Latar Belakang Pengaruh Kemitraan terhadap Penerapan Teknologi dan Pendapatan Petani Padi Sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi

I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian mempunyai peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peranan tersebut antara lain, meningkatkan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, meningkatkan daya saing, sebagai pemenuhan kebutuhan dalam negeri, sebagai bahan baku industri dalam negeri serta pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Hal ini ditunjukkan oleh besarnya kontribusi sektor pertanian di saat Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997-1998. Satu-satunya sektor yang menjadi penyelamat saat itu adalah sektor pertanian. 1 Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, sekitar 40 juta penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya dalam sektor pertanian secara luas, yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah Penduduk Indonesia yang Berusia 15 Tahun Keatas Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2007-2011 No. Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2007 2008 2009 2010 2011 Jumlah orang 1 Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan 41.206.474 41.331.706 41.611.840 41.494.941 39.328.915 2 Pertambangan dan Penggalian 994.614 1.070.540 1.155.233 1.254.501 1.465.376 3 Industri Pengolahan 12.368.729 12.549.376 12839.800 13.824.251 14.542.081 4 Listrik, Gas, dan Air 174.884 201.114 223.054 234.070 239.636 5 Bangunan 5.252.581 5.438.965 5.486.817 5.592.897 6.339.811 6 Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan, dan Hotel 20.554.650 21.221.744 21.947.823 22.492.176 23.396.537 7 Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 5.958.811 6 179.503 6.117.985 5.619.022 5.078.822 8 Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah, dan Jasa Perusahaan 1.399.940 1.459.985 1.486.596 1.739.486 2.633.362 9 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 12.019.984 13.099.817 14.001.515 15.956.423 16.645.859 Total 99.930.217 102.552.750 104.870.663 108.207.767 109.670.399 Sumber: Badan Pusat Statistik 2012, Diolah 2 1 Lubis, F.A. 2012. Agribisnis Membangun Pertanian dan Ekonomi. http:www.analisadaily.comnewsread2012061857084agribisnis_membangun_pertanian_dan_ekonomi .T9_CGIFlfMw [19 Juni 2012] 2 [BPS] Badan Pusat Statistik. 20012. Penduduk 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, dan 2011. http:www.bps.go.idtab_subview.php?kat=1tabel=1daftar=1id_subyek=06notab=2 [ 19 Juni 2012] Penduduk Indonesia lebih banyak yang bekerja pada sektor pertanian dibandingkan sektor yang lainnya. Bahkan lebih tinggi dua kali lipat dibandingkan sektor perdagangan. Berarti bekerja di sektor pertanian paling diminati oleh penduduk Indonesia, salah satunya sebagai petani. Namun, pendapatan rumah tangga petani tanaman pangan, terutama padi, hanya Rp 300.000,00 per bulan dengan rata-rata kepemilikan lahan dibawah 0,25 ha. Itu pun bila panenya dalam kondisi bagus. 3 Pemberdayaan atau empowerment adalah langkah yang harus diambil untuk meningkatkan posisi petani. Pemberdayaan berarti membuat petani berdaya, mampu, kuat, dan mandiri Sumardjo et al. 2004. Untuk meningkatkan pendapatan petani di Indonesia diperlukan berbagai upaya strategis, salah satunya dengan kemitraan. Kemitraan diharapkan dapat memberi keuntungan kepada kedua belah pihak yang bermitra dan juga berkelanjutan. Hal ini akan tercapai jika ada transparansi, kejujuran, dan saling percaya di antara kedua belah pihak. Kemitraan diharapkan dapat mengatasi berbagai kendala yang dihadapi oleh petani seperti keterbatasan modal dan teknologi, mutu produk yang masih rendah, dan masalah pemasaran. Berbagai alasan melatarbelakangi petani melakukan kemitraan dengan pihak lain. Alasan yang paling mendasari petani melakukan kemitraan yaitu terjaminnya pasar. Alasan-alasan lainnya, yaitu tersedianya bibit atau benih, produktivitas lebih tinggi, ada kegiatan pendampingan, mengikuti petani lain, tersedianya pupuk, dan diajak petugas pendamping. Namun pada kenyataannya, penerapan kemitraan di lapangan sering menghadapi masalah, baik yang berasal dari petani maupun dari pihak perusahaan yang menyebabkan kemitraan yang dibangun tidak dapat berlanjut karena ada pihak yang dirugikan Purnaningsih 2007. 4 Kemitraan antara industri dan masyarakat telah tercantum dalam Garis- garis Besar Haluan Negara GBHN tahun 1993. Dalam GBHN tersebut tertera bahwa tata hubungan dan kerjasama kemitraan antara pengusaha besar dengan pengusaha skala kecil atau menengah yang masih tertinggal perlu dibina, dijalani 3 Maspary. 