 ha, ladangtegalanbelukar 0,79 ha, permukiman
4,28 ha, perairantubuh air 0,54 ha dan terakhir menjadi tanah kosong 0,27 ha, sedangkan pada tahun 2006 jenis penggunaan lahan sawah yang tidak mengalami
perubahan adalah sebesar 4,78 ha.
Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah tanah kosong dimana pada tahun 1999 luas lahannya adalah 103,81 ha, kemudian pada tahun 2006
penggunaan lahan ini hanya mengalami perubahan menjadi 2 dua jenis penggunaan lahan lainnya yakni, hutan kota 45,93 ha dan sawah 9,24 ha,
sedangkan luas penggunaan lahan tanah kosong yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2006 adalah sebesar 48,64 ha. Dinamika perubahan penggunaan lahan
pada kawasan pesisir Kota Kupang selanjutnya juga terjadi pada periode tahun 2006 - 2013 seperti disajika pada Tabel 15.
Tabel 15 Matrik Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang Periode
Tahun 2006 - 2013
Perubahan Penggunaan Lahan
2006 - 2013 Luas Tahun 2013 ha
Jumlah Tahun
2006 ha
HB HK
LTB PMK
TBHair SWH
TK
L u
as T
ah u
n 2
6 h
a Hutan Bakau HB
7,19 4,77
- 0,63
1,67 -
- 14,26
Hutan Kota HK -
445,84 61,07
140,70 0,18
2,63 -
650,41 Ladangtglnbkr
LTB -
69,88 592,57
250,38 0,08
0,33 -
913,23 Permukiman PMK
- -
- 1.098,12
- -
- 1.098,12
PerairanTubuh Air TBHair
- -
- -
61,68 -
- 61,68
Sawah SWH -
4,50 0,36
6,44 0,71
3,88 2,16
18,05 Tanah Kosong TK
- 5,86
- 40,07
0,73 0,63
360,43 407,72
Jumlah Tahun 2013 7,19
530,85 653,99
1.536,34 65,04
7,47 362,59
3.163,48
Tabel 15 menunjukkan pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi selama periode tahun 2006
– 2013. Seperti halnya pada periode sebelumnya 1999 - 2006 pada periode tahun 2006
– 2013 jenis penggunaan lahan permukiman dan perairantubuh air juga tidak mengalami perubahan atau tetap pada bentuk aslinya.
Jenis penggunaan lahan lainnya mengalami perubahan menjadi penggunaan lahan lain. Secara berurutan jenis penggunaan lahan hutan bakau pada tahun 2006
memiliki luas 14,26 ha, memasuki tahun 2013 atau 7 tahun kemudian jenis penggunaan lahan ini mengalami perubahan menjadi lahan hutan kota 4,77 ha,
permukiman 0,63 ha dan yang terakhir berubah menjadi perairantubuh air 1,67 ha. Pada tahun 2013 hanya 7,19 ha luas jenis penggunaan lahan hutan bakau yang
tidak mengalami perubahan.
Jenis penggunaan lahan hutan kota pada tahun 2006 memiliki luas 650,41 ha kemudian mengalami perubahan pada tahun 2013 diantaranya menjadi
ladangtegalanbelukar 61,07 ha, perubahan menjadi permukiman adalah yang tertinggi yakni sebesar 140,70 ha, perairantubuh air 0,18 ha dan sawah 2,63 ha.
83 Luas lahan hutan kota yang tidak berubah pada tahun 2013 hanya tersisa 445,84
ha. Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar yang luasnya 912,23 ha,
ternyata mengalami perubahan pada tahun 2013, dengan total luas lahan yang berubah adalah 319,66 ha yang terbagi dalam 4 empat jenis penggunaan lahan
lainnya yakni, hutan kota 69,88 ha, permukiman tertinggi 250,38 ha, perairantubuh air 0,08 ha dan sawah 0,33 ha. Luas penggunaan lahan
ladangtegalanbelukar yang tidak mengalami perubahan pada tahun 2013 adalah 592.57 ha. Luas lahan yang tersisa lebih dominan berupa semak belukar.
