Kawasan Pesisir Dinamika Penggunaan Lahan Di Kawasan Pesisir Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur

11

2.3 Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir

Wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling padat dihuni oleh manusia serta tempat berlangsung berbagai macam kegiatan pembangunan. Konsentrasi kehidupan manusia dan berbagai kegiatan pembangunan di wilayah tersebut disebabkan oleh tiga alasan ekonomi yang kuat, yaitu bahwa wilayah pesisir merupakan kawasan yang paling produktif di bumi, wilayah pesisir menyediakan kemudahan bagi berbagai kegiatan, dan wilayah pesisir memiliki pesona yang menarik bagi obyek pariwisata. Hal-hal tersebut menyebabkan kawasan pesisir di dunia termasuk Indonesia mengalami tekanan ekologis yang parah dan kompleks sehingga menjadi rusak. Di Indonesia kerusakan wilayah ini terutama disebabkan oleh pola pembangunan yang terlalu berorientasi pada pertumbuhan ekonomi, tanpa ada perhatian yang memadai terhadap karakteristik, fungsi dan dinamika ekosistem. Padahal wilayah pesisir dan lautan beserta segenap sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang terkandung di dalamnya diharapkan akan menjadi tumpuan pembangunan nasional. Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang mendasar di dalam perencanaan dan pengelolaan pembangunan sumberdaya alam pesisir. Pola pembangunan yang hanya berorientasi pada pertumbuhan ekonomi perlu diganti dengan pembangunan berkelanjutan. Pendekatan dan praktek pengelolaan pembangunan wilayah pesisir yang selama ini dilaksanakan secarasektoral dan terpilah-pilah, perlu diperbaiki melalui pendekatan pengelolaan secara terpadu. Dahuri 1998, IOC 1999, UNEP 2002a. Kebijaksanaan Pemerintah yang diatur dalam Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dimana Rencana Tata Ruang PropinsiKota dan Kabupaten akan menjadi pedoman untuk perumusan kebijakan pokok pemanfaatan ruang guna mewujudkan keterpaduan, keterkaitan dan keseimbangan pembangunan di daratan, wilayah pesisir dan lautan. Esensi tata ruang menurut Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 adalah rencana tata ruang, pedoman pemanfaatan ruang, dan cara pengendalian pemanfaatan ruang pasal 32,33, dan 34 UU Nomor 262007. Perencanaan tata ruang pada dasarnya merupakan perumusan penggunaan ruang secara optimal dengan orientasi produksi dan konservasi bagi kelestarian lingkungan.Perencanaan tata ruang wilayah mengarahkan dan mengatur alokasi pemanfaatan ruang, mengatur alokasi kegiatan, keterkaitan antar fungsi serta indikasi program dan kegiatan pembangunan. Perumusan kebijakan tersebut didalam pelaksanaan pembangunan dan pemanfaatan wilayah pesisir adalah perlunya perencanaan tata ruang berdasarkan fungsi utama kawasan yang meliputi: 1 Kawasan non budidaya kawasan lindungkonservasi, misalnya: suaka alam, konservasi hutan mangrove, taman nasional, taman wisata alam dan kawasan budidaya, misalnya: kawasan industry, kawasan permukiman, kawasan pertanian dan 2 Kawasan budidaya perikanan. Ciri-ciri Wilayah Pesisir meliputi antara lain: 1. Wilayah yang sangat dinamis dengan perubahan-perubahan biologis, kimiawi dan geologis yang sangat cepat Tulungen et al. 2001, 2. Tempat dimana terdapat ekosistem yang produktif dan beragam dan merupakan tempat bertelur, tempat asuhan dan berlindung berbagai jenis spesies organisme perairan Tulungen et al. 2001, 3. Ekosistemnya yang terdiri dari terumbu karang, hutan bakau, pantai dan pasir, muara sungai, lamun dan sebagainya yang merupakan pelindung alam yang penting dari erosi, banjir dan badai serta dapat berperan dalam mengurangi 12 dampak polusi dari daratan ke laut Tulungen et al. 2001, Idris et al. 2007, 4. Sebagai tempat tinggal manusia, untuk sarana transportasi, dan tempat berlibur atau rekreasi UN 2002a. Ekosistem alamiah pada butir 3, seperti ekosistem pesisir dan lautan, menyediakan tempat fungsi utama yang sangat diperlukan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi dan kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri Ortolano 1984, de Groot 1992. Pertama adalah sebagai penyedia sumberdaya alam dapat pulih seperti hutan, ikan, dan energi matahari dan sumberdaya alam tak dapat pulih termasuk bahan tambang dan mineral yang diperlukan untuk bahan baku pangan, papan, transportasi, industri dan kegiatan manusia lainnya. Kedua sebagai penyedia ruang space untuk tempat tinggal permukiman; melakukan kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas termasuk perikanan dan peternakan dan industri; rekreasi dan pariwisata; perlindungan alam; dan lain-lain. Ketiga sebagai penampung atau penyerap limbah residu sebagai hasil samping dari kegiatan konsumsi, produksi pabrikasi, dan transportasi yang dilakukan oleh manusia. Keempat sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan amenities dan jasa-jasa pendukung kehidupan lifesupport services, seperti udara bersih, siklus hidrologi, siklus hara, keanekaragaman hayati biodiversity, alur ruaya migratory routes berbagai jenis fauna dan lain sebagainya. Bengen 2001 menarik kesimpulan bahwa dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau kearah perairan kepulauan. Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4 fungsiperan pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu 1 sebagai penyedia sumberdaya alam sebagaimana dinyatakan diatas, 2 penerima limbah, 3 penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia life support services,4 penyedia jasa-jasa kenyamanan amenity services.

2.4 Tata Ruang Wilayah Pesisir

Selama masa orde baru, kebijakan pembangunan nasional lebih banyak diarahkan pada pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya yang ada di daratan. Kebijakan yang lebih berorientasi ke daratan ini mengakibatkan kurangnya perhatian pada wilayah pesisir dan lautan. Hal ini dapat dilihat dengan hampir tidak adanya daerah atau wilayah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir RTRWP. Di samping itu, batasan wilayah pesisir hingga saat ini masih menjadi