dimana : R = Return Penerimaan C = Cost Biaya
Secara teoritis dengan rasio RC = 1 artinya tidak untung dan tidak pula rugi. Bila RC lebih dari satu maka usahatani dapat dikatakan mengguntungkan
karena penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap biaya yang telah dikeluarkan dan bila RC kurang dari satu maka usahatani tersebut dikatakan tidak
menguntungkan rugi karena penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang dikeluarkan. Rasio penerimaan dan biaya ini menunjukkan pendapatan
kotor yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi padi sehat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif
kegiatan usahatani padi sehat atau indeks efesiensi usaha padi sehat pada petani mitra dan non mitra.
4.4.4. Analisis Regresli Linier Sederhana
Analisi regresi linier sederhana digunakan untuk menganalisis hubungan fungsional atau hubungan sebab akibat kausal variabel bebas X terhadap
variabel terikat Y Riduwan Sunarto 2009. Analisis regresi linier sederhana didalam penelitian ini digunakan untuk melihat apakah manfaat kemitraan X
berpengaruh terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Persamaan regresi linier sederhana dirumuskan dalam Y = a + bX.
dimana: Y = subyek variabel terikat yang diproyeksikan Derajat penerapan teknologi padi
sehat persen atau Total pendapatan usahatani padi sehat Rpha X = variabel bebas yang mempunyai nilai tertentu untuk diprediksikan Manfaat
kemitraan persen a = nilai konstanta harga Y jika X=0
b = nilai arah sebagai penentu ramalan prediksi yang menunjukan nilai peningkatan + atau nilai penurunan - variabel Y
Bagian penting dalam analisis regresi adalah pengujian hipotesis secara statistik terhadap perkiraan model regresi linier sederhana yang diperoleh.
Hipotesis yang digunakan dalam analisis regresi adalah: H
: b1 = 0 H
1
: b1 ≠ 0
Dengan kata lain, H
: Tidak ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat
H1: Ada hubungan linier antara variabel bebas dan variabel terikat
Hipotesis tersebut dikaitkan dengan uji nyata garis regresi yang diperoleh. Selain uji hubungan linier pada model, dilakukan juga uji koefisien regresi menggunakan
uji-t sebagai pengujinya. Hipotesis yang digunakan adalah:
H : b1 = b
H
1
: b1 ≠ b Denga kata lain,
H : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan
penerapan teknologi atau pendapatan petani H
1
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara manfaat kemitraan dengan penerapan teknologi atau pendapatan petani
Kaidah pengujian signifikansi : Jika F hitung
≥ F tabel maka tolak H artinya signifikan dan jika F hitung
≤ F tabel maka terima H artinya tidak signifikan. Untuk menguji koefisien
regresi, digunakan distribusi t. Jika t hitung ≥ t tabel maka tolak H
dan terima H jika sebaliknya.
Dengan taraf signifikan : α = 0,05. Perhitungan analisis ini menggunakan SPSS 20.
4.4.5.
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah pengembangan dari analisis regresi linier sederhana. Kegunaannya untuk meramalkan nilai variabel terikat Y
apabila variabel bebas minimal dua atau lebih. Analisis ini adalah alat analisis peramalan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap variabel terikat
untuk membuktikan ada atau tidaknya hubungan fungsi atau hubungan kausal antara dua variabel bebas atau lebih X
1
, X
2
,…., X
n
dengan satu variabel terikat Y Riduwan Sunarto 2009.
Selain kemitraan, diduga ada faktor lainnya yang mempengaruhi derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Faktor-faktor yang diduga
berpengaruh terhadap derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat dalam kajian ini adalah kemitraan, umur petani, pengalaman mengusahakan
padi sehat, status kepemilikan lahan, pendidikan, pekerjaan utama, luas lahan yang dikuasai, pendapatan non usahatani, pendapatan usahatani non padi sehat,
dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor tersebut diduga berpengaruh terhadap derajat penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat
berdasarkan hasil literatur dan penelitian terdahulu, serta disesuaikan dengan keadaan di lokasi penelitian.
Bentuk umum persamaan regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai berikut.
Y = a + b
1
X
1
+ b
2
X
2
+ b
3
X
3
+ b
4
X
4
+ b
5
X
5
+ b
6
X
6
+ b
7
X
7
+ b
8
X
8
+ b
9
X
9
+ b
10
X
10
+ ɛ
Keterangan : Y = Variabel yang dijelaskan derajat penerapan teknologi persen atau
pendapatan petani padi sehat Rpha a = Intersep
b = Slope X
1
= kemitraan bermitra = 1, tidak bermitra = 0 X
2
= umur petani tahun X
3
= pengalaman mengusahakan padi sehat musim X
4
= status kepemilikan lahan milik = 1, selainnya = 0 X
5
= pendidikan petani ≥ SMA = 1, SMA = 0
X
6
= pekerjaan utama petani = 1, selainnya = 0 X
7
= luas lahan yang dikuasai ha X
8
= pendapatan non usahatani Rpbulan X
9
= pendapatan usahatani non padi sehat Rpbulan X
10
= jumlah tanggungan keluarga orang ɛ = eror
Hipotesis yang digunakan adalah: 1.
