Penyiangan Pemupukkan Penerapan Teknologi Padi Sehat

7.4.6. Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan gulma di sawah agar tidak mengganggu tanaman padi dan menjadi kompetitor untuk mendapatkan unsur hara dalam tanah. Penyiangan dapat dilakukan dengan bantuan alat atau hanya dicabut dengan menggunakan tangan. Alat yang digunakan untuk penyiangan biasa disebut gasrok oleh petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes. Apabila penyiangan menggunakan alat ini, tenaga kerja yang digunakan adalah laki-laki karena membutuhkan tenaga yang cukup besar. Penggunaan alat ini untuk penyiangan dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11. Penyiangan dengan Gasrok Penyiangan yang baik dilakukan minimal dua kali pada saat padi berusia 20 – 22 HST hari setelah tanam dan berusia 35 – 37 HST. Standar penyiangan pertama lebih banyak yang dilakukan oleh petani mitra, sedangkan standar penyiangan kedua lebih banyak yang dilakukan oleh petani non mitra. Petani responden ada juga yang tidak melakukan penyiangan, baik penyiangan pertama maupun kedua. Penyiangan tidak dilakukan karena menurut mereka tidak ada gulma di sawah sehingga tidak perlu dilakukan penyiangan. Bila dilihat secara keseluruhan, kemitraan belum dapat mendorong petani untuk menerapkan teknlogi padi sehat sesuai standar pada tahap penyiangan. Standar penyiangan yang dilakukan pada petani responden dapat dilihat pada Tabel 36. Tabel 36. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Penyiangan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Penyiangan Petani Mitra persen Petani Non Mitra persen Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Penyiangan I pada 20 – 22 HST 19,2 76,9 3,8 100 16,7 83,3 - 100 Penyiangan II pada 35 – 37 HST 7,7 88,5 3,8 100 10 80 10 100

7.4.7. Pemupukkan

Pupuk organik yang diberikan pada tanaman padi sehat berbentuk pupuk padat maupun pupuk cair. Pupuk organik padat digunakan sebelum penanaman pupuk dasar sebanyak 2 – 5 tonha. Pemupukan setelah penanaman, dapat menggunakan pupuk organik padat maupun cair MOL. Pemupukan pertama dilakukan pada umur padi 10 HST, pemupukkan kedua dan ketiga berselang 10 hari setelah pemupukan sebelumnya. Pemberian pupuk cair MOL minimal sebanyak tiga kali dan juga diberikan berselang setiap 10 hari. Total pupuk organik padat yang diberikan minimal sebanyak tiga tonha dan total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kgha. Persentase petani responden yang melakukan standar pemupukan dapat dilihat pada Tabel 37. Tabel 37. Persentase Petani Responden Berdasarkan Standar Pemupukan yang Dilakukan di Kecamatan Kebon Pedes Tahun 2012 Standar Pemupukan Petani Mitra persen Petani Non Mitra persen Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Sesuai Tidak Sesuai Tidak Melakukan Jumlah Pemupukan dasar sebanyak 2 – 5 tonha 50 46,2 3,8 100 26,7 50,0 23,3 100 Pemupukan I pada 10 HST 23,1 69,2 7,7 100 6,7 93,3 - 100 Pemupukan II pada 20 HST 26,9 65,4 7,7 100 23,3 73,3 3,3 100 Pemupukan III pada 30 HST - 80,8 19,2 100 3,3 43,3 53,3 100 Pemupukan MOL minimal sebanyak 3 kali 73,1 19,2 7,7 100 23,3 20 56,7 100 Total pupuk organik padat yang digunakan minimal 3 tonha 42,3 57,7 - 100 36,7 60 3,3 100 Total pupuk kimia yang digunakan maksimal 100 kgha 7,7 11,5 80,8 100 13,3 56,7 30 100 Seluruh standar pemupukan paling banyak dilakukan oleh petani mitra, kecuali waktu pemupukan ketiga dan total pupuk kimia yang digunakan. Petani mitra masih ada yang menggunakan pupuk kimia, yaitu sebanyak lima orang. Dua orang diantaranya telah sesuai standar penggunaan pupuk kimia maksimal 100 kgha. Petani mitra yang masih menggunakan pupuk kimia, gabah padi sehat yang dihasilkan tidak dijual ke perusahaan mitra karena gabah padi sehat yang diterima perusahaan mitra harus terbebas dari bahan kimia. Walaupun tidak ada pengawasan secara langsung terhadap penggunaan pupuk, namun petani mitra telah mempunyai kesadaran sendiri, untuk menggunakan pupuk yang hanya organik. Namun sebaiknya harus juga dilakukan pengawasan secara rutin penggunaan pupuk oleh Gapoktan Mekar Tani. Bila dilihat dari total pupuk kimia yang digunakan, kemitraan belum mendorong petani untuk menerapkan teknologi padi sehat pada tahap pemupukan ini. Hal ini kemungkinan karena petani mitra yang menggunakan pupuk kimia melebihi standar, mereka belum mempunyai kemudahan akses terhadap pupuk organik, sehingga lebih memilih menggunakan pupuk kimia yang lebih mudah ditemui. Petani juga kemungkinan khawatir terjadinya penurunan produksi bila hanya menggunakan pupuk organik.

7.4.8. Pengendalian Hama dan Penyakit