Pendapatan Petani Petani Padi Sehat

kosmopolit petani maka semakin positif persepsinya tentang karakteristik inovasi pertanian organik. Selain penerapan teknologi padi SRI, penelitian mengenai penerapan teknologi padi hibrida dan metode pengendalian hama terpadu pada padi telah dilakukan oleh Basuki 2008 dan Surya 2002. Penelitian ini sama-sama dilakukan di Kabupaten Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh Basuki 2008 dilakukan di Kecamatan Cibuaya, Kabupaten Karawang dengan menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi benih padi hibrida. Hasil penelitian ini menunjukan ada empat variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap penerapan benih padi hibrida, yaitu luas lahan, status lahan, rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total, dan umur. Luas lahan dan status lahan bukan milik berpengaruh positif, sedangkan rasio pendapatan usahatani padi terhadap pendapatan total dan umur, berpengaruh negatif. Penelitian yang dilakukan oleh Surya 2002 mengenai metode pengendalian hama terpadu PHT. Sama seperti Basuki 2008, penelitian ini menggunakan regresi logistik karena ingin mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani menerapkan usahatani padi metode PHT, yaitu mengikuti kursus Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu SLPHT, luas lahan, dan biaya tenaga kerja. Penelitian ini menunjukkan bahwa usahatani padi metode PHT lebih rendah melakukan aplikasi pestisida kimia dalam satu musim tanam. Pengendalian hama secara mekanis melalui pengamatan lebih diutamakan dalam metode PHT, dengan tujuan pengendalian akhir tindakan kuratif, sedangkan tujuan aplikasi kimia dalam metode konvensional, yaitu untuk pencegahan terhadap serangan hama tindakan preventif.

2.2. Pendapatan Petani Petani Padi Sehat

Padi sehat sudah dikembangkan tidak hanya di daerah Sukabumi tetapi juga di daerah lainnya di Indonesia. Namun penelitian mengenai padi sehat masih sedikit yang melakukannya. Penelitian mengenai pendapatan padi sehat sudah dilakukan oleh Fatullah 2010, Permatasari 2011, dan Gultom 2011. Permatasari 2011 melakukan juga analisis efesiensi teknis dan peran kelembagaan, sedangkan Gultom 2011 meneliti juga mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat. Tempat penelitian ketiganya sama-sama dilakukan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan secara sengaja purposive karena desa ini merupakan salah satu sentra produksi padi dan telah menerapkan pertanian padi sehat. Fatullah 2010 membandingkan usahatani padi sehat dengan padi konvensional dilihat dari teknis budidaya dan analisis pendapatan. Perbedaan yang paling mendasar pada teknis budidaya usahatani padi sehat dan padi konvensional terletak pada kegiatan budidaya yang lebih banyak dilakukan pada padi sehat, seperti kegiatan persiapan benih, pembuatan pupuk kompos, pembuatan pestisida nabati, dan pembuatan pupuk cair yang lebih sering dilakukan daripada usahatani konvensional. Hasil analisis usahatani yang dilakukan oleh Fatullah 2010, Gultom 2011, dan Permatasari 2011 berbeda. Hasil analisis Fatullah 2010 menunjukkan pendapatan atas biaya tunai usahatani padi sehat lebih besar dibandingkan petani padi konvensional. Petani sehat dapat memperoleh penerimaan bersih Rp 6.032.222,22 dari pendapatan total usahatani. Sementara petani padi konvensional memperoleh sebesar Rp 5.042.342,53 dari pendapatan total usahatani. Sedangkan hasil analisis yang dilakukan oleh Gultom 2011, pendapatan atas biaya total petani padi sehat sebesar Rp 2.405.039,56. Adanya perbedaan hasil analisis antara Fatullah dan Gultom pada pendapatan atas biaya tunai usahatani padi sehat karena biaya tunai dari sewa lahan pada petani yang menjadi responden Gultom biayanya lebih besar. Hasil analisis Permatasari 2011 menunjukkan bahwa pendapatan usahatani atas biaya tunai dan biaya total yang paling besar diperoleh petani pemilik, sedangkan petani penyakap memperoleh pendapatan paling kecil dibandingkan petani lain. Berdasarkan hasil analisis Gultom 2011, nilai imbangan penerimaan atas biaya atau RC atas biaya tunai dan RC atas biaya total yaitu sebesar 2,10 dan 1,22. Efesiensi usahatani melalui RC atas biaya yang dilakukan oleh Fatullah 2010, nilai RC usahatani padi sehat memiliki nilai yang lebih kecil dari RC usahatani padi konvensional, hanya berselisih 0,03. Hasil analisis Permatasari 2011, petani penggadai memiliki RC yang paling besar dibandingkan petani lain. Sementara petani penyangkap yang merupakan mayoritas petani di lokasi penelitian memperoleh nilai RC yang paling kecil dibandingkan petani yang lain. Hal ini diduga dikarenakan sistem bagi hasil yang tidak adil sehingga merugikan petani penyakap. Selain analisis pendapatan usahatani berbagai penelitian mengenai padi sehat juga pernah dilakukan, seperti analisis efesiensi, kelembagaan, dan faktor- faktor yang mempengaruhi produksi. Hasil analisis efesiensi teknis berdasarkan estimasi dari parameter Maximum Likelihood untuk fungsi produksi Cobb- Douglas Stochastic Frontier yang dilakukan oleh Permatasari 2011, menunjukkan bahwa variabel luas lahan, pupuk kompos, dan pupuk urea berpengaruh pada peningkatan produksi padi sehat. Tingkat efesiensi teknis rata- rata usahatani padi sehat adalah 62 persen dari produksi maksimum. Faktor-faktor inefesiensi teknis yang berpengaruh pada peningkatan efesiensi teknis adalah dummy status kepemilikan lahan yang dibedakan menjadi petani pemilik, penyewa, penyakap, dan penggadai. Sedangkan hasil analisis peranan kelembagaan menunjukkan bahwa adanya kelembagaan petani di Desa Ciburuy seperti kelompok tani dan koperasi, keberadaannya telah dirasakan efektif oleh para petani. Manfaat yang paling banyak dirasakan dari adanya kelompok tani adalah kemudahan mendapat modal. Sementara manfaat yang paling banyak dirasakan oleh anggota koperasi adalah kemudahan mendapatkan modal dan memperoleh input produksi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani padi sehat yang dianalisis oleh Gultom 2011 adalah pupuk kompos, pupuk urea, pupuk phonska, pestisida nabati, sedangkan faktor produksi benih dan tenaga kerja tidak berpengatuh nyata baik pada selang kepercayaan 85 persen dan 95 persen.

2.3. Manfaat Kemitraan