Kemitraan
Kemitraan ini dibagi menjadi dua kelompok , yaitu petani mitra dan petani non mitra. Kemitraan diduga berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Dengan adanya kemitraan, petani akan melakukan penerapan teknologi dengan sebaiknya agar hasil
produksinya dapat dijual kepada perusahaan mitra, sehingga penerapan teknologi padi sehat petani mitra diduga akan lebih tinggi dibandingkan petani non mitra.
Dengan adanya kemitraan, harga jual yang diterima petani mitra lebih tinggi
dibandingkan petani non mitra, sehingga pendapatan petani mitra diduga lebih tinggi dibandingkan petani non mitra.
2. Umur Petani
Umur petani diduga berpengaruh siginifikan dan negatif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Semakin tua umur petani
maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin rendah. Hal ini diduga karena semakin tua umur petani maka keterbukaan
terhadap penerapan teknologi baru padi sehat akan semakin rendah. Petani yang sudah tua diduga sulit untuk menerapkan teknologi padi sehat dengan baik karena
mereka sudah terbiasa menggunakan penerapan teknologi yang lama sehingga sulit beradaptasi. Umur petani yang semakin tua maka kondisi fisik untuk
melakukan usahatani secara langsung akan semakin berkurang sehingga pendapatan padi sehat pun akan semakin rendah.
3. Pengalaman Mengusahakan Padi Sehat
Pengalaman mengusahakan padi sehat diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Semakin
banyak pengalaman mengusahakan padi sehat maka diduga penerapan teknlogi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan petani
yang mempunyai pengalaman mengusahakan padi sehat yang semakin banyak maka pengetahuan mengenai penerapan teknologi padi sehat akan semakin baik
dan akan mengaplikasikannya sesuai standar yang ada. Pengalaman mengusahakan padi sehat yang banyak akan membuat petani lebih efesien dalam
usahatani padi sehat sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin rendah atau hasil produksinya akan semakin meningkat sehingga pendapatan petani akan
semakin tinggi.
4. Status Kepemilikan lahan
Status kepemilikan lahan diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Status
kepemilikan lahan ini dibedakan menjadi dua, yaitu milik pemilik lahan dan bukan milik penggarap lahan. Bila status kepemilikan lahan petani itu milik
maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena petani pemilik lahan dapat mempergunakan lahannya
sendiri sesuai keinginannya tanpa mencemaskan akan turun produksi karena baru menerapkan teknologi padi sehat. Bila petani penggarap diduga keinginannya
untuk menerapkan teknologi padi sehat akan semakin rendah karena harus membayar sewa. Bila terjadi penurunan produksi karena baru menerapkan
teknologi padi sehat maka petani penggarap akan lebih merugi karena harus tetap membayar sewa. Petani pemilik lahan hanya mengeluarkan biaya untuk
membayar pajak saja, sedangkan petani penggarapa harus membayar sewa. Biaya pajak biasanya lebih kecil dari biaya sewa, sehingga petani pemilik lahan
pendapatan padi sehatnya akan lebih tinggi dibandingan petani dengan petani penggarap karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil.
5. Pendidikan Petani
Pendidikan petani diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Pendidikan petani
dikelompokkan menjadi dua, yaitu lebih besar sama dengan SMA ≥ SMA dan dibawah SMA SMA. Semakin tinggi pendidikan
petani ≥ SMA maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat akan semakin meningkat.
Hal ini diduga karena petani yang mempunyai pendidikan yang lebih tinggi maka semakin terbuka pemikirannya untuk menerapkan teknologi padi sehat yang lebih
ramah lingkungan dan baik bagi kesehatan. Petani yang mempunyai pendidikan yang semakin tinggi maka diduga akan mempunyai pemikiran yang lebih maju
untuk mengusahakan padi sehat agar lebih mengguntungkan sehingga pendapatannya pun akan semakin tinggi.
6. Pekerjaan Utama
Pekerjaan utama yang dilakukan oleh petani berdasarkan curahan waktu yang paling banyak diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan
teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Pekerjaan utama ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu pekerjaan utama sebagai petani dan bukan petani. Bila
pekerjaan utamanya petani maka diduga penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat lebih tinggi bandingkan pekerjaan utamanya bukan petani. Hal
ini diduga karena pekerjaan utama sebagai petani akan mempunyai waktu yang lebih banyak untuk menerapkan teknologi padi sehat sesuai standar sehingga
pendapatan padi sehat pun akan semakin tinggi.
7. Luas Lahan yang Dikuasai
Luas lahan yang dikuasai diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Luas lahan yang
dimaksud adalah seluruh lahan yang dikuasai petani, baik sawah maupun bukan. Semakin luas lahan yang dikuasai maka diduga penerapan teknologi dan
pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena semakin luas lahan yang dikuasai maka petani akan mempunyai kemampuan untuk
melakukan peningkatan penerapan teknologi padi sehat pada lahan yang dimilikinya sehingga pendapatannya dari usahatani padi sehat akan semakin
tinggi. Petani yang mempunyai lahan yang luas maka mempunyai pendapatan dari lahan yang lainnya, sehingga bila terjadi penurunan produksi padi karena baru
melakukan penerapan teknologi padi sehat maka masih ada pendapatan lainnya.
