Kebijakan Pembangunan Wilayah Pesisir

12 dampak polusi dari daratan ke laut Tulungen et al. 2001, Idris et al. 2007, 4. Sebagai tempat tinggal manusia, untuk sarana transportasi, dan tempat berlibur atau rekreasi UN 2002a. Ekosistem alamiah pada butir 3, seperti ekosistem pesisir dan lautan, menyediakan tempat fungsi utama yang sangat diperlukan bagi kesinambungan pembangunan ekonomi dan kelangsungan hidup umat manusia itu sendiri Ortolano 1984, de Groot 1992. Pertama adalah sebagai penyedia sumberdaya alam dapat pulih seperti hutan, ikan, dan energi matahari dan sumberdaya alam tak dapat pulih termasuk bahan tambang dan mineral yang diperlukan untuk bahan baku pangan, papan, transportasi, industri dan kegiatan manusia lainnya. Kedua sebagai penyedia ruang space untuk tempat tinggal permukiman; melakukan kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas termasuk perikanan dan peternakan dan industri; rekreasi dan pariwisata; perlindungan alam; dan lain-lain. Ketiga sebagai penampung atau penyerap limbah residu sebagai hasil samping dari kegiatan konsumsi, produksi pabrikasi, dan transportasi yang dilakukan oleh manusia. Keempat sebagai penyedia jasa-jasa kenyamanan amenities dan jasa-jasa pendukung kehidupan lifesupport services, seperti udara bersih, siklus hidrologi, siklus hara, keanekaragaman hayati biodiversity, alur ruaya migratory routes berbagai jenis fauna dan lain sebagainya. Bengen 2001 menarik kesimpulan bahwa dari pengertian-pengertian di atas dapat diketahui bahwa wilayah pesisir merupakan wilayah yang unik karena merupakan tempat percampuran antara daratan dan lautan, hal ini berpengaruh terhadap kondisi fisik dimana pada umumnya daerah yang berada di sekitar laut memiliki kontur yang relatif datar. Adanya kondisi seperti ini sangat mendukung bagi wilayah pesisir dijadikan daerah yang potensial dalam pengembangan wilayah keseluruhan. Hal ini menunjukan garis batas nyata wilayah pesisir tidak ada. Batas wilayah pesisir hanyalah garis khayalan yang letaknya ditentukan oleh kondisi dan situasi setempat. Di daerah pesisir yang landai dengan sungai besar, garis batas ini dapat berada jauh dari garis pantai. Sebaliknya di tempat yang berpantai curam dan langsung berbatasan dengan laut dalam, wilayah pesisirnya akan sempit. Menurut UU No. 27 Tahun 2007 Tentang batasan wilayah pesisir, kearah daratan mencakup wilayah administrasi daratan dan kearah perairan laut sejauh 12 mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau kearah perairan kepulauan. Ekosistem wilayah pesisir dan lautan dipandang dari dimensi ekologis memiliki 4 fungsiperan pokok bagi kehidupan umat manusia yaitu 1 sebagai penyedia sumberdaya alam sebagaimana dinyatakan diatas, 2 penerima limbah, 3 penyedia jasa-jasa pendukung kehidupan manusia life support services,4 penyedia jasa-jasa kenyamanan amenity services.

2.4 Tata Ruang Wilayah Pesisir

Selama masa orde baru, kebijakan pembangunan nasional lebih banyak diarahkan pada pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya yang ada di daratan. Kebijakan yang lebih berorientasi ke daratan ini mengakibatkan kurangnya perhatian pada wilayah pesisir dan lautan. Hal ini dapat dilihat dengan hampir tidak adanya daerah atau wilayah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah Pesisir RTRWP. Di samping itu, batasan wilayah pesisir hingga saat ini masih menjadi 13 perdebatan bagi para pakar pesisir di Indonesia, sehingga sering mengakibatkan kesulitan dalam penyusunan RTRWP. Tata ruang wilayah pesisir adalah pengaturan penggunaan lahan wilayah pesisir melalui pengelompokan penggunaan lahan ke dalam unit-unit yang homogeny ditinjau dari keseragaman fisik, non fisik, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Menurut Dahuri et al. 1996 wilayah pesisir merupakan suatu wilayah peralihan dan lautan. Batas di daratan meliputi daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut,seperti pasang-surut, angin laut dan intrusi air laut. Sedangkan batas di laut adalah daerah-daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan, seperti sedimentasi dan aliran air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia didaratan. Apabila ditinjau dari garis pantai coastline, maka suatu wilayah pesisir memiliki dua kategori batas boundaries, yaitu: batas yang sejajar garis pantai longshore dan batas yang tegak lurus pantai cross-shore. Secara implisit definisi diatas menyatakan bahwa pembangunan wilayah pesisir harus dilakukan secara integrated. Pembangunan wilayah pesisir tidak boleh dilakukan secara parsial apalagi berorientasi sektoral seperti yang telah dilakukan selama ini. Pembangunan yang lebih berorientasi sektoral, yang dilaksanakan lebih dari enam pelita yang lalu, kurang memperhatikan segi kesesuaian sustability dan keharmonisan compatibility ruang, sehingga tidak jarang terjadi konflik spasial dalam pemanfaat ruang dan sumberdaya alam antar sektor. Selain itu, pembangunan yang berorientasi sektoral juga berkontribusi pada ketimpangan pembangunan antar kawasan, baik antar daerah maupun antar kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan secara fungsional. Ketidakserasian pembangunan antar sektor dan ketimpangan pembangunan antar kawasan menyebabkan arah pembangunan daerah menjadi kurang berdaya guna dan berhasil guna DKP 2000. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan adanya konsep tata ruang wilayah pesisir yang dapat mengakomodir semua kepentingan stakeholders.

2.5 Dinamika Permasalahan Kawasan Pesisir

Dahuri et al. 2001 menyatakan bahwa pemanfaatan sumber daya pesisir di satu sisi berdampak pada kesehjeteraanmasyarakat, yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan seperti penangkapan ikan secara tradisional, budidaya tambak, penambangan terumbu karang, dan lain sebagainya. Namun di sisi lain, pemanfaatan sumber daya, pemanfaatan sumberdaya alam secara terus menerus dan berlebihan akan menimbulkan dampak negatif terhadap kelangsungan ekosistem pesisir. Ada beberapa masalah yang terjadi dalam pengembangan pesisir dan lautan di Indonesia antara lain : a. Pencemaran. Pencemaran laut adalah masuknya atau dimasukkannya makluk hidup, zat energi, danatau komponen lain ke dalam lingkungan laut atau kegiatan manusia sehingga kualitasnya menurun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut tidak sesuai lagi dengan baku mutu danatau fungsinya.