Jenis penggunaan lahan sawah yang luasnya 18,05 ha pada tahun 2006, mengalami perubahan pada tahun 2013 menjadi 5 lima jenis penggunaan lahan
lainnya yaitu, hutan kota 4,50 ha, ladangtegalanbelukar 0,36 ha, permukiman 6,44 ha, perairantubuh air 0,71 ha dan menjadi tanah kosong 2,16 ha. Luas
penggunaan lahan sawah yang tidak berubah pada tahun 2013 hanya 3,88 ha.
Jenis penggunaan lahan yang terakhir adalah tanah kosong, dimana pada tahun 2006 memiliki luas 407,72 ha, kemudian pada tahun 2013 berubah menjadi
5 lima jenis penggunaan lahan lainnya dengan total luas perubahan adalah 47,29 ha, dengan masing-masing luasnya, hutan kota 5,86 ha, kemudian perubahan
menjadi permukiman adalah tertinggi dengan luas 40,07 ha, perairantubuh air 0,73 ha dan sawah 0,63 ha. Sisa penggunaan lahan tanah kosong yang tidak
berubah pada tahun 2013 adalah 360,43 ha.
Memasuki periode tahun 2006 – 2013 dapat dilihat bahwa luas
penggunaan lahan permukiman sangat dominan dalam jumlah luasanya dan mengkonversi hampir seluruh jenis penggunaan lahan yang ada pada kawasan
tersebut. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya 1999 – 2006, dimana
tanah kosong masih belum di alih fungsikan menjadi permukiman, namun setelah memasuki periode tahun 2006
– 2013 jenis penggunaan lahan tanah kosong mengalami perubahan bentuk menjadi jenis penggunaan lahan permukiman
dengan persentase tertinggi dibandingkan dengan jenis penggunaan lahan lainnya. Untuk menghasilkan pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi maka
perlu dilakukan proses overlay sehingga menghasilkan peta penggunaan lahan selama rentang waktu 3 titik tahun dan kemudian terdapat 52 pola perubahan
penggunaan lahan yang diekstrak dari hasil overlay tersebut. Secara berurutan jenis penggunaan lahan yang memiliki pola perubahan tertinggi sampai terendah
yaitu di mulai dari jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar dengan jumlah 15 pola perubahan, kemudian jenis penggunaan lahan tanah kosong dengan 13
pola perubahan, jenis penggunaan lahan sawah menempati urutan ketiga dengan jumlah 10 pola perubahan, kemudian diikuti jenis penggunaan lahan hutan kota
dengan 8 pola perubahan dan yang terakhir adalah jenis penggunaan lahan hutan bakau yang memiliki jumlah pola perubahan paling sedikit yakni 6 pola
perubahan, hal tersebut memungkinkan karena dari hasil pengamatan dilapangan jenis penggunaan lahan hutan bakau sudah sangat sedikit jumlah populasinya
bahkan terancam habis. Jika dilihat dari luas pola perubahannya maka jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar mengalami perubahan bentuk paling
besar, secara berurutan menjadi permukiman, tanah kosong dan hutan kota dengan masing-masing besar luasannya 586,15 ha, 332,77 ha dan 267,62 ha. Tabel 16
merupakan gambaran lebih jelas mengenai pola perubahan penggunaan lahan yang terjadi di pesisir Kota Kupang selama tahun 1999, 2006 dan 2013.