8. Pendapatan Non Usahatani dan Pendapatan Usahatani Non Padi Sehat
Pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat, diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap penerapan teknologi dan
pendapatan petani padi sehat. Semakin besar pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat makan diduga penerapan teknologi dan
pendapatan petani padi sehat akan semakin tinggi. Hal ini diduga karena petani dengan pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani non padi sehat yang
besar maka petani mempunyai keinginan untuk melakukan penerapan teknologi padi sehat. Bila petani tersebut mengalami penurunan produksi kerugiaan karena
baru menerapkan teknologi padi sehat maka masih mempunyai pendapatan lainnya. Dengan mempunyai pendapatan non usahatani dan pendapatan usahatani
non padi sehat yang lebih besar, petani juga mempunyai modal yang cukup untuk mengembangkan usahatani padi sehat, sehingga pendapatan usahatani padi sehat
akan lebih tinggi.
9. Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh signifikan dan negatif terhadap penerapan teknologi. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga,
maka diduga semakin rendah penerapan teknologi padi sehat yang dilakukan. Hal ini diduga karena petani yang mempunyai jumlah tanggungan keluarga yang
banyak maka biaya yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari akan semakin
banyak juga, sehingga petani lebih berhati-hati dalam menerapkan teknologi padi sehat karena takut terjadinya penurunan produksi.
Namun, jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh signifikan dan positif terhadap pendapatan petani. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga
diduga pendapatan petani padi sehat akan semakin meningkat. Hal ini diduga karena
semakin banyak
jumlah tanggungan
keluarga, petani
dapat memberdayakan anggota keluarganya tersebut untuk menjadi tenaga kerja dalam
usahatani padi sehat sehingga biaya tunai yang dikeluarkan dapat berkurang dan pendapatan petani dapat meningkat. Dengan jumlah tanggungan keluarga yang
banyak juga, petani akan berupaya untuk lebih efesien dalam mengusahakan padi sehat agar menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi pula untuk digunakan
membiayai anggota keluarga yang masih dalam tanggungannya. Perhitungan regresi linier berganda ini menggunakan SPSS 20. Setelah
didapat model dugaan lalu diuji signifikansinya untuk mengetahui apakah model penduga yang diajukan sudah layak untuk menjadi parameter dengan melihat F
hitung atau probabilitasnya. Pengujian ini dilakukan dengan cara membandingkan antara F-hitung dengan F-tabel.
Hipotesis statistik dinyatakan sebagai: H
: bi = 0 H
1
: Minimal ada satu slope bi ≠ 0
Hasil perhitungan statistik uji F-hitung dapat dilihat pada output SPSS pada tabel uji ANOVA.
Bila F-hitung F tabel atau probabilitas sig. ≤ α maka tolak H
artinya model signifikan untuk menduga derajat penerapan teknologi padi sehat atau
pendapatan petani padi sehat , pada taraf nyata α 0,05. Sebaliknya, bila F-hitung
F tabel atau probabilitas sig. ≥ α maka terima H
artinya model tidak signifikan untuk menduga derajat penerapan teknologi padi sehat atau pendapatan petani
padi sehat. Model dugaan juga perlu diukur ketepatannya dengan menggunakan nilai
koefisien determinan R
2
yang bertujuan untuk mengukur proporsi keragaman yang diterangkan oleh faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap derajat
penerapan teknologi atau pendapatan petani padi sehat. Koefisien dari determinasi dirumuskan sebagai berikut :
R
2
= Jumlah Kuadrat Regresi Jumlah Kuadrat Total
Semakin besar nilai R
2
maka model dugaan tersebut semakin bagus. Interpretasi dari koefisien determinasi ini adalah keragaman penerapan teknologi
atau pendapatan petani padi sehat Y sebesar R
2
dapat dijelaskan oleh model dugaan yang diperoleh, sisanya 1-R
2
dijelaskan oleh komponen eror. Semakin besar nilai R
2
maka semakin kecil nilai erornya. Nilai R
2
atau R square pada hasil SPSS dapat dilihat pada tabel Model Summary.
Setelah uji signifikansi pada model dugaan, selanjutnya dilakukan uji signifikansi variabel independen variabel bebas dengan menggunakan uji-t. Uji-
t ini digunakan untuk menguji secara statistik apakah berpengaruh nyata setiap variabel independen terhadap variabel dependen variabel terikat pada taraf nyata
α yang dapat dilihat pada tabel hasil uji Coefficients. Hipotesis statistik untuk variabel Xi :
H : bi = 0
H
1
: bi 0 Bila t-hitung t-tabel atau probabilitas sig.
≤ α maka variabel independen yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel dependen. Sebaliknya, bila nilai t-
hitung t- tabel atau probabilitas sig. ≥ α maka variabel independen yang diuji
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
4.4.6. Uji Asumsi Analisis Regresi Berganda