2011. Petani Indonesia Masih Miskin. http:www.gerbangpertanian.com201107petani-indonesia-masih-miskin.html [ 19 Juni 2012] 4 Purnaningsih N. 2007. Strategi Kemitraan Agribisnis Berkelanjutan. http:jurnalsodality.ipb.ac.idjurnalpdfedisi3-4.pdf [24 Januari 2012] dalam suasana saling membantu serta saling menguntungkan sebagai suatu perwujudan suatu kesatuan ekonomi nasional. Berbagai kesuksesan pernah diraih, namun juga berbagai program kemitraan gagal dijalankan. Studi objektif tentang keberhasilan dan kegagalan tentunya sangat dibutuhkan untuk dijadikan bahan masukkan bagi perbaikan program kemitraan selanjutnya Sumardjo et al. 2004. Subsektor pertanian secara luas sudah pernah dijalankan dengan kemitraan, seperti kehutanan dan perkebunan, peternakan, hortikultura, perikanan dan lainnya. Contoh kemitraan yang dilakukan pada subsektor kehutanan dan perkebunan yaitu antara PT. Surya Hutani dan PT. Pasir Kutai Agroforesy dengan masyarakat dalam rangkan pengembangan hutan tanaman industry HTI di Kalimantan Timur. Kemitraan pada subsektor kehutanan dan perkebunan telah didukung oleh Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 318Kpts- II1999 tentang Peran Serta Masyarakat dalam Pengusaan Hutan dan No. 107Kpts-II1999 tentang Perizinan Usaha Perkebunan, yang menekankan mengenai pola kemitraan. Di Indonesia kemitraan usaha telah tumbuh sejak pertengahan tahun 70- an. Namun perkembangannya sangat lambat. Penyebabnya adalah kondisi dan struktur perekonomian Indonesia yang masih diwarnai oleh mekanisme pasar yang belum efesien dan efektif, juga masih banyaknya bentuk kesenjangan yang terjadi seperti kesenjangan antardaerah, kesenjangan pendapatan, kesenjangan antarsektor, kesenjangan antarpelaku ekonomi, dan sebagainya. 5 Kemitraan dalam komoditi tanaman pangan khususnya padi telah dilakukan di Kabupaten Sukabumi. Berdasarkan data BPS Jawa Barat pada Lampiran 1, Kabupaten Sukabumi menempati posisi keempat terbesar di Jawa Barat yang memproduksi padi pada tahun 20092010 sebanyak 0,8 juta ton. Padi yang telah dikembangkan dalam kemitraan di Kabupaten Sukabumi bukan padi konvensional, namun padi sehat. Budidaya padi sehat adalah cara bercocok tanam padi ramah lingkungan dengan mengurangi atau tanpa menggunakan bahan-bahan kimia buatan seperti pestisida atau herbisida dan diganti dengan pestisida nabati atau agensi hayati. Penggunaan pupuk kimia juga dikurangi sebanyak mungkin 5 Anonim. Bab IV Kemitraan Sebagai Usaha Strategis Memasuki Pasar Global. http:www.damandiri.or.idfilebukusubiaktobukukoperasibab4.pdf [27 Juni 2012] dan menggantikannya dengan pupuk kompos. Budidaya padi sehat ini sama seperti budidaya padi organik, tetapi padi sehat belum seluruhnya bebas dari bahan kimia karena masih adanya kemungkinan residu kimia pada lahan. Pengurangan bahan kimia dan diganti dengan bahan ramah lingkungan akan menghasilkan padi yang lebih aman untuk lingkungan dan hewan, terutama untuk manusia karena sehat untuk dikonsumsi. Kualitas dan rasa pun lebih enak dan pulen. Padi sehat merupakan upaya untuk go organic, meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan produksi padi, dan meningkatkan pendapatan petani. Budidaya padi sehat di Kabupaten Sukabumi sudah dilakukan dengan menggunakan teknik budidaya System of Rice Intensification SRI. Pola SRI organik pertama kali diperkenalkan di Indonesia tahun 1999 yaitu cara bertanam padi tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida kimia. Pupuk yang digunakan berasal dari jerami, limbah gergaji, sekam, pohon pisang, pupuk kandang yang diolah untuk pupuk dasar. Pupuk kompos ini kaya mikroorganisme yang dibutuhkan untuk menyuburkan tanah, sekaligus menjaga kesehatan tanaman sehingga lebih tahan terhadap serangan hama. Padi sehat menggunakan pupuk kimia yang jumlahnya setengah lebih rendah dari pupuk konvensional. Bahkan, dua sampai tiga tahun kemudian, kebutuhan pupuk kimia akan menjadi nol. Padi sehat di Kecamatan Sukabumi masih dalam tahap pengembangan. Diperlukan dukungan dari berbagai pihak agar pengembangan padi sehat di Kecamatan Sukabumi berjalan dengan cepat. Diperlukan juga langkah-langkah yang strategis untuk mengkomunikasikan penerapan teknologi ini secara luas kepada petani agar lebih lebih banyak yang menggunakannya, salah satunya dengan kemitraan. Pengembangan padi sehat dengan teknik budidaya SRI ini tidak hanya didukung oleh pemerintah tetapi juga oleh swasta. Perusahaan yang sudah melakukan pengembangan padi sehat salah satunya adalah PT. Medco Intidinamika yang telah berhasil melakukan uji coba penanaman SRI di lahan 7,5 ha dan akan memperluas lahan penanaman SRI dengan konsep kemitraan dengan petani dan perbankan di lahan 100 ribu ha dengan anggaran Rp 100 miliyar. 6 6 Anonim. Padi Organik : Petani Untung, Lingkungan Sehat. http:bumiganesa.com?p=310 [06 Januari 2012] Salah satu daerah yang menjalin kemitraan dengan perusahaan ini adalah Kecamatan Kebon Pedes di Kabupaten Sukabumi. Kemitraan seharusnya dapat meningkatkan efesiensi dan efektifitas usahatani padi sehat melalui penerapan teknologi budidaya yang benar sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani. Selain adanya potensi dalam penerapan kemitraan juga adanya tantangan. Kemitraan merupakan suatu inovasi untuk meningkatkan penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat. Maka perlu dilakukannya analisis pengaruh kemitraan terhadap penerapan teknologi dan pendapatan petani padi sehat di Kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi dengan PT. Medco Intidinamika melalui proyek yang bernama Medco Pure Farming MPF. Proyek tersebut akan dievaluasi pada akhir tahun 2012. Dengan diadakannya penelitian ini, dapat diketahui manfaat yang dirasakan oleh petani selama kemitraan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penilaian evaluasi proyek tersebut.

1.2. Perumusan Masalah