84 Tabel 16 Pola Perubahan Penggunaan Lahan di Pesisir Kota Kupang berdasarkan
Penggunaan Lahan Tahun 1999, 2006 dan 2013
Penggunaan Lahan Tahun 1999 Penggunaan Lahan Tahun 2006
Penggunaan Lahan Tahun 2013 Pola
Hutan Bakau Hutan Bakau
Hutan Kota 1
Permukiman 2
PerairanTubuh Air 3
Hutan Bakau Permukiman
Permukiman 4
Hutan Bakau PerairanTbh air
PerairanTubuh Air 5
Hutan Bakau Tanah Kosong
Tanah Kosong 6
Hutan Kota Hutan Kota
Ladangtegalanbelukar 7
Permukiman 8
Hutan Kota LadangTegalanBelukar
Ladangtegalanbelukar 9
Permukiman 10
Hutan Kota Permukiman
Permukiman 11
Hutan kota Tanah Kosong
Tanah Kosong 12
LadangTegalanBelukar Hutan Kota
Hutan Kota 13
Ladangtegalanbelukar 14
Permukiman 15
PerairanTubuh Air 16
LadangTegalanBelukar LadangTegalanBelukar
Hutan Kota 17
Permukiman 18
PerairanTubuh Air 19
LadangTegalanBelukar Permukiman
Permukiman 20
LadangTegalanBelukar Tanah Kosong
Tanah Kosong 21
Sawah Hutan Kota
Hutan Kota 22
Sawah 23
Sawah LadangTegalanBelukar
Hutan Kota 24
Permukiman 25
Sawah 26
Sawah Permukiman
Permukiman 27
Sawah PerairanTbh air
PerairanTubuh Air 28
Sawah Sawah
Hutan Kota 29
Permukiman 30
Sawah Tanah Kosong
Tanah Kosong 31
Tanah Kosong Hutan Kota
Hutan Kota 32
Permukiman 33
Sawah 34
Tanah Kosong Sawah
Hutan Kota 35
Ladangtegalanbelukar 36
Permukiman 37
PerairanTubuh Air 38
Sawah 39
Tanah Kosong 40
Tanah Kosong Tanah Kosong
Hutan Kota 41
Permukiman 42
PerairanTubuh Air 43
Sawah 44
85 Tabel 16 menunjukkan bahwa pola perubahan penggunaan lahan yang
terjadi di pesisir Kota Kupang mengalami dinamika pada masing-masing jenis penggunaan lahan yang ada. Jenis penggunaan lahan permukiman dan
perairantubuh air tetap konsisten atau tidak mengalami perubahan bentuk menjadi jenis penggunaan lahan lainnya. Jenis penggunaan lahan permukiman merupakan
rumah-rumah permanen sehingga sulit untuk bisa kembali pada keadaan semula dan peluangnya sangat kecil, sedangkan 5 lima jenis penggunaan lahan lainnya
mengalami perubahan bentuk.
Jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar merupakan jenis penggunaan lahan yang paling banyak mengalami perubahan bentuk atau
dikonversi menjadi jenis penggunaan lainnya, luas perubahannya berkisar 0.08 ha sampai dengan 586.15 ha. Jenis penggunaan lahan ini paling tinggi dikonversi
menjadi jenis penggunaan lahan permukiman, kemudian terkecil di konversi menjadi perairantubuh air. Jenis penggunaan lahan tanah kosong paling besar
luasanya di konversi menjadi permukiman sebesar 40.07 ha. Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa kondisi tanah kosong di pesisir Kota Kupang kini
sudah dimiliki oleh pengembang atau investor yang nantinya akan dikonversi menjadi perumahan teratur seperti yang terdapat pada kelurahan Namosain dan
kemudian pembangunan hotel dan penunjang pariwisata lainnya yang terdapat pada Kelurahan Kelapa Lima dan Kelurahan Pasir Panjang. Secara keseluruhan
beberapa jenis penggunaan lahan di pesisir Kota Kupang kecuali jenis penggunaan lahan permukiman bersifat sementara dan memiliki peluang untuk
berubah bentuk menjadi penggunaan lahan lainnya atau menjadi bentuk semula, namun peluang tersebut sangat kecil.
Secara berurutan dapat dijelaskan perubahan-perubahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota Kupang. Berdasarkan pengecekan lapangan dan wawancara
dengan masyarakat menunjukkan bahwa kehilangannya perlindungan pantai yaitu hutan bakau sebagian besar disebabkan oleh penebangan liar yang dilakukan oleh
masyarakat dan sebagiannya lagi karena terpaan gelombang, sehingga lahan tersebut berpotensi berubah menjadi peggunaan lahan lain seperti menjadi
perairantubuh air, hutan kota, permukiman dan tanah kosong.
Pada sub bab sebelumnya menjelaskan bahwa Jenis penggunaan lahan hutan kota merupakan jenis hutan kota yang terjadi secara alami atau tumbuh
secara alami dan terdiri dari beberapa jenis populasi tanaman pesisir, salah satunya adalah pohon lontar. Tingginya permintaan lahan di kawasan tersebut
menyebabkan lahan ini memiliki potensi berubah menjadi jenis penggunaan lahan lainnya seperti, permukiman, ladangtegalan, tanah kosong dan sebagian kecil
menjadi lahan sawah.
Dinamika perubahan penggunaan lahan juga terjadi pada jenis penggunaan lahan ladangtegalanbelukar. Berdasarkan pengecekan lapangan dan hasil
wawancara menunjukkan bahwa berkurangnya lahan ladangtegalan di sekitar kawasan pesisir Kota Kupang disebabkan oleh panjangnya musim kemarau dan
sebagiannya lagi sudah menjadi lahan kosong atau tanah kosong sehingga jenis penggunaan lahan tersebut sangat berpeluang untuk berubah menjadi penggunaan
lahan lainnya seperti, permukiman termasuk didalamnya hotel dan restoran, tanah kosong, dan lain-lain.
Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di daerah hulu dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungan di daerah hilir, bahkan di daerah pesisir,
86 seperti terjadinya proses sedimentasi, abrasi, dan perubahan garis pantai.
Pemantauan perubahan penggunaan lahan maupun perubahan garis pantai dapat dilaksanakan dengan menggunakan data penginderaan jauh dari berbagai titik
tahun. Perubahan garis pantai pada dasarnya dapat terjadi karena faktor alam maupun karena adanya campur tangan manusia. Contoh perubahan garis pantai
karena campur tangan manusia adalah reklamasi pantai, penambangan pasir pantai, dan pembabatan hutan bakau di tepi pantai. Adapun perubahan garis pantai
secara alami dapat terjadi karena beberapa faktor alam seperti kekuatan aliran sungai, gelombang air laut, maupun arus laut yang bekerja bersama di kawasan
pesisir. Perubahan garis pantai dapat berbentuk penambahan daratan baru atau pengurangan daratan seperti yang terjadi di sepanjang pantai.
5.1.4
Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Dinamika Perubahan Penggunaan Lahan dan Pelayanan Umum di Kawasan Pesisir Kota
Kupang Perubahan penggunaan lahan yang terjadi pada kawasan pesisir Kota
Kupang menimbulkan banyak permasalahan. Salah satu permasalahan yang kerap muncul adalah menurunnya kualitas kenyamanan dan pelayanan umum seiring
dengan peningkatan pembangunan dalam kawasan tersebut. Atas dasar tersebut maka perlu untuk melihat penilaian masyarakat terhadap perubahan yang dialami
oleh kawasan pesisir dari tahun 1990,an hingga tahun 2013. Dasar pemilihan tahun tersebut disesuaikan dengan hasil analisis dinamika perubahan penggunaan
lahan sebelumnya yang diawali dengan tahun yang sama. Masyarakat yang dipilih merupakan masyarakat pesisir yang telah bermukim kurang lebih 20 tahun pada
kawasan tersebut sehingga data atau informasi yang diperoleh lebih valid.
Faktor kenyamanan merupakan salah satu kriteria yang dapat digunakan dalam mengukur dampak perubahan penggunaan lahan terhadap kenyamanan di
suatu kawasan. Kenyamanan dibagi dalam beberapa faktor penilaian yaitu, kualitas air minum, kondisi drainase, kesegaran udara, keamanan, tempat bermain,
kondisi sanitasi, kepadatan lalu lintas, infrastruktur jalan raya, kepadatan dan penaatan bangunan dan kondisi jalur hijau sempadan pantai serta ruang terbuka
hijau.
Kondisi kenyamanan di kawasan pesisir Kota Kupang dari tahun ketahun mengalami perubahan seiring dengan peningkatan perubahan penggunaan lahan di
kawasan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 faktor kenyamanan yang kondisinya berubah antara lain; kondisi drainase, kesegaran
udara, fasilitas tempat bermain anak, kondisi sanitasi, kepadatan bangunan dan kondisi ruang terbuka hijau RTH. Keseluruhan penilaian masyarakat pesisir
tentang perbaikan wilayah pesisir Kota Kupang tersaji dalam Gambar 34.
87
Gambar 34 Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Perbaikan Wilayah Pesisir Kota Kupang
Gambar 34 menunjukkan lebih dari sebagian besar responden menyatakan bahwa dari tahun 1990,an hingga tahun 2013 kondisi kenyamanan tersebut
mengalami penurunan kualitasnya. Bahkan beberapa faktor kenyamanan yang sangat vital di kawasan pesisir seperti drainase, sanitasi, kepadatan bangunan,
ruang terbuka hijau termasuk didalamnya jalur hijau sempadan pantai dan hutan bakau dari tahun ketahun semakin menurun kualitasnya bahkan tidak berfungsi
lagi.
Penilaian masyarakat terhadap pelayanan umum bertujuan untuk melihat seberapa besar dinamika perubahan penggunaan lahan berdampak terhadap
kualitas peningkatan pelayanan umum di kawasan pesisir Kota Kupang. Pelayanan umum terdiri dari 8 faktor penilaian antara lain; pelayanan kartu tanda
penduduk KTP, ijin membangun IMB, akta tanah, pelayanan air minum PDAM, pengangkutan sampah, pelayanan listrik PLN, kesehatan dan
pendidikan.
Penilaian masyarakat pesisir terhadap pelayanan umum beragam. 6 dari 8 faktor pelayanan umum yang dinilai, menurut masyarakat sekitar kawasan pesisir
Kota Kupang pelayanannya semakin baik dari beberapa tahun sebelumnya. Namun terdapat 2 faktor yang pelayanannya sulit yaitu; ijin lokasi membangun
atau IMB dan pelayanan pengangkutan sampah. Hasil analisis penilaian masyarakat terhadap pelayanan umum yang ada di kawasan pesisir Kota Kupang
disajikan dalam Gambar 35.
Ju m
la h
R e
spo n
de n
Ji wa
88
Gambar 35 Penilaian Masyarakat Pesisir tentang Pelayanan Umum
Sejumlah 66 responden dari 100 responden menjawab bahwa dibandingkan pada tahun 1990-an pengurusan IMB beberapa tahun terakhir cukup
sulit. Gambar 35. Hal tersebut terkait dengan peraturan pemerintah setempat serta konsep waterfront city yang mengarahkan pembangunan disekitar kawasan
pesisir menghadap ke laut, sehingga beberapa bangunan tua yang sudah rubuh tidak diperkenankan lagi untuk dibangun, karena sebagian besar bangunan tua
yang ada di Kecamatan Kota Lama sebagian besar membelakangi pantai.
Pelayanan pengangkutan sampah di kawasan pesisir semakin menurun pelayanannya, hal tersebut berdasarkan hasil penilaian masyarakat yang
menyatakan bahwa pelayanan sampah di tempat mereka saat ini kurang baik dan tidak lancar bahkan tidak ada pelayanan sampah sama sekali. Terdapat 96
responden yang menyatakan bahwa akibat pelayanan pengangkutan sampah yang kurang baik dan lancar ditempatnya sehingga sampah-sampah tersebut
sebagiannya dibuang langsung ke laut. 5.2
Pola Interaksi antara Perubahan Penggunaan Lahan, Pertumbuhan Penduduk, dan Jumlah Peningkatan Sampah di Kawasan Pesisir Kota
Kupang dengan Pendekatan